Anda di halaman 1dari 10

D.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI PUBLIK

1. Tingkat diskonto yang digunakan


Tingkat diskonto merefleksikan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh
dari suatu proyek dengan tingkat risiko tertentu. Apabila suatu proyek tidak
memberikan return yang diharapkan, maka proyek teersebut harus ditolak.
Pada sektor privat cukup jelas, bahwa tingkat diskonto merupakan pertimbangan,
apakah suatu proyek layak dilaksanakan atau tidak, yaitu dengan membandingkan
dengan ”kembalian yang disyaratkan” (Rate Of Return), dengan rumus:
ROR = (Nilai awal(Nilai saat ini-Nilai awal))100%
Contoh: Fatinah membeli saham seharga $45, lalu 15 tahun kemudian, Fatinah
memutuskan untuk menjual rumah tersebut seharga $675, setelah dikurangi biaya
pajak dan makelar, maka hitunglah tingkat pengembalian sederhana atas pembelian
dan penjualan tersebut

Jawab:
ROR = (Nilai awal(Nilai saat ini-Nilai awal).100%
ROR = (45 (630)).100%
ROR = (28.350).100%
ROR = 283,5%

2. Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi di suatu negara merupakan bagian penting yang harus
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan investasi. Karena semakin tinggi
tingkat inflasi, semakin tinggi pula cost.
Dengan semakin tinggi opersional cost, mengakibatkan tingkat kembalian menurun,
bahkan dapat dibawah rate of return. Sehingga inflasi sangat berpengaruh dalam
keputusan investasi
3. Risiko ketidakpastian
Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik. Ketidakpastian
ekonomi dan hukum, kekacauan sosial dan politik, tidak adanya jaminan keamanan,
dan kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko investasi. Faktor-faktor
tersebut menyumbang risiko investasi negara (country risk) yang jika sudah sangat
parah dapat mengarah pada kategori default country. Terjaminnya keamanan
berinvestasi, penegakan hukum dan demokrasi, terjaminnya property right dan control
right dapat menurunkan risiko investasi
4. Capital Rationing
Capital rationing adalah keadaan ketika organisasi menghadapi masalah ketersediaan
dana untuk melakukan pengeluaran investasi.
Hal ini bisa terjadi bila ada beberapa opsi investasi yang bisa dilakukan
dengan return yang dihasilkan berbeda-beda. Tetapi dana yang ada tidak cukup untuk
membiayai investasi yang diajukan.
Contoh:
Suatu perusahaan dihadapkan dengan opsi 5 proyek investasi, dana yang dibutuhkan
untuk 5 proyek tersebut adalah Rp. 250.000.000. Di sisi lain, perusahaan Z hanya
memiliki dana investasi sebesar Rp. 220.000.000, sehingga perusahaan Z harus
mengkaji lebih dalam lagi dan memilih proyek dengan kendala dana yang ada tetapi
menghasilkan nilai yang maksimum untuk perusahaan.

E. TEKNIK DASAR PENILAIAN INVESTASI PUBLIK

1. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan


Organisasi sektor publik seringkali dihadapkan pada banyak alternatif investasi
untuk mencapai tujuan organisasinya. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi
alternatif-alternatif yang memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut. Keterkaitan
antara satu proyek dengan proyek yang lain perlu dipertimbangkan untuk
mengetahui sejauh mana penerimaan atau penolakan suatu investasi akan
memengaruhi investasi yang lain.
2. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan
(cost/benefit relationship)
Dalam analisis biaya-manfaat ini benefit (manfaat) ditekankan pada semua
keunggulan ekonomi dan sosial yang diperoleh, sedangkan untuk cost (biaya)
yang ditekankan pada kelemahan-kelemahan proyek di kuantifikasikan dalam
bentuk uang. Sebagai contoh, ketika suatu organisasi sektor publik merencanakan
membuat sebuah jalan baru maka akan muncul monetary cost untuk biaya
konstruksi dan perawatan. Di samping itu, juga akan timbul biaya-biaya sosial
dari proyek tersebut, misal biaya yang muncul dalam bentuk perusakan
pemandangan, polusi udara, kemungkinan bertambahnya kecelakaan, dan lainnya
3. Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah
Langkah kedua adalah menghitung manfaat dan biaya investasi dalam satuan
rupiah. Kesulitan yang dihadapi adalah apabila biaya dan manfaat dari suatu
proyek tidak dapat diukur dalam bentuk rupiah, misalnya manfaat dan biaya
sosial. Dalam kondisi tersebut, yang dapat dilakukan adalah menghitung nilai
manfaat dari proyek secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan analisis
efektivitas biaya (cost-effectiveness analysis).

4. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dari efektivitas biaya yang
tinggi.
Teknik untuk mengevaluasi investasi dibedakan menjadi dua metode, yaitu: (1)
metode penilaian investasi tradisional, dan (2) metode aliran kas yang
didiskontokan (discounted cash flow/DCF). Metode tradisional yang sering
digunakan adalah tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan (accounting
rate of return on capital employed-ROCE) dan payback period (PP), ROCE secara
sederhana dirumuskan :
Laba akuntansi
Jumlah modal yang diinvestasikan
Contoh:
Sebuah perusahaan PT Fatinah Jaya yang bergerak di bidang manufaktur memiliki
total asset sebanyak Rp. 1.800.000.000 dengan kewajibannya sebesar Rp.
600.000.000. Pada tahun yang sama, perusahaan tersebut berhasil memperoleh
laba operasi bersih sebesar Rp. 1.300.000.000. Berapakah rasio ROCE Perusahaan
tersebut?
Diketahui:
Laba operasi bersih= Rp. 1.300.000.000
Total asset = Rp.1.800.000.000
Kewajiban = Rp. 600.000.000
Penyelesaian:
laba akuntansi
ROCE=
Jumlah modal yang diinvestasikan

1.300.000 .000
ROCE=
1.200.000 .0 000

ROCE= 1,083

Jadi, rasio pengembalian modal atau return on capital employed untuk perusahaan ini
adalah sebesar 1,083
Untuk menganalisis usulan investasi public, manajer publik dapat menggunakan
alat analisis yang bisa digunakan untuk menilai kelayakan suatu proyek pada
sektor swasta, misalnya NPV, IRR, payback period, dan sebagainya.

NVP (Net Present Value)


NPV merupakan nilai yang penting diketahui untuk memperkirakan kemungkinan
keuntungan yang dapat diperoleh di masa yang akan datang bagi perusahaan dari
investasi yang dilakukan.
Apabila dari hasil perhitungan diperoleh:
 NPV>0, berarti investasi layak atau menguntungkan
 NPV<0, berarti investasi tidak layak atau merugikan
 NPV=0, berarti investasi tersebut pulang pokok, maksudnya investasi
tersebut tidak rugi dan tidak untung

Untuk dapat mengetahui nilai NVP suatu perusahaan, berikut rumus yang
digunakan:
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + … + (Ct/(1+r)t) – C0

Keterangan:
NPV = Net Present Value (Dalam Rupiah)
Ct = Arus kas pertahun pada periode T
Co = Nilai investasi awal pada tahun ke 0 (dalam rupiah)
r = suku bunga atau diskon rate(dalam %)

Contoh:
Perusahaan Maju Jaya Selamanya akan membeli mesin produksi untuk
meningkatkan jumlah produksinya. Harga mesin produksi yang baru tersebut
adalah Rp150 juta dengan suku bunga pinjaman sebesar 12 persen per tahun.
Arus kas yang masuk diestimasikan sekitar Rp50 juta per tahun selama lima
tahun. Dengan kasus tersebut, apakah rencana investasi pembelian mesin
produksi ini dapat dilanjutkan?
Diketahui:
Ct = Rp. 50 juta
C0 = Rp. 150 juta
r = 12% (0,12)
Jawaban:
NPV= (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0
NPV= ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 +
(50/1+0,12)5) – 150
= (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150
= 180,24 – 150 = 30,24
Jadi, nilai NPV bagi perusahaan Maju Jaya Selamanya adalah Rp30,24 juta.
Berdasarkan penghitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai NPV adalah
positif dengan nilai sebesar Rp30,24 juta. Artinya mesin produksi yang akan
dibeli tersebut dapat menghasilkan sekitar Rp30,24 juta. Dengan begitu, rencana
investasi pembelian mesin produksi baru dapat dilakukan.

IRR (Internal Rate of Return)


Internal Rate of Return atau disingkat menjadi IRR adalah indikator dalam
keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian modal yang
digunakan untuk menjalankan usaha.

Jika suatu usaha memiliki nilai IRR yang lebih besar dari bunga pinjaman atau
kredit bank yang menjadi sumber modal usaha, maka usaha tersebut layak untuk
diberi pinjaman.

Sebaliknya, jika nilai IRR suatu usaha lebih kecil dari bunga kredit bank, maka
usaha tersebut tidak layak mendapat pinjaman dari bank.

Artinya, IRR merupakan indikator keuangan yang sangat penting untuk


menganalisis kesuksesan suatu usaha ke depan agar bisa mendapatkan investasi,
termasuk dalam bentuk kredit bank.

Rumus Menghitung Internal Rate of Return


Berikut rumus untuk menghitung besaran Internal Rate of Return.

 IRR = (Laba usaha : Modal sendiri) x 100%


Rumus lain dari IRR sebagai berikut.

