evaluasi sebuah proyek. Aspek ini sangat penting karena berhubungan dengan
kelayakan sebuah proyek dan keberlangsungan sebuah proyek.langkah yang perlu
dilakukan antara lain menentukan pengaturan rencana keuangan: penghitungan
perkiraan jumlah dana yang dibutuhkan, struktur pembiayaan yang paling
menguntungkan, analisa keuangan kemampulabaan, aliran kas, dsb. (guido benny,
2000)
Urutan-urutannya:
A. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana
B. Biaya Modal (Cost of Capital)
1. Biaya Hutang
2. Biaya Modal Sendiri
C. Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis) D. Kelayakan Finansial Proyek
1. Proyeksi Kemampulabaan (Projected Income Statement)
2. Proyeksi Aliran Kas (Projected Cashflow)
3. Benefit-Cost Ratio
4. Internal Rate of Return
5. Analisa kelayakan finansial lainnya
Dikutip dari buku panduan praktikum evaluasi proyek, tahun 2016. Menurut
Jakfar dan Khasmir (2003), keseluruhan penilaian dalam aspek keuangan meliputi
hal-hal seperti:
1. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh
2. Kebutuhan biaya investasi
3. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode
termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur
investasi
4. Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode ke depan
5. Kriteria penilaian investasi
6. Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
1) Analisis Jangka Pendek
1. Investasi / Modal Tetap
Menurut Adiwilangga (1982) dalam Primyastanto (2009) , modal tetap itu
bukanlah tidak habis terpakai melainkan menghabiskannya dalam waktu yang
lama. Sedangkan modal pasif dibedakan menjadi modal asing dan modal
sendiri. Modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur. Modal tetap di
peroleh dari:
a) biaya kolam yang akan di investasikan.
b) biaya perlengkapan dan peralatan.
c) biaya bangunan yang di investasikan
d) biaya lain lain
2. Biaya Tetap / FC
Menurut Soekartawi (2002). Biaya diklasifikasikan menjadi 2, yaitu biaya
tetap dan biaya tidak tetap. Besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tetap adalah jenis biaya yang lain
yang rutin dikeluarkan oleh perusahaan selama perusahaan melakukan
kegiatan produksi, akan tetapi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada
kapasitas produksi. Biaya tetap di peroleh dari:
a) biaya penyusutan
b) biaya tenaga kerja
3. Biaya Variabel / VC
Biaya
variabel
merupakan
biaya yang
rutin
dikeluarkan
setiap
dilakukan usaha produksi dimana besarnya tergantung pada jumlah produk yang
ingin diproduksi (Ardana, 2008). Biaya variabel diperoleh dari:
a) biaya listrik
b) biaya pakan
c) biaya penunjang lainnya yang habis 1x pakai dalam 1 siklus
4. Total Biaya / TC
Biaya
total
adalah
jumlah
biaya
yang
dikeluarkan
seluruhnya
L
Rentabilitas = M
X 100 %
= Rentabilitas (%)
8. R/C Ratio
Adapun Rumus R/C Ratio adalah sebagai berikut :
R/C ratio
R/C
R/C
R/C
Efisien
Analisa RC merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan
relative suatu usaha dalam waktu selama satu tahun terhadap suatu biaya
yang dipakai dalam kegiatan usaha tersebut. Suatu usaha dikatakan layak
apabila RC melebihi dari 1 (RC>1). Hal ini menggambarkan semakin tinggi
nilai RC maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan suatu perusahaan
(Effendi, 2012).
9. BEP
Menurut Riyanto (1995). Analisa Break Event Point (BEP) adalah suatu
teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,
keuntungan, dan volume kegiatan. Ada dua cara perhitungan BEP yaitu
o
BEP =
FC
VC
1
S
FC
PV
Lays)
selama umur
investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebut yang dikenal dengan Net
Present Value (NPV).
NPV didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas ke nilai
sekarang. Dengan mendiskonto semua aliran kas masuk dan keluar selama
umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung dasar yang
sama, yaitu harga (pasar) saat ini. Mengkaji usulan proyek dengan NPV
memberikan petunjuk sebagai berikut :
dari
bunga pinjaman
maka
layak
untuk
masuk sama dengan NPV aliran kas keluar. Untuk IRR ditentukan dulu
NPV = 0, kemudian dicari berapa besar arus pengembalian (diskonto)
(i) agar hal tersebut terjadi. Menganalisis usulan IRR memberi kita petunjuk
sebagai berikut :
IRR > arus pengembalian (i), proyek diterima.
