Anda di halaman 1dari 23

2.

Aspek keuangan (finansial)


Aspek keuangan merukan salah satu aspek yang digunkan dalam analisa

evaluasi sebuah proyek. Aspek ini sangat penting karena berhubungan dengan
kelayakan sebuah proyek dan keberlangsungan sebuah proyek.langkah yang perlu
dilakukan antara lain menentukan pengaturan rencana keuangan: penghitungan
perkiraan jumlah dana yang dibutuhkan, struktur pembiayaan yang paling
menguntungkan, analisa keuangan kemampulabaan, aliran kas, dsb. (guido benny,
2000)
Urutan-urutannya:
A. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana
B. Biaya Modal (Cost of Capital)
1. Biaya Hutang
2. Biaya Modal Sendiri
C. Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis) D. Kelayakan Finansial Proyek
1. Proyeksi Kemampulabaan (Projected Income Statement)
2. Proyeksi Aliran Kas (Projected Cashflow)
3. Benefit-Cost Ratio
4. Internal Rate of Return
5. Analisa kelayakan finansial lainnya
Dikutip dari buku panduan praktikum evaluasi proyek, tahun 2016. Menurut
Jakfar dan Khasmir (2003), keseluruhan penilaian dalam aspek keuangan meliputi
hal-hal seperti:
1. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh
2. Kebutuhan biaya investasi
3. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode
termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur
investasi
4. Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode ke depan
5. Kriteria penilaian investasi
6. Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
1) Analisis Jangka Pendek
1. Investasi / Modal Tetap
Menurut Adiwilangga (1982) dalam Primyastanto (2009) , modal tetap itu
bukanlah tidak habis terpakai melainkan menghabiskannya dalam waktu yang
lama. Sedangkan modal pasif dibedakan menjadi modal asing dan modal

sendiri. Modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur. Modal tetap di
peroleh dari:
a) biaya kolam yang akan di investasikan.
b) biaya perlengkapan dan peralatan.
c) biaya bangunan yang di investasikan
d) biaya lain lain
2. Biaya Tetap / FC
Menurut Soekartawi (2002). Biaya diklasifikasikan menjadi 2, yaitu biaya
tetap dan biaya tidak tetap. Besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tetap adalah jenis biaya yang lain
yang rutin dikeluarkan oleh perusahaan selama perusahaan melakukan
kegiatan produksi, akan tetapi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada
kapasitas produksi. Biaya tetap di peroleh dari:
a) biaya penyusutan
b) biaya tenaga kerja
3. Biaya Variabel / VC
Biaya

variabel

merupakan

biaya yang

rutin

dikeluarkan

setiap

dilakukan usaha produksi dimana besarnya tergantung pada jumlah produk yang
ingin diproduksi (Ardana, 2008). Biaya variabel diperoleh dari:
a) biaya listrik
b) biaya pakan
c) biaya penunjang lainnya yang habis 1x pakai dalam 1 siklus
4. Total Biaya / TC
Biaya

total

adalah

jumlah

biaya

yang

dikeluarkan

seluruhnya

ataupenjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel.


Rumus biaya total yaitu :
TC = FC + VC
TC : biaya total
FC : biaya tetap
VC : biaya variabel
5. Penerimaan
Penerimaan atau Total Revenue (TR) adalah pendapatan kotor usaha yang
didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu
(Primyastanto dan Istikharoh 2006) dalam (Primyastanto, 2011).
6. Pendapatan

Pendapatan diperoleh dari hasil peneriman total biaya. Yang mana


penerimaan disini adalah 1 tahun masa panen dan modal awal terdiri dari total
biaya. Yang mana total biaya dip eroleh dari biaya tetap dan biaya variabel
7. Rentabilitas Usaha / RU
Menurut Riyanto (1995), rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva yang menghasilkan laba tersebut.
Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Rumus perhitungan RU adalah :

L
Rentabilitas = M

X 100 %

= Rentabilitas (%)

= Jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu (Rp)

= Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan


labatersebut (Rp).