 IRR = i1 + (NPV1 : NPV1 + NPV2) x (i2 - i1)

i1: tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif


i2: tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif
NPV1: Net Present Value positif
NPV2: Net Present Value negatif
Contoh Soal dan Cara Menghitung Internal Rate of Return
Berikut contoh perhitungan IRR dalam suatu usaha.

Contoh soal 1
Diketahui:
Seorang pengusaha mengeluarkan modal senilai Rp50.000.000 untuk usaha yang
baru dirintisnya. Menurut estimasinya, usaha tersebut akan mendatangkan laba
senilai Rp15.000.000

Ditanya:
Berapa IRR usaha tersebut? Apakah usaha tersebut layak mendapatkan pinjaman
atau kredit bank jika bunga yang ditawarkan sebesar 12 %?

Jawab:
IRR = (Laba usaha : Modal sendiri) x 100%
= (15.000.000: 50.000.000) x 100%
= 30% per tahun

Jadi, usaha dengan modal Rp50 juta itu dapat mendorong usaha untuk
menghasilkan laba sebesar 30% per tahun.

Artinya, IRR usaha tersebut yang sebesar 30% lebih tinggi dari bunga kredit bank
sebesar 12 persen per tahun, sehingga usaha tersebut layak diberikan kredit.

Contoh soal 2
Diketahui:
Sebuah perusahaan mengusulkan nilai investasi sebesar Rp150.000.000 dengan
asumsi akan menghasilkan arus kas sebesar Rp30.000.000selama lima tahun.

Perusahaan mengasumsikan IRR sebesar 15 persen dengan nilai NPV1 sebesar


Rp720.000 dengan diskonto sebesar 10% dan NPV2 sebesar Rp8.000.000
dengan diskonto sebesar 12%

Ditanya:
Apakah IRR tersebut sesuai dan usaha layak mendapat investasi?

Jawab:
IRR = i1 + (NPV1 : NPV1 + NPV2) x (i2 - i1)
= 10% + (Rp720.000: (Rp720.000 + Rp8.000.000) x (12% - 10%)
= 10% + (0,08%) x (2%)
= 10% + 0,16%
= 10,16%

Jadi, hasil perhitungan IRR sebesar 10,16% lebih kecil dari asumsi IRR dari
perusahaan sebesar 15%. Artinya, usaha tersebut tidak layak mendapatkan
investasi.
Payback Periode

Payback Period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan


nilai investasi yang telah dikeluarkan. Dalam konteks investasi, nilai investasi
biasanya mencakup semua biaya awal yang terkait dengan suatu proyek atau
aset, seperti biaya pembelian, biaya instalasi, dan biaya operasional awal.

Payback period mempunyai rumus membagi nilai investasi dengan aliran kas
bersih yang masuk per tahun. Artinya, rumus tersebut bisa dituliskan sebagai
berikut:

Investasi
PP =
proceeds

Dari rumus tersebut, bisa diasumsikan besarnya kas masuk bersih yang
jumlahnya sama. Setiap periode alias arus kas setiap tahunnya. Jika arus kas yang
dimiliki perusahaan tiap tahun berbeda, maka rumus payback period berubah
menjadi:

PP = n + a : b x 1 tahun dengan,

PP = payback period

n = syarat periode pengembalian modal investasi

a = jumlah kumulatif arus kas pada tahun terakhir (n)

b = arus kas [ada tahun setelah tahun kumulatif arus kas berjalan (n + 1)

Contoh Soal Payback Period

1. Usulan proyek investasi senilai Rp 600 juta dengan umur ekonomis 5 tahun.
Syarat periode pengembalian 2 tahun, dan arus kas per tahun berubah. Mulai
tahun pertama sebesar Rp 300 juta, tahun kedua sebesar Rp 250 juta, tahun
ketiga Rp 200 juta, tahun keempat Rp 150 juta, dan tahun kelima Rp 100
juta. Berapa lama payback period nya?

Jawaban:

Tahun 1: Rp 300 juta

Tahun 2: Rp 250 juta jadi Rp 550 juta

Tahun 3: Rp 200 juta jadi Rp 750 juta

Tahun 4: Rp 150 juta jadi Rp 900 juta

Tahun 5: Rp 100 juta jadi Rp 1 miliar

PP = n + (a:b) x 1 tahun
PP = 2 + ((Rp 600.000.000 – Rp 550.000.000) : (Rp 750.000.000 – Rp
550.000.000)) x 1 tahun

PP = 2 + 0,25 tahun

PP = 2,25 tahun period modal selama 2,25 tahun atau bisa dibilang 2 tahun 3
bulan.Jadi, payback periode modal selama 2 tahun 3 bulan

2. Perusahaan Fatinah sedang mempertimbangkan membeli alat produksi pada


komponen elektronika. Jika membeli mesin produksi seharga
Rp.350.000.000, maka keuntungan bersih yang bisa diperoleh perusahaan
bisa bertambah Rp 70.000.000 per tahun. Berapakah payback periode
perusahaan tersebut?