IRR < arus pengembalian (i), proyek ditolak.
3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) atau sering disebut Profitability Index
(PI) merupakan ratio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan
bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi
(Primyastanto, 2011). Penekanannya ditujukan
bagi
kepada manfaat
(benefit)
Merupakan
teknik
penilaian terhadap
jangka waktu
(periode)
diperoleh dari perhitungan kas bersih (Procced) yang diperoleh tiap tahun.
Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan
penyusutan (dengan catatan dengan nilai investasi 100%
menggunakan
metode
II.
didasarkan
pada
proyeksi-proyeksi
investasi
yang
yg akan
yang
terjadi di
digunakan
untuk
lain
yang
rutin
dikeluarkan
oleh
perusahaan
selama
biaya penyusutan
biaya Listrik
biaya tenaga kerja
Biaya Lain-lain
Nilai (Rp)
4,687,267
600,000
3,000,000
500,000
8,787,26
7
Tabel 2. Data Biaya Tetap
variabel
usaha
merupakan
biaya yang
rutin
dikeluarkan
setiap
0
3,700,00
V /unit
0
Tabel 3. Data Biaya Variabel
Dengan rincian biaya-biaya tersebut dapat diketahui jumlah total
biaya variable dalam usaha mebel kayu adalah sebesar Rp.7.400.000,00,
dan dalam hitungan variable per unit sebesar Rp. 3.700.000,00.
4) Total Biaya / TC
Biaya total adalah jumlah biaya yang dikeluarkan seluruhnya
ataupenjumlahan dari biaya tetap dan biaya variable (Ardana, 2008).
Rumus biaya total yaitu :
TC = FC + VC
TC : biaya total
FC : biaya tetap
VC : biaya variabel
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di
dapatkan data Biaya Total sebagai berikut :
Total Biaya (TC)
N
O Jenis Biaya
Nilai (Rp)
1
Fix Cost
8,787,267
2
Variabel Cost
7,400,000
TC
16,187,267
Tabel 4. Data Biaya Total
Biaya total dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha
mebel di dapatkan Fix Cost sebesar Rp. 8.787.267,00.dan Variabel Cost
sebesar Rp. 3.700.000,00. Sehingga didapat Total Biaya sebesar Rp.
16.187.267,00.
5) Penerimaan
Penerimaan atau Total Revenue (TR) adalah pendapatan kotor usaha
yang didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu
tertentu (Primyastanto dan Istikharoh 2006) dalam (Primyastanto, 2011).
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di dapatkan
data Penerimaan sebagai berikut :
N
o
1
2
Data
Harga
Prouksi
Nilai
1000000
24
24,0
Penerimaan
00,000
Tabel 5. Data Penerimaan
Dalam wawancara dengan narasumber pemilik usaha mebel diketahui
bahwa harga satuan rata-rata mebel yang dijual sebesar Rp. 1.000.000,00.
Pada saat ini keadaan usaha mebel terjadi penurunan pendapatan,
sehingga dalam satu tahun produk terjual 12 buah. Sehingga penerimaan
yang diperoleh sebesar Rp. 12.000.000,00.
6) Pendapatan
Pendapatan diperoleh dari hasil peneriman total biaya. Yang mana
penerimaan disini adalah 1 tahun masa panen dan modal awal terdiri dari
total biaya. Yang mana total biaya dip eroleh dari biaya tetap dan biaya
variable Riyanto (1995).