8. R/C Ratio
Adapun Rumus R/C Ratio adalah sebagai berikut :
R/C ratio

= Total Penerimaan (TR) : Total Biaya Produksi (TC)


Menyatakan bahwa ada beberapa kriteria yang digunakan dalam

penentuan efisiensi usaha (RC) yaitu:

R/C

R/C
R/C

> 1 yang berarti usaha yang dilaksanakan sudah


Efisien
= 1 yang berarti usaha tersebut mencapai titik impas
< yang berarti usaha yang sedang dijalankan tidak

Efisien
Analisa RC merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan
relative suatu usaha dalam waktu selama satu tahun terhadap suatu biaya
yang dipakai dalam kegiatan usaha tersebut. Suatu usaha dikatakan layak
apabila RC melebihi dari 1 (RC>1). Hal ini menggambarkan semakin tinggi
nilai RC maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan suatu perusahaan
(Effendi, 2012).
9. BEP

Menurut Riyanto (1995). Analisa Break Event Point (BEP) adalah suatu
teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,
keuntungan, dan volume kegiatan. Ada dua cara perhitungan BEP yaitu
o

BEP atas dasar sales (dalam rupiah)

BEP =

FC
VC
1
S

FC = Fix Cost (biaya tetap)


VC = Variable Cost (biaya variabel)
S = volume penjualan
BEP atas dasar unit (Q)
BEP =

FC
PV

P = Harga jual per unit.


V = Biaya variabel per unit.
FC = Fix Cost (biaya tetap).
Q = Jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual.
2) Analisis Jangka Panjang
Dalam menentukan kelayakan suatu usaha perlu dilakukan analisis
jangka pan-jang yang

meliputi Net Present Value (NPV), Net B/C, IRR

(Internal Rate of Return), Payback Periode dan analisis sensitivitas


1) Net Present Value (NPV)
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), Net Present Value (NPV) atau nilai
bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of
Proceed) dengan nilai PV investasi (Capital Out

Lays)

selama umur

investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebut yang dikenal dengan Net
Present Value (NPV).
NPV didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas ke nilai
sekarang. Dengan mendiskonto semua aliran kas masuk dan keluar selama
umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung dasar yang
sama, yaitu harga (pasar) saat ini. Mengkaji usulan proyek dengan NPV
memberikan petunjuk sebagai berikut :

NPV = positif, usulan proyek diterima, semakin tinggi semakin baik.


NPV = negatif, usulan proyek ditolak.
NPV = 0, berarti netral.
2) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat
pengembalian hasil pinjaman (intern). Apabila IRR lebih besar dari bunga
pinjaman maka usaha tersebut layak untuk dijalankan dan jika IRR lebih
kecil

dari

bunga pinjaman

maka

usaha tersebut tidak

layak

untuk

dilanjutkan (Primyastanto, 2011).


IRR adalah arus pengembalian yang

menghasilkan NPV aliran kas

masuk sama dengan NPV aliran kas keluar. Untuk IRR ditentukan dulu
NPV = 0, kemudian dicari berapa besar arus pengembalian (diskonto)
(i) agar hal tersebut terjadi. Menganalisis usulan IRR memberi kita petunjuk
sebagai berikut :
IRR > arus pengembalian (i), proyek diterima.
IRR < arus pengembalian (i), proyek ditolak.
3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) atau sering disebut Profitability Index
(PI) merupakan ratio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan
bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi
(Primyastanto, 2011). Penekanannya ditujukan
bagi

kepentingan umum dan bukan

kepada manfaat

keuntungan finansial perusahaan.

Kriteria B/C akan memberikan petunjuk sebagai berikut :


B/C > 1, usulan proyek diterima.
B/C < 1, usulan proyek ditolak.
B/C = 0, netral.

(benefit)

Payback Period (PP)


4) Metode

Payback Period (PP)

Merupakan

teknik

penilaian terhadap

pengembalian investasi suatu proyek atau

jangka waktu

(periode)

usaha.Perhitungan ini dapat

diperoleh dari perhitungan kas bersih (Procced) yang diperoleh tiap tahun.
Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan
penyusutan (dengan catatan dengan nilai investasi 100%

menggunakan

modal sendiri) (Primyastanto, 2011).


Payback period ingin melihat seberapa lama investasi bisa kembali.
Semakin pendek jangka waktu kembalinya investasi

semakin baik suatu

investasi-investasi, semakin baik suatu investasi. Kelemahan dari

metode

payback periodadalah: (1) Tidak memperhitungkan nilai waktu uang, dan


(2) Tidak memperhitungkan aliran kas sesudah periode payback. Seperti yang
dibicarakan dalam bab mengenai nilai waktu uang, nilai waktu uang harus
kita perhatikan.
5) Analisis Sensitivitas
Menurut Suratman (2001), Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis
untuk dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang
berubah-ubah. Tujuan Analisis Sensitivitas :
I.

Menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan


suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di

II.

dalam perhitungan biaya atau manfaat.


Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan
umumnya

didasarkan

pada

proyeksi-proyeksi

mengandung ketidakpastian tentang apa


III.

waktu yang akan dating


Analisis pasca kriteria

investasi

yang

yg akan

yang

terjadi di

digunakan

untuk

melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan


hasil analisa bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan
dalam perhitungan biaya atau manfaat.

4.2 Analisis Deskriptif Kuantitatif


4.2.1 Aspek Keuangan
a. Analisis Jangka Pendek
1) Investasi / Modal Tetap
Menurut Adiwilangga (1982) dalam Primyastanto (2009) , modal tetap
itu bukanlah tidak habis terpakai melainkan menghabiskannya dalam waktu
yang lama. Sedangkan modal pasif dibedakan menjadi modal asing dan
modal sendiri.
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di dapatkan
data Modal Tetap sebagai berikut :

Tabel.1 Data Modal Tetap


Dalam usaha mebel dalam praktikum evalusi proyek ini diperoleh data
modal tetap hasil wawancara dari pemilik usaha dengan modal tetap total
sebesar Rp. 28.124.000,00. Akan tetapi alat-alat tersebut setelah dihitung
nilai penyusutannya diperoleh nilai sisa sebesar Rp. 23. 641.333,00.
2) Biaya Tetap / FC
Menurut Soekartawi (2002). Biaya diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
biaya tetap dan biaya tidak tetap. Besarnya biaya tetap tidak tergantung
pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tetap adalah jenis
biaya yang

lain

yang

rutin

dikeluarkan

oleh

perusahaan

selama

perusahaan melakukan kegiatan produksi, akan tetapi besarnya biaya tetap


tidak tergantung pada kapasitas produksi.

Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di dapatkan


data Biaya Tetap sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

biaya penyusutan
biaya Listrik
biaya tenaga kerja
Biaya Lain-lain

Biaya Tetap (fixed cost)


N
O Jenis Biaya Tetap
1
Penyusutan
2
Listrik
3
Tenaga Kerja
4
Lain Lain
TOTAL

Nilai (Rp)
4,687,267
600,000
3,000,000
500,000
8,787,26
7
Tabel 2. Data Biaya Tetap

Dengan rincian biaya-biaya tersebut dapat diketahui jumlah total


biaya tetap total adalah sebesar Rp. 8.787.267,00.
3) Biaya Variabel / VC
Biaya
dilakukan

variabel
usaha

merupakan

biaya yang

rutin

dikeluarkan

setiap

produksi dimana besarnya tergantung pada jumlah

produk yang ingin diproduksi (Ardana, 2008).


Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di dapatkan
data Biaya Tetap sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

biaya kayu bekas


biaya lem
biaya kaca
Biaya paku
Biaya Lain-Lain

Biaya Variabel (variable cost)


N Jenis
Biaya Nilai
O Variabel
(Rp)
5,000,00
1
Kayu Bekas
0
2
Lem
500,000
1,500,00
3
Kaca
0
4
Paku
100,000
5
Lain Lain
300,000
TOTAL
7,400,00

0
3,700,00
V /unit
0
Tabel 3. Data Biaya Variabel
Dengan rincian biaya-biaya tersebut dapat diketahui jumlah total
biaya variable dalam usaha mebel kayu adalah sebesar Rp.7.400.000,00,
dan dalam hitungan variable per unit sebesar Rp. 3.700.000,00.
4) Total Biaya / TC
Biaya total adalah jumlah biaya yang dikeluarkan seluruhnya
ataupenjumlahan dari biaya tetap dan biaya variable (Ardana, 2008).
Rumus biaya total yaitu :
TC = FC + VC
TC : biaya total
FC : biaya tetap
VC : biaya variabel
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di
dapatkan data Biaya Total sebagai berikut :
Total Biaya (TC)
N
O Jenis Biaya
Nilai (Rp)
1
Fix Cost
8,787,267
2
Variabel Cost
7,400,000
TC
16,187,267
Tabel 4. Data Biaya Total
Biaya total dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha
mebel di dapatkan Fix Cost sebesar Rp. 8.787.267,00.dan Variabel Cost
sebesar Rp. 3.700.000,00. Sehingga didapat Total Biaya sebesar Rp.
16.187.267,00.
5) Penerimaan
Penerimaan atau Total Revenue (TR) adalah pendapatan kotor usaha
yang didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu
tertentu (Primyastanto dan Istikharoh 2006) dalam (Primyastanto, 2011).
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di dapatkan
data Penerimaan sebagai berikut :
N
o
1
2

