Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS EKONOMI PEMBANGUNAN KEHUTANAN


ACARA I
Analisis Kelayakan Finansial

Disusun Oleh :
Nama : Amelia Rima Pamudyanti
NIM : 11/318684/KT/07009
Shift : Jumat, 15.30 WIB
Coass : Kries Coni

LABORATORIUM EKONOMI DAN SOSIAL KEHUTANAN


BAGIAN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ACARA I
Analisis Kelayakan Finansial

I. LATAR BELAKANG
Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang
bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak dalam
perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial, yang
diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari
semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian
secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa
yang menerima hasil proyek tersebut (Kadariah, 1999).
Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. Adapun
kriteria yang sering digunakan dalam analisis Kelayakan Finansial adalah NPV (Net
Present Value), IRR (Internal Rate of Return) dan B/C (Benefit-cost ratio). NPV
adalah metode penilaian yang dapat menciptakan cash in flow dibandingkan dengan
opportunity cost dari capital yang ditanamkan. Jika hasil perhitungan NVP > O maka
dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan menghasilkan cash in flow dengan
persentase yang lebih besar dibandingkan dengan opportunity cost-nya.
IRR adalah suatu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi
adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah dikalikan discount
factor. Jika hasil IRR ternyata lebih besar dari bunga bank maka dapat dikatakan
bahwa investasi yang dilakukan lebih menguntungkan jika dibandingkan modal yang
dimiliki disimpan di bank. (Soetriono, 2006 ).
Dalam kaitannya dengan usaha, Benefit-cost ratio dapat dikatakan sebagai
ratio perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan
dalam usaha. JIka ratio menunjukan hasil nol maka dapat dikatakan bahwa usaha
tidak memberikan keuntungan finansial. Demikian juga jika ratio menunjukan angka
kurang dari 1 maka usaha yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dari kegiatan
yang dilaksanakan (Giatman, 2006).
Untuk mengetahui seberapa sensitif suatu keputusan terhadap perubahan
faktor-faktor atau parameter-parameter yang mempengaruhinya, maka setiap
pengambilan keputusan pada ekonomi teknik hendaknya disertai dengan analisis
sensitivitas. Analisa ini akan memberikan gambaran sejauh mana suatu keputusan
akan cukup kuat berhadapan dengan perubahan faktor-faktor atau parameter-
parameter yang mempengaruhinya. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah
nilai dari suatu parameter pada suatu saat, untuk selanjutnya dilihat bagaimana
pengaruhnya terhadap akseptabilitas suatu alternatif investasi. Parameter-parameter
yang biasanya berubah dan perubahannya bisa mempengaruhi keputusan-keputusan
investasi dalam analisis kelayakan finansial adalah biaya investasi, nilai manfaat,
tingkat suku bunga, dan lain sebagainya.

II. TUJUAN
1. Praktikan dapat menyusun finansial flow dengan memperhitungkan time value of
money
2. Praktikan dapat mengidentifikasi dan mengelompokkan data biaya dan
pendapatan untuk penyusunan cash flow
3. Praktikan dapat menghitung kriteria yang digunakan dalam analisis finansial
(NPV, BCR dan IRR)

III. ALAT DAN BAHAN


1. Ms. Excell
2. Alat tulis
3. Data biaya investasi, biaya operasional dan pendapatan HTI sengon

IV. METODE PELAKSANAAN


1. Menyusun tabel harga yang digunakan dalam analisis finansial untuk masing-
masing pos biaya (lampiran 1, 2 dan 3)
2. Mengalikan tabel physical flow dengan tabel harga per satuan untuk masing-
masing pos biaya
3. Mengalikan tabel physical flow dengan tabel harga untuk mendapatkan biaya dan
pendapatan dalam analisis finansial
4. Menghitung saldo, salvage value dan profit per satuan
5. Menyusun budget flow dengan cara mengalikan physical flow dengan harga.
6. Menghitung pendapatan netto dan residu
7. Menghitung discounted/compounded factor per tahun selama periode analisis
pada interest rate tertentu
8. Menghitung NPV, BCR dan IRR.
V. HASIL
(Terlampir)