Hasil
Analisis
8,787,267
19,187,267
19,187,267
Modal Sendiri
Modal Sendiri
Modal Sendiri
4
5
6
7
Penerimaan (TR)
R/C Ratio
Keuntungan
Rentabilitas
12,000,000
0.625
-7,187,267
-37.46%
Penerimaan Total/tahun
>1 (menguntungkan)
> 0 (menguntungkan)
> 12% (tingkat suku bunga) layak
BEP Sales
22,923,30
4
BEP Unit
23
Tabel 6. Data Keuntungan Usaha Mebel
L
Rentabilitas = M
X 100 %
= Rentabilitas (%)
Penerimaan (TR)
R/C Ratio
Keuntungan
Rentabilitas
BEP Sales
Hasil
Analisis
8,787,267
19,187,267
19,187,267
Modal Sendiri
Modal Sendiri
Modal Sendiri
12,000,000
0.625
-7,187,267
-37.46%
Penerimaan Total/tahun
>1 (menguntungkan)
> 0 (menguntungkan)
> 12% (tingkat suku bunga) layak
22,923,30
4
23
Tabel 7. Data Rentabilitas Usaha Mebel
BEP Unit
R/C
R/C
R/C
Efisien
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di
dapatkan data R/C Ratio sebagai berikut :
Analisis Jangka Pendek
N
O Usaha KJA
1
Modal Tetap
2
Modal Kerja
3
Total Biaya (TC)
Hasil
Analisis
8,787,267
19,187,267
19,187,267
Modal Sendiri
Modal Sendiri
Modal Sendiri
4
5
6
12,000,000
0.625
-7,187,267
Penerimaan Total/tahun
>1 (menguntungkan)
> 0 (menguntungkan)
Penerimaan (TR)
R/C Ratio
Keuntungan
Rentabilitas
8
9
BEP Sales
BEP Unit
-37.46%
22,923,30
4
23
Tabel 8. Data R/C Ratio Usaha Mebel
BEP =
FC
VC
1
S
FC
PV
Hasil
Analisis
8,787,267
19,187,267
Modal Sendiri
Modal Sendiri
19,187,267
Modal Sendiri
4
5
6
7
Penerimaan (TR)
R/C Ratio
Keuntungan
Rentabilitas
12,000,000
0.625
-7,187,267
-37.46%
Penerimaan Total/tahun
>1 (menguntungkan)
> 0 (menguntungkan)
> 12% (tingkat suku bunga) layak
8
9
BEP Sales
BEP Unit
22,923,30
4
23
Tabel 9. Data BEP Usaha Mebel
Dalam data tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat BEP sales
sebesar Rp. 923.304,00 yang berarti untuk balik modal pada usaha mebel
ini membutuhkan pemasukan sebesar Rp. 23.923.304. Tingkat BEP Unit
sebesar 23 yang berarti bahwa untuk balik modal usaha mebel ini harus
menjual produk mebelnya sebanyak 23 buah.
b. Analisis Jangka Panjang
1) Net Present Value (NPV)
Istilah
n ( C )t _ n (CO)t
t=0
(1+i)t t=0 (1+i)t
Keterangan :
Kriteria
BCR
sangat
seri ng
bagi
dalam
digunakan
kepentingan
umum
ditunjukka n kepada
dan
bukan
manfaat
kepentingan
BCR=
( PV )B
(PV )C
( PV )B
Cf
Di mana :
BCR
(PV)B
(PV)C
Indikasi :
Adapun kriteria BCR akan memberikan petunjuk sebagai berikut :
Dari Hasil Analisa Jangka panjang diperoleh hasil Net B/C sebesar
-0,27 yang berarti kurang dari 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha
mebel ini tidak layak untuk dijalankan lagi.
3) Internal Rate of Return (IRR)
Adalah arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas
masuk = NPV aliran kas keluar. Pada analsis NPV dilakukan dengan
menentukan terlebih dahulu besar arus pengembalian
(diskont o) (i),
kemudian dihitung nilai sekarang netto dari aliran kas keluar dan masuk.
Untuk IRR
n
(C )t
(CO)t
(1+i)t (1+i)t
t=0
t=0
Di mana :
(C) t
= waktu
Karena
biaya
n
pertama
aliran
(Cf)
kas
keluar
proyek
umumnya
merupakan
(C )t
Indikasi :
Menganalisa usulan proyek dengan IRR memberi kita
petunjuk sebagai berikut :
diterima
IRR < arus pengembalian (i) yang diinginkan, proyek
ditolak.
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di
teknik
penilaian terhadap
bisa
semakin
waktu uang, dan (2) Tidak memperhitungkan aliran kas sesudah periode
payback. Seperti yang dibicarakan dalam bab mengenai nilai waktu uang,
nilai waktu uang harus kita perhatikan.
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di
dapatkan data Analisis Jangka Panjang sebagai berikut :
IV.
V.
didasarkan
pada
proyeksi-proyeksi
yg akan
yang
terjadi di
manfaat.
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di
dapatkan data Analisis Jangka Panjang sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Primyastanto, M. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan. UB Press. Malang.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1. Jakarta: Depdikbud.
Damodaran, Aswath. 1999. Applied Corporate Finance. New York.
Husein, Umar. 1999. Studi Kelayakan Usaha, Manajemen, Metode dan Kasus.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Husnan, Suad. 2003.
Manajemen
Keuangan
Teori
dan Penerapan
Studi
Kelayakan
Proyek. Yogyakarta:
Ekonomi
Sumberdaya
Advantages
Fardiansyah, D.
2012.
Budidaya
Udang
Vanname
di
Air
Tawar.