Data
Harga
Prouksi

Nilai
1000000
24

24,0
Penerimaan
00,000
Tabel 5. Data Penerimaan
Dalam wawancara dengan narasumber pemilik usaha mebel diketahui
bahwa harga satuan rata-rata mebel yang dijual sebesar Rp. 1.000.000,00.
Pada saat ini keadaan usaha mebel terjadi penurunan pendapatan,
sehingga dalam satu tahun produk terjual 12 buah. Sehingga penerimaan
yang diperoleh sebesar Rp. 12.000.000,00.
6) Pendapatan
Pendapatan diperoleh dari hasil peneriman total biaya. Yang mana
penerimaan disini adalah 1 tahun masa panen dan modal awal terdiri dari
total biaya. Yang mana total biaya dip eroleh dari biaya tetap dan biaya
variable Riyanto (1995).

Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di dapatkan


data Pendapatan sebagai berikut :
Analisis Jangka Pendek
N
O Usaha KJA
1
Modal Tetap
2
Modal Kerja
3
Total Biaya (TC)

Hasil
Analisis
8,787,267
19,187,267
19,187,267

Modal Sendiri
Modal Sendiri
Modal Sendiri

4
5
6
7

Penerimaan (TR)
R/C Ratio
Keuntungan
Rentabilitas

12,000,000
0.625
-7,187,267
-37.46%

Penerimaan Total/tahun
>1 (menguntungkan)
> 0 (menguntungkan)
> 12% (tingkat suku bunga) layak

BEP Sales

22,923,30
4

BEP Unit

23
Tabel 6. Data Keuntungan Usaha Mebel

Dalam wawancara dengan narasumber pemilik usaha mebel diketahui


bahwa pendapatan dari usaha mebel ini mengalami kerugian yaitu sebesar
Rp. 7.187.267,00. Pendapatan ini diperoleh dari pengurangan dari total
penerimaan biaya total .
7) Rentabilitas Usaha / RU
Menurut Riyanto (1995), rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva yang menghasilkan laba tersebut.
Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Rumus perhitungan RU adalah
:

L
Rentabilitas = M

X 100 %

= Rentabilitas (%)

= Jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu (Rp)

= Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan


Laba tersebut (Rp).

Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di


dapatkan data Rentabilitas sebagai berikut :

Analisis Jangka Pendek


N
O Usaha KJA
1
Modal Tetap
2
Modal Kerja
3
Total Biaya (TC)
4
5
6
7
8

Penerimaan (TR)
R/C Ratio
Keuntungan
Rentabilitas
BEP Sales

Hasil
Analisis
8,787,267
19,187,267
19,187,267

Modal Sendiri
Modal Sendiri
Modal Sendiri

12,000,000
0.625
-7,187,267
-37.46%

Penerimaan Total/tahun
>1 (menguntungkan)
> 0 (menguntungkan)
> 12% (tingkat suku bunga) layak

22,923,30
4
23
Tabel 7. Data Rentabilitas Usaha Mebel

BEP Unit

Dalam wawancara dengan narasumber pemilik usaha mebel diketahui


bahwa harga pendapatan dari usaha mebel ini diperoleh rentabilitas usaha
sebesar -37.46%, sehingga dapat disimpulkan tingkat suku bunga tidak
layak untuk menjalankan usaha ini.
8) R/C Ratio
Analisa RC merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relative
suatu usaha dalam waktu selama satu tahun terhadap suatu biaya yang
dipakai dalam kegiatan usaha tersebut. Suatu usaha dikatakan layak
apabila RC melebihi dari 1 (RC>1). Hal ini menggambarkan semakin tinggi
nilai RC maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan suatu perusahaan
(Effendi, 2012).
Adapun Rumus R/C Ratio adalah sebagai berikut :
R/C ratio

