Jawab:
ROR = (Nilai awal(Nilai saat ini-Nilai awal).100%
ROR = (45 (630)).100%
ROR = (28.350).100%
ROR = 283,5%
2. Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi di suatu negara merupakan bagian penting yang harus
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan investasi. Karena semakin tinggi
tingkat inflasi, semakin tinggi pula cost.
Dengan semakin tinggi opersional cost, mengakibatkan tingkat kembalian menurun,
bahkan dapat dibawah rate of return. Sehingga inflasi sangat berpengaruh dalam
keputusan investasi
3. Risiko ketidakpastian
Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik. Ketidakpastian
ekonomi dan hukum, kekacauan sosial dan politik, tidak adanya jaminan keamanan,
dan kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko investasi. Faktor-faktor
tersebut menyumbang risiko investasi negara (country risk) yang jika sudah sangat
parah dapat mengarah pada kategori default country. Terjaminnya keamanan
berinvestasi, penegakan hukum dan demokrasi, terjaminnya property right dan control
right dapat menurunkan risiko investasi
4. Capital Rationing
Capital rationing adalah keadaan ketika organisasi menghadapi masalah ketersediaan
dana untuk melakukan pengeluaran investasi.
Hal ini bisa terjadi bila ada beberapa opsi investasi yang bisa dilakukan
dengan return yang dihasilkan berbeda-beda. Tetapi dana yang ada tidak cukup untuk
membiayai investasi yang diajukan.
Contoh:
Suatu perusahaan dihadapkan dengan opsi 5 proyek investasi, dana yang dibutuhkan
untuk 5 proyek tersebut adalah Rp. 250.000.000. Di sisi lain, perusahaan Z hanya
memiliki dana investasi sebesar Rp. 220.000.000, sehingga perusahaan Z harus
mengkaji lebih dalam lagi dan memilih proyek dengan kendala dana yang ada tetapi
menghasilkan nilai yang maksimum untuk perusahaan.
4. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dari efektivitas biaya yang
tinggi.
Teknik untuk mengevaluasi investasi dibedakan menjadi dua metode, yaitu: (1)
metode penilaian investasi tradisional, dan (2) metode aliran kas yang
didiskontokan (discounted cash flow/DCF). Metode tradisional yang sering
digunakan adalah tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan (accounting
rate of return on capital employed-ROCE) dan payback period (PP), ROCE secara
sederhana dirumuskan :
Laba akuntansi
Jumlah modal yang diinvestasikan
Contoh:
Sebuah perusahaan PT Fatinah Jaya yang bergerak di bidang manufaktur memiliki
total asset sebanyak Rp. 1.800.000.000 dengan kewajibannya sebesar Rp.
600.000.000. Pada tahun yang sama, perusahaan tersebut berhasil memperoleh
laba operasi bersih sebesar Rp. 1.300.000.000. Berapakah rasio ROCE Perusahaan
tersebut?
Diketahui:
Laba operasi bersih= Rp. 1.300.000.000
Total asset = Rp.1.800.000.000
Kewajiban = Rp. 600.000.000
Penyelesaian:
laba akuntansi
ROCE=
Jumlah modal yang diinvestasikan
1.300.000 .000
ROCE=
1.200.000 .0 000
ROCE= 1,083
Jadi, rasio pengembalian modal atau return on capital employed untuk perusahaan ini
adalah sebesar 1,083
Untuk menganalisis usulan investasi public, manajer publik dapat menggunakan
alat analisis yang bisa digunakan untuk menilai kelayakan suatu proyek pada
sektor swasta, misalnya NPV, IRR, payback period, dan sebagainya.
Untuk dapat mengetahui nilai NVP suatu perusahaan, berikut rumus yang
digunakan:
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + … + (Ct/(1+r)t) – C0
Keterangan:
NPV = Net Present Value (Dalam Rupiah)
Ct = Arus kas pertahun pada periode T
Co = Nilai investasi awal pada tahun ke 0 (dalam rupiah)
r = suku bunga atau diskon rate(dalam %)
Contoh:
Perusahaan Maju Jaya Selamanya akan membeli mesin produksi untuk
meningkatkan jumlah produksinya. Harga mesin produksi yang baru tersebut
adalah Rp150 juta dengan suku bunga pinjaman sebesar 12 persen per tahun.
Arus kas yang masuk diestimasikan sekitar Rp50 juta per tahun selama lima
tahun. Dengan kasus tersebut, apakah rencana investasi pembelian mesin
produksi ini dapat dilanjutkan?
Diketahui:
Ct = Rp. 50 juta
C0 = Rp. 150 juta
r = 12% (0,12)
Jawaban:
NPV= (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0
NPV= ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 +
(50/1+0,12)5) – 150
= (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150
= 180,24 – 150 = 30,24
Jadi, nilai NPV bagi perusahaan Maju Jaya Selamanya adalah Rp30,24 juta.