Investasi= Rp. 350.000.000

Aliran kas bersih = Rp. 70.000.000

PP = Investasi / Proceeds

PP = 350 juta / 70 juta PP = 5 tahun

Langkah-langkah melakukan analisis biaya manfaat

Terdapat tiga langkah dalam melakukan analisis biaya manfaat, yaitu:

1. Memutuskan biaya dan manfaat apa saja yang dimasukkan

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya double


counting, yaitu satu manfaat atau biaya yang menyebabkan manfaat atau
biaya yang lain dimasukkan secara bersama-sama. Misalnya, jika dengan
teknik pencegahan kebakaran tertentu dapat menyebabkan pengurangan
staf yang dibutuhkan tetapi dinas pemadam kebakaran memutuskan
untuk menggunakan penghematan waktu tersebut untuk pelatihan staf
tambahan, maka dalam analisis biayamanfaat tidak dapat menghitung
kedua-duanya sebagai manfaat. Demikian juga, beberapa dampak (efek)
yang relatif tidak signifikan tidak perlu dimasukkan dalam analisis
biayamanfaat. Sebagai contoh teknik pemadaman kebakaran tertentu
mungkin memiliki pengaruh berupa pengurangan polusi lingkungan
terkait dengan kejadian kebakaran rumah, namun hal ini tidak signifikan
dimasukkan dalam analisis.

2. Mengukur dan mengevaluasi biaya dan manfaat Manfaat dan biaya


yang berwujud (tangible) lebih mudah untuk dihitung, akan tetapi yang
bersifat tidak berwujud (intangible) relatif sulit untuk dihitung. Masih
dengan menggunakan contoh dinas pemadam kebakaran di atas, cost of
time yang dihabiskan oleh petugas pemadam kebakaran dan penyediaan
alarm kebakaran merupakan bentuk biaya yang bersifat tangible. Namun
demikian, jika teknik pemadaman dinilai, misalnya dengan jumlah orang
yang terselamatkan dari kebakaran, bagaimanakah kita menilai
intangible benefit tersebut secara kuantitatif? Biasanya untuk
mengukumnya digunakan harga bayangan (shadow price), misalnya
biaya nasional untuk merawat sejumlah x orang yang menjadi korban
kebakaran dan kehilangan pendapatan dan harta benda karena peristiwa
tersebut.

3. Timing dan aliran biaya dan manfaat Tahap ketiga terkait dengan
masalah waktu pengakuan biaya atau manfaat yang terjadi. Biasanya
nilai yang tertinggi dimasukkan dalam biaya atau manfaat yang terjadi
lebih awal. Untuk menyesuaikan nilai biaya dan manfaat yang berbeda
karena waktu, maka digunakan tingkat diskonto (discount rate). Analisis
Efektivitas Biaya (Cost-Effectiveness Analysis) Analisis efektivitas
biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam menghitung biaya dan
manfaat sosial secara kuantitatif. Analisis cost-effectiveness meliputi
penilaian terhadap biaya dan manfaat yang dapat dikuantifikasi, baik di
masa sekarang maupun di masa yang akan datang atas suatu proyek
dengan pengaruh atau dampak yang tidak dapat dikuantifikasikan,
namun tidak dinilai.

Dengan kata lain, analisa cost-effectiveness memusatkan pada


pengukuran suatu yang dapat diukur. Langkah-langkah dalam melakukan
analisis efektivitas biaya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal.

Hal tersebut meliputi pula penentuan biaya bangunan, peralatan, dan


tanah. Hal ini penting karena sumber daya yang diperlukan sebuah
proyek harus dinilai pada opportunity cost penuhnya. Dengan demikian,
jika organisasi menggunakan tanahnya sendiri yang mana sebuah
bangunan akan didirikan di atasnya, maka biaya yang dipakai harus
berdasarkan harga pasar pada saat itu (current market value).

2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur
yang diharapkan dari suatu proyek.

3. Membuat estimasi output terukur selama umur yang diharapkan dari


suatu proyek.

4. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang


dilakukan.

5. Mendiskontokan biaya dan manfaat yang dapat diukur untuk


memungkinkan melakukan perbandingan.

Prosedur yang biasa dipakai adalah menghitung nilai sekarang (present


value) tetapi proyek-proyek yang memiliki umur yang berbeda mungkin
lebih tepat dibandingkan dengan menggunakan biaya tahunan ekuivalen
(equivalent annual cost).

6. Menjelaskan secara realistis mengenai kemungkinan adanya biaya-


biaya dan manfaat yang tidak dapat dikuantifikasi yang akan muncul dari
proyek yang akan dijalankan

Anda mungkin juga menyukai