= Total Penerimaan (TR) : Total Biaya Produksi (TC)


Menyatakan bahwa ada beberapa kriteria yang digunakan

dalam penentuan efisiensi usaha (RC) yaitu:

R/C

R/C
R/C

> 1 yang berarti usaha yang dilaksanakan sudah


Efisien
= 1 yang berarti usaha tersebut mencapai titik impas
< yang berarti usaha yang sedang dijalankan tidak

Efisien
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di
dapatkan data R/C Ratio sebagai berikut :
Analisis Jangka Pendek
N
O Usaha KJA
1
Modal Tetap
2
Modal Kerja
3
Total Biaya (TC)

Hasil
Analisis
8,787,267
19,187,267
19,187,267

Modal Sendiri
Modal Sendiri
Modal Sendiri

4
5
6

12,000,000
0.625
-7,187,267

Penerimaan Total/tahun
>1 (menguntungkan)
> 0 (menguntungkan)

Penerimaan (TR)
R/C Ratio
Keuntungan

Rentabilitas

8
9

BEP Sales
BEP Unit

-37.46%

> 12% (tingkat suku bunga) layak

22,923,30
4
23
Tabel 8. Data R/C Ratio Usaha Mebel

Dalam data tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat R/C Ratio


sebesar 0,625 yang berarti lebih kecil dari 1. Dapat disimpulkan bahwa
Usaha Mebel ini sudah tidak menguntungkan lagi untuk dijalankan.
9) BEP
Menurut Riyanto (1995). Analisa Break Event Point (BEP) adalah suatu
teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan, dan volume kegiatan. Ada dua cara perhitungan BEP
yaitu
o

BEP atas dasar sales (dalam rupiah)

BEP =

FC
VC
1
S

FC = Fix Cost (biaya tetap)


VC = Variable Cost (biaya variabel)
S = volume penjualan
BEP atas dasar unit (Q)
BEP =

FC
PV

P = Harga jual per unit.


V = Biaya variabel per unit.
FC = Fix Cost (biaya tetap).
Q

= Jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual.

Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di


dapatkan data BEP sebagai berikut :
Analisis Jangka Pendek
N
O Usaha KJA
1
Modal Tetap
2
Modal Kerja

Hasil
Analisis
8,787,267
19,187,267

Modal Sendiri
Modal Sendiri

Total Biaya (TC)

19,187,267

Modal Sendiri

4
5
6
7

Penerimaan (TR)
R/C Ratio
Keuntungan
Rentabilitas

12,000,000
0.625
-7,187,267
-37.46%

Penerimaan Total/tahun
>1 (menguntungkan)
> 0 (menguntungkan)
> 12% (tingkat suku bunga) layak

8
9

BEP Sales
BEP Unit

22,923,30
4
23
Tabel 9. Data BEP Usaha Mebel
Dalam data tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat BEP sales

sebesar Rp. 923.304,00 yang berarti untuk balik modal pada usaha mebel
ini membutuhkan pemasukan sebesar Rp. 23.923.304. Tingkat BEP Unit
sebesar 23 yang berarti bahwa untuk balik modal usaha mebel ini harus
menjual produk mebelnya sebanyak 23 buah.
b. Analisis Jangka Panjang
1) Net Present Value (NPV)
Istilah

Net Present Value (NPV) didasarkan pada konsep

mendiskonto seluruh aliran kas ke nilai sekarang. Dengan mendiskonto


semua aliran kas yang keluar selama umur proyek ke nilai sekarang,
kemudian menghitung angka neto maka akan diketahui selisihnya dengan
memakai dasar yang sama, yaitu harga saat ini. Berarti sekaligus dua hal
sudah diperhatikan, yaitu faktor nilai waktu dari uang dan besar aliran kas
masuk dan keluar. Adapun aliran kas proyek (investasi) yang dikaji meliputi
keseluruhan, yaitu biaya pertama, biaya operasional dan pemeliharaan
serta biaya lainnya (Soeharto,1995).
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPV=

n ( C )t _ n (CO)t
t=0
(1+i)t t=0 (1+i)t

Keterangan :

NPV = net present value


(C) t = aliran kas masuk tahun t
(CO) t
= aliran kas keluar tahun t
i
= discount rate (suku bunga)
n
= umur teknik proyek
t
= waktu