Berdasarkan penghitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai NPV adalah
positif dengan nilai sebesar Rp30,24 juta. Artinya mesin produksi yang akan
dibeli tersebut dapat menghasilkan sekitar Rp30,24 juta. Dengan begitu, rencana
investasi pembelian mesin produksi baru dapat dilakukan.
Jika suatu usaha memiliki nilai IRR yang lebih besar dari bunga pinjaman atau
kredit bank yang menjadi sumber modal usaha, maka usaha tersebut layak untuk
diberi pinjaman.
Sebaliknya, jika nilai IRR suatu usaha lebih kecil dari bunga kredit bank, maka
usaha tersebut tidak layak mendapat pinjaman dari bank.
Contoh soal 1
Diketahui:
Seorang pengusaha mengeluarkan modal senilai Rp50.000.000 untuk usaha yang
baru dirintisnya. Menurut estimasinya, usaha tersebut akan mendatangkan laba
senilai Rp15.000.000
Ditanya:
Berapa IRR usaha tersebut? Apakah usaha tersebut layak mendapatkan pinjaman
atau kredit bank jika bunga yang ditawarkan sebesar 12 %?
Jawab:
IRR = (Laba usaha : Modal sendiri) x 100%
= (15.000.000: 50.000.000) x 100%
= 30% per tahun
Jadi, usaha dengan modal Rp50 juta itu dapat mendorong usaha untuk
menghasilkan laba sebesar 30% per tahun.
Artinya, IRR usaha tersebut yang sebesar 30% lebih tinggi dari bunga kredit bank
sebesar 12 persen per tahun, sehingga usaha tersebut layak diberikan kredit.
Contoh soal 2
Diketahui:
Sebuah perusahaan mengusulkan nilai investasi sebesar Rp150.000.000 dengan
asumsi akan menghasilkan arus kas sebesar Rp30.000.000selama lima tahun.
Ditanya:
Apakah IRR tersebut sesuai dan usaha layak mendapat investasi?
Jawab:
IRR = i1 + (NPV1 : NPV1 + NPV2) x (i2 - i1)
= 10% + (Rp720.000: (Rp720.000 + Rp8.000.000) x (12% - 10%)
= 10% + (0,08%) x (2%)
= 10% + 0,16%
= 10,16%
Jadi, hasil perhitungan IRR sebesar 10,16% lebih kecil dari asumsi IRR dari
perusahaan sebesar 15%. Artinya, usaha tersebut tidak layak mendapatkan
investasi.
Payback Periode
Payback period mempunyai rumus membagi nilai investasi dengan aliran kas
bersih yang masuk per tahun. Artinya, rumus tersebut bisa dituliskan sebagai
berikut:
Investasi
PP =
proceeds
Dari rumus tersebut, bisa diasumsikan besarnya kas masuk bersih yang
jumlahnya sama. Setiap periode alias arus kas setiap tahunnya. Jika arus kas yang
dimiliki perusahaan tiap tahun berbeda, maka rumus payback period berubah
menjadi:
PP = n + a : b x 1 tahun dengan,
PP = payback period
b = arus kas [ada tahun setelah tahun kumulatif arus kas berjalan (n + 1)
1. Usulan proyek investasi senilai Rp 600 juta dengan umur ekonomis 5 tahun.
Syarat periode pengembalian 2 tahun, dan arus kas per tahun berubah. Mulai
tahun pertama sebesar Rp 300 juta, tahun kedua sebesar Rp 250 juta, tahun
ketiga Rp 200 juta, tahun keempat Rp 150 juta, dan tahun kelima Rp 100
juta. Berapa lama payback period nya?
Jawaban:
PP = n + (a:b) x 1 tahun
PP = 2 + ((Rp 600.000.000 – Rp 550.000.000) : (Rp 750.000.000 – Rp
550.000.000)) x 1 tahun
PP = 2 + 0,25 tahun
PP = 2,25 tahun period modal selama 2,25 tahun atau bisa dibilang 2 tahun 3
bulan.Jadi, payback periode modal selama 2 tahun 3 bulan
PP = Investasi / Proceeds
3. Timing dan aliran biaya dan manfaat Tahap ketiga terkait dengan
masalah waktu pengakuan biaya atau manfaat yang terjadi. Biasanya
nilai yang tertinggi dimasukkan dalam biaya atau manfaat yang terjadi
lebih awal. Untuk menyesuaikan nilai biaya dan manfaat yang berbeda
karena waktu, maka digunakan tingkat diskonto (discount rate). Analisis
Efektivitas Biaya (Cost-Effectiveness Analysis) Analisis efektivitas
biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam menghitung biaya dan
manfaat sosial secara kuantitatif. Analisis cost-effectiveness meliputi
penilaian terhadap biaya dan manfaat yang dapat dikuantifikasi, baik di
masa sekarang maupun di masa yang akan datang atas suatu proyek
dengan pengaruh atau dampak yang tidak dapat dikuantifikasikan,
namun tidak dinilai.
2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur
yang diharapkan dari suatu proyek.