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dipelajari tentang bagaimana cara melakukan analisis
finansial pada suatu perusahaan. Analisis finansial adalah analisis yang dilakukan
untuk mengetahui profitabilitas atau keuntungan suatu proses produksi dilihat dari
sudut pandang individu pelaku produksi tanpa mempertimbangkan efek atau dampak
yang ditimbulkan akibat adanya proses produksi tersebut. Analisis finansial
diperlukan untuk membantu pengambilan keputusan dalam mengelola suatu sumber
daya mengingat sumber daya memiliki 3 sifat berikut:
a. Jumlahnya terbatas
b. Dengan jumlah terbatas, untuk mendapatkannya perlu pengorbanan
c. Memiliki banyak alternatif penggunaan dan dalam waktu bersamaan tidak
bisa dipakai jika sudah dipakai dalam proses produksi lainnya
Maka dari itu diperlukan analisis agar manfaat yang diterima lebih besar daripada
pengorbanan yang dikeluarkan kaitannya dalam mengelola suatu sumber daya.
Dengan dilakukan analisis finansial dapat diketahui kelayakan investasi yang nantinya
akan dilakukan, aliran arus kas masuk, arus kas keluar dan keuntungan yang diperoleh
pelaku produksi.
Perusahaan yang akan dianalisis kelayakan finansialnya, merupakan
perusahaan HTI sengon yang diketahui memiliki areal hutan dengan luas areal
10.000Ha dengan daur yang direncanakan adalah 10 tahun. Dari perusahaan tersebut
disajikan data-data pendukung untuk dapat melakukan analisis finansial antara lain
proyeksi biaya, produksi dan harga dari berbagai kegiatan pengusahaan HTI tersebut
mulai dari kegiatan penyiapan lahan hingga eksploitasi.
Untuk dapat melakukan analisis finansial, pada prinsipnya terdapat 5 langkah
yang harus dilalui yaitu:
1. Identifikasi jenis input fisik dan output fisik proses produksi. Dalam praktikum
ini input suatu proses produksi antara lain:
a. Investasi langsung dimana besarannya dipengaruhi oleh biaya yang selalu
keluar selama proses produksi seperti dalam kegiatan penyiapan lahan,
penanaman, perawatan, penjarangan hingga pemanenan.
b. Investasi tetap dimana besarannya dipengaruhi oleh biaya yang hanya
keluar sekali selama proses produksi, seperti pengadaan peralatan dan
fasilitas kantor, mesin dan peralatan produksi, bangunan dan jalan.
c. Biaya operasional yang merupakan biaya tetap yang dikeluarkan secara
rutin seperti gaji pegawai, pendidikan, pemeliharaan sarana prasarana dsb.
Sedangkan output proses produksi dalam praktikum ini berupa hasil penjualan
sortimen kayu yang diperoleh di akhir daur.
2. Mencari harga input dan harga output
3. Mengkalikan input fisikdengan harga input (biaya/cost) dan mengkalikan output
fisik dengan harga output (pendapatan/benefit)
4. Menghubungkan antara biaya dengan pendapatan sehingga diperoleh
profit/keuntungan
5. Melakukan analisis sensitivitas
Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha
dan investasi yang dilakukan perusahaan, yaitu nilai NPV, BCR dan IRR.
a. NPV (Net Present Value)
NPV merupakan nilai sekarang yang diharapkan dari suatu investasi, yang
dihitung berdasar selisih antara nilai benefit dan cost yang didapat selama proses
produksi, yang telah dikalikan dengan faktor pengali yaitu discounted
factor/diskonto. Investasi dikatakan layak apabila nilai NPV lebih dari nol. Dari
hasil perhitungan diketahui nilai NPV HTI sengon adalah Rp. 30.377.151,8 (lebih
dari nol). Dengan demikian investasi HTI sengon tersebut dapat dikatakan layak
jalan
b. BCR (Benefit Cost Ratio)
BCR merupakan angka perbandingan antara present value benefit dengan present
value cost atau perbandingan antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan
dalam satu proses produksi. Investasi dikatakan layak apaila nilai BCR lebih dari
1. Dari hasil perhitungan diketahui nilai BCR HTI sengon adalah 3,072 (lebih
dari 1). Dengan demikian, investasi HTI sengon tersebut dapat dikatakan layak
jalan.
c. IRR (Internal Rate Return)
IRR merupakan angka yang menunjukkan pada tingkat berapa suku bunga dapat
menghasilkan nilai NPV = 0. IRR menggambarkan tingkat keuntungan absolut
yang diperoleh pada suatu proses produksi yang dinyatakan dalam persen (%).
Suku bunga merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah dalam
menanggulangi inflasi. Apabila terjadi inflasi, maka tingkat suku bunga akan
dinaikkan begitu sebaliknya. Tingkat suku bunga merupakan ukuran keuntungan
investasi yang dapat diperoleh oleh perusahaan dan juga merupakan gambaran
biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Investasi dikatakan layak
apabila nilai IRR lebih besar dari nilai suku bunga riil. Suku bunga riil merupakan
angka yang menunjukkan besarnya pengembalian dari investasi yang diterima
oleh perusahaan. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR HTI sengon adalah
25% atau 0,25 dan nilai suku bunga riil nya adalah 0,099. Dengan demikian
diketahui bahwa nilai IRR lebih besar daripada suku bunga riil dan investasi
dikatakan layak jalan. Selain itu pada suku bunga riil dengan nilai 25%, disitulah
diperoleh NPV = 0.
Dari hasil perhitungan cash flow perusahaan selama satu daur (10 tahun)
diketahui total cost netto perusahaan adalah Rp16.804.817 dan total pendapatan
Rp116.354.800 dari penjualan sortimen kayu sengon yang keduanya dihitung dalam
satuan hektar, sehingga setelah dihubungkan antara pengeluaran dan pendapatan
diperoleh saldo Rp99.549.983 dan dapat dikatakan perusahaan untung. Sedangkan
dari hasil perhitungan budget cash flow diketahui nilai total cost yang dikeluarkan
perusahaan adalah Rp125.120.757.487 dan jumlah pendapatan atau benefit dari
penjualan sortimen kayu sengon selama satu daur adalah Rp102.392.224.000. Dengan
menghubungkan pendapatan dan pengeluaran diperoleh saldo -Rp22.728.533.487
berarti berdasar perhitungan budget cash flow diketahui bahwa perusahaan rugi.
Minus nya hasil dikarenakan total cost dihitung berdasarkan luas efektif yaitu 8800
hektar atau 880 ha per tahun dan bukan perhektar seperti pada perhitungan cashflow.
Dengan adanya budget cash flow diketahui arus kas masuk dan arus kas keluar selama
proses produksi. Tujuan disusunnya budget cash flow ini agar perusahaan dapat
mengetahui seberapa besar nilai kerugian yang mungkin terjadi selama proses
produksi sehingga perusahaan dapat mengantisipasi terjadinya kerugian tersebut dan
dapat menentukan strategi untuk menangani kerugian tersebut.
VII. KESIMPULAN
1. Analisis finansial adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui profitabilitas
atau keuntungan suatu proses produksi dilihat dari sudut pandang individu
pelaku produksi. Analisis finansial diperlukan untuk membantu pengambilan
keputusan dalam mengelola suatu sumber daya sehingga manfaat yang diterima
lebih besar daripada pengorbanan yang dikeluarkan.
2. Terdapat 2 hal yang perlu diidentifikasi dalam analisis finansial yaitu input dan
output fisik. Dalam HTI sengon ini input fisiknya berupa biaya yang dibagi
menjadi 2 yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi sendiri
dibagi menjadi 2 yaitu investasi tetap dan investasi langsung. Sedangkan
outputnya berupa nilai pendapatan selama proses produksi.
3. Dari hasil perhitungan 3 kriteria yang digunakan untuk menilai kelayakan
investasi dapat ditarik kesimpulan:
a. Nilai NPV HTI sengon adalah 30377151,8 (lebih dari nol) sehingga investasi
HTI sengon tersebut dapat dikatakan layak jalan.
b. Nilai BCR HTI sengon adalah 3,072 (lebih dari 1) sehingga investasi HTI
sengon tersebut dapat dikatakan layak jalan.
c. Nilai IRR adalah 25% atau 0,25 dan nilai suku bunga riil nya adalah 0,099.
Dengan demikian diketahui bahwa nilai IRR lebih besar daripada suku bunga
riil sehingga investasi dikatakan layak jalan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Giatman, M., 2006. Ekonomi Teknik. Jakarta: PT Praja Grasindo Persada
Kadariah, dkk., 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: LP FE UI.
Soetriono. 2006. Daya Saing Dalam Tinjauan Analisis. Malang: Bayu Media

Anda mungkin juga menyukai