Kriteria

NPV > 0, Maka proyek suatu usaha menguntungkan


NPV = 0, Maka proyek tidak untung dan tidak rugi
NPV < 0, Maka Proyek suatu usaha merugikan
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di dapatkan data
Analisis Jangka Panjang sebagai berikut :

Tabel 10. Data Analisis Jangka Panjang


Dari Hasil Analisa Jangka panjang diperoleh hasil NPV sebesar
-35,745,332 yang berarti kurang dari 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa
usaha mebel ini tidak layak untuk dijalankan lagi.
2) Profitability Index atau BC Ratio
Penggunaan
mengevaluasi

BCR

sangat

seri ng

bagi

dalam

proyek-proyek untuk kepentingan umum atau sektor

publik. Dalam hal ini penekanannya


(benefii)

digunakan

kepentingan

umum

ditunjukka n kepada
dan

bukan

manfaat

kepentingan

finansial perusahaan. Meskipun demikian bukan berarti perusahaan


swasta mengabaikan kriteria ini. (Soeharto, 1995).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

BCR=

( PV )B
(PV )C

( PV )B
Cf

Di mana :

BCR
(PV)B
(PV)C

= Perbandingan manfaat terhadap biaya


= nilai sekarang benefit
= nilai sekarang biaya

Indikasi :
Adapun kriteria BCR akan memberikan petunjuk sebagai berikut :

BCR > 1 usul anproyek diterima


BCR < 1 usulan proyek ditolak
BCR = 1 Netral

Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di dapatkan


data Analisis Jangka Panjang sebagai berikut :

Tabel 10. Data Analisis Jangka Panjang

Dari Hasil Analisa Jangka panjang diperoleh hasil Net B/C sebesar
-0,27 yang berarti kurang dari 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha
mebel ini tidak layak untuk dijalankan lagi.
3) Internal Rate of Return (IRR)
Adalah arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas
masuk = NPV aliran kas keluar. Pada analsis NPV dilakukan dengan
menentukan terlebih dahulu besar arus pengembalian

(diskont o) (i),

kemudian dihitung nilai sekarang netto dari aliran kas keluar dan masuk.
Untuk IRR

ditentukan dulu NPV = 0, kemudian dicari berapa besar arus

pengembalian agar hal tersebut terjadi (Soeharto, 1995).


Analisis IRR dapat dilakukan dengan persamaan sebagai berikut :

n
(C )t
(CO)t
(1+i)t (1+i)t
t=0
t=0

Di mana :
(C) t

= aliran kas masuk tahun t

(CO) t = aliran kas keluar tahun t


i

= discount rate (suku bunga) relevan yang digunakan untuk mencari


NPV

= umur teknik proyek

= waktu
Karena

biaya
n

pertama

aliran
(Cf)

kas

keluar

proyek

umumnya

merupakan

maka persamannya menjadi :

(C )t

(1+i)t (Cf )=0


t=0

Indikasi :
Menganalisa usulan proyek dengan IRR memberi kita
petunjuk sebagai berikut :

IRR > arus pengembalian (i) yang diinginkan, proyek

diterima
IRR < arus pengembalian (i) yang diinginkan, proyek
ditolak.
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di

dapatkan data Analisis Jangka Panjang sebagai berikut :

Tabel 10. Data Analisis Jangka Panjang


Dari Hasil Analisa Jangka panjang IRR tidak dapat dihitung karena
nilai dari NPV minus(kurang dari 0), sehingga dapat disimpulkan bahwa
usaha mebel ini tidak layak untuk dijalankan lagi karena nilai IRR kurang
dari 12% yaitu suku bunga deposito yang berlaku.
4) Payback Period (PP)
Metode Payback Period (PP) Merupakan

teknik

penilaian terhadap

jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau


usaha.Perhitungan ini dapat diperoleh dari perhitungan kas bersih
(Procced) yang diperoleh tiap tahun. Nilai kas bersih merupakan
penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan
catatan dengan nilai investasi 100%
(Primyastanto, 2011).
Payback period ingin melihat

menggunakan modal sendiri)


seberapa lama investasi

kembali. Semakin pendek jangka waktu kembalinya investasi

bisa

semakin

baik suatu investasi-investasi, semakin baik suatu investasi. Kelemahan


dari metode payback periodadalah: (1) Tidak memperhitungkan nilai

waktu uang, dan (2) Tidak memperhitungkan aliran kas sesudah periode
payback. Seperti yang dibicarakan dalam bab mengenai nilai waktu uang,
nilai waktu uang harus kita perhatikan.
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di
dapatkan data Analisis Jangka Panjang sebagai berikut :

Tabel 10. Data Analisis Jangka Panjang


Dari Hasil Analisa Jangka panjang diperoleh hasil PP (Payback
Period)SEBESAR -23,69 yang berarti nilai waktu pengembalian investasi
pada usaha mebel ini kurang 23,69 tahun lagi untuk mencapai balik modal.
6) Analisis Sensitivitas
Menurut Suratman (2001), Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis
untuk dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang
berubah-ubah. Tujuan Analisis Sensitivitas :

IV.

Menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan


suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di

V.

dalam perhitungan biaya atau manfaat.


Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan
umumnya

didasarkan

pada

proyeksi-proyeksi

mengandung ketidakpastian tentang apa

yg akan

yang

terjadi di

waktu yang akan dating


Analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa
yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisa bisnis jika
terjadi perubahan atau

ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau

manfaat.
Dalam wawancara praktikum dengan pemilik usaha mebel di
dapatkan data Analisis Jangka Panjang sebagai berikut :

Tabel 10. Data Analisis Jangka Panjang

DAFTAR PUSTAKA
Primyastanto, M. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan. UB Press. Malang.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1. Jakarta: Depdikbud.
Damodaran, Aswath. 1999. Applied Corporate Finance. New York.
Husein, Umar. 1999. Studi Kelayakan Usaha, Manajemen, Metode dan Kasus.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Husnan, Suad. 2003.

Manajemen

Keuangan

Teori

dan Penerapan

(Keputusan Jangka Panjang). Yogyakarta: BPFE.


Husnan, Suad dan Suwarsono. 2003.

Studi

Kelayakan

Proyek. Yogyakarta:

LJPP AMP YKP.


Kadariah. 2003. Evaluasi Proyek, Analisa Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Lumi.K, Mantjoro.E. dan Wagiu.M. 2013. Nilai

Ekonomi

Sumberdaya

Perikanan di Sulawesi Utara (Studi Kasus Ikan Cakalang, Katsuwonus


Pelamis). Jurnal Ilmiah Platax, Vol 1-2.
Matsuda.Y. 2008.

Advantages

and Disadvantages of the Fisheries Trade.

Japan: Faculty of Fisheries Kagoshima University 890 Kagoshima


Budiardi, T., T. Batara, dan D. Wahjuningrum. 2005. Tingkat Konsumsi Oksigen
Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) dan Model Pengelolaan Oksigen
pada Tambak Intensif. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4(1): 89-96 (2005).
Diatin, I., S. Arifianty dan N. Farmayanti. 2008. Optimalisasi Input Produksi pada
Kegiatan Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei): Studi Kasus
pada UD Jasa Hasil Diri di Desa Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi
Kabupaten Indramayu. Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1): 39-49 (2008).

Fardiansyah, D.

2012.

Budidaya

Udang

Vanname

di

Air

Tawar.

http://hasilaut.wordpress.com/2012/05/31/budidaya-udang-vaname-di-airtawar/ (28 Maret 2013)


Kordi, K.M.G.H. 2010. Budidaya Udang Laut. Lily Publisher. Yogyakarta. Mardiana.
2000. Usaha Tambak Udang Rakyat dalam Meningkatkan Pendapatan
Masyarakat dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Langkat (Studi
Kasus: Kecamatan Brandan Barat). Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Nuhman. 2009. Pengaruh Prosentase Pemberian Pakan Terhadap Kelangsungan
Hidup dan Laju Pertumbuhan Udang Vanname (Litopenaeus vannamei).
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1, No. 2.
Prahasta, A. Dan H. Masturi. 2009. Agribisnis Udang Windu. CV Pustaka Grafika.
Bandung
Soekartawi. 2002. Ilmu Usaha Tani. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi. PT RajaGrafindo Persada.
Jakarta.
Yusuf, D. 2002. Dampak Usaha Tambak Udang Terhadap Pengembangan
Wilayah Kabupaten Langkat (Studi Kasus: Kecamatan Pangkalan Susu).
Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai