Anda di halaman 1dari 17

1

ANGGARAN BARANG MODAL


PENDAHULUAN
Anggaran barang modal sering disebut juga dengan penganggaran barang modal atau
anggaran untuk untuk pengadaan aktiva tetap. Barang modal mengacu pada aktiva tetap
yang digunakan dalam produksi dan merupakan konsolidasi perencanaan dana baik arus kas
masuk maupun arus kas keluar untuk jangka waktu tertentu.
Anggaran barang modal mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan, antara
lain :
1.
2.
3.
4.

Dana yang dikeluarkan terikat untuk jangka waktu yanmg panjang


Investasi aktiva tetap menyangkut penjualan di masa yang akan datang
Pengeluaran dana meliputi jumlah yang besar dan sulit menjual kembali aktiva tetap yang telah
dipakai
Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran modal akan mengakibatkan
kerugian, dengan dampak biaya depresiasi, beban bunga modal pinjaman, biaya perunit yang
meningkat, karena tidak dapat memanfaatkan secara optimal.

Anggaran barang modal menekankan pada rencana pengeluaran untuk memperoleh


aktiva tetap. Penganggaran barang modal adalah seluruh proses untuk menganalisis proyek
serta untuk memutuskan apakah proyek-proyek bersangkutan akan dimasukkan dalam
anggaran modal.
ANGGARAN BARANG MODAL
Anggaran barang modal (capital budget) yang biasanya disusun untuk jangka waktu 1
tahun, dan merupakan kunci pengendalian pembelanjaan barang modal tersebut. Bisa juga
dibuat anggaran barang modal jangka panjang untuk jangka waktu 5 sampai 10 tahun, dan
dipakai untuk merencanakan pembelajaan di masa depan. Anggaran barang modal atau
capital budget merupakan sarana yang efisien untuk mengkonsolidasi permintaan dana,
untuk membandingkan anggaran yang dikonsolidasikan dengan dana yang disediakan oleh
manajemen, dan untuk membuat urutan prioritas dari proyek-proyek yang diusulkan. Maka
perlu adanya keputusan untuk menentukan pemilihan investasi apa atau proyek apa yang
akan dilaksanakan, dalam hal ini dapat dilihat dulu perusahaan yang ada sebelumnya.
TEKNIK DAN KONSEP ANGGARAN MODAL
Anggaran modal membantu dalam mengambil keputusan untuk menolak ataupun menerima
sebuah usulan investasi. Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk menentukan
penilaian suatu investasi beserta teknik perhitungan kelayakan pendukungnya. Ada beberapa
metoda yang dikembangkannya, metoda-metoda kuantitatif untuk mengevaluasi atau menilai
proyek-proyek yang diusulkan. Enam metoda evaluasi yang paling utama adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengembalian (payback)
Rata-rata pendapatan investasi per tahun (average annual return invesment method)
Tingkat pendapatan intern (internal rate of return)*
Nilai tunai netto net present value)**
Index profitabilitas (index of profitability)
Diskonto pengembalian (discounted payback)

Catatan :

* RR = Tingkat hasil intern; dipakai juga tingkat pendapatan intern dan tingkat pengembalian
intern.
** NPV = Nilai sekarang netto; dipakai nilai tunai netto.

Adapun tahapannya adalah :


Tahap 1.
Menentukan nilai investasi awal (initial outlays) dari investasi yang dilakukan.
Tahap 2.
Menentukan modal atau sumber dana yang akan digunakan. Dalam hal ini ada tiga alternatif
pilihan, yaitu ;
Modal sendiri seluruhnya
Modal dari pihak lain (pinjaman Bank dan lembaga keuangan lainnya seluruhnya.
Modal campuran (modal sendiri ditambah modal asing)

Tahap 3.
Memperkirakan pola arus kas dari investasi yang diusulkan, setiap arus pengeluaran modal
atau yang dikenal dengan capital expenditure mempunyai dua macam arus kas (cash flow),
yaitu ;
1. Arus kas masuk (Cash in flow)
Merupakan sumber penerimaan secara tunai yang didapat dari hasil investasi, dalam hal
ini semua penerimaan uang dan penerimaan lain yang mempunyai nilai uang tertentu.
a. Yang termasuk dalam penerimaan uang adalah penerimaan uang dari penjualan, pembayaran
piutang dagang dan sebagainya.
b. Yang termasuk penerimaan lain yang mengandung nilai uang adalah seperti penerimaan
melalui tambahan hutang dari pihak ketiga seperti bank, lembaga keuangan lainnya
(perusahaan anjak piutang), tambahan modal pribadi dari pemilik investasi, penjualan aset
(aktiva tetap) dan sebagainya.

NCF yakni arus kas masuk bersih yang dihasilkan dari operasi aktiva tetap/proyek yang
berasal dari penjualan dikurangi seluruh biaya tunai. Formulanya adalah sebagai berikut :
NCF = [ S O D] [1 t] + D - NWC
Keterangan :
NCF =
S =
O=
D=
t =
NWC =

net cash flow (arus kas bersih)


penjualan
biaya operasi
penyusutan
tarif PPh
kenaikan modal kerja setiap tahun

2. Arus kas keluar (Cash out flow)


Merupakan pengeluaran uang ataupun bentuk-bentuk pengeluaran lain yang mempunyai
nilai tertentu dalam arus keluar dan dikenal ada dua istilah pengeluaran berdasarkan waktu
yaitu :
a. Pengeluaran modal (Capital expenditure atau outlays)
Yaitu setiap pengeluaran tunai yang memberikan manfaat jangka panjang seperti halnya
pembelian gedung untuk usaha menjalankan investasi ataupun pembelian asset (aktiva)
lainnya yang mengandung manfaat jangka panjang.
b. Biaya (Revenue expenditure)
Yaitu setiap pengeluaran tunai yang diperhitungkan sebagai pengorbanan dalam memperoleh
penghasilan pada periode yang sedang berjalan misalnya biaya bahan produksi dan biaya
pemasaran.

Data yang diperlukan dalam melakukan perhitungan arus kas masuk adalah :
Sales
Operating cost per cash

xxx
xxx

EBDIT
Depresiation

xxx
xxx

EBIT
Interest

xxx
xxx

EBT
Tax

xxx
xxx

EAT

xxx

Keterangan :
EDBIT
EBIT
EBT
EAT

:
:
:
:

Earning Before Depresiation, Interest and Tax


Earning Before Interest and Tax
Earning Before Tax
Earning After Tax

Tahap 4.
Melakukan perhitungan arus kas masuk (cash in flow), yang disingkat CF dalam penulisan
formula dibawah ini. Dalam hal ini tersedia dua metode yang mendukungnya, yaitu ;
a. Pendekatan Bottom Up (Bottom Up Approach)
Rumusnya :
CF = EAT + Depreciation + Interest (1 - Tax)
b. Pendekatan Top Down (Top Down Approach)
Rumusnya :
CF = EBIT (1 - Tax) + Depreciation
atau
CF = EBDIT (1 - Tax) + (Tax x Depreciation)
Contoh :
Diketahui data sebagai berikut :
Sales
Operating cost
EBDIT
Depreciation
EBIT
Interest
EBT
Tax (50%)
EAT

2500
1500
1000
100
900
100
800
400
400

(-)
(-)
(-)
(-)

Dengan metode Bottom Up:


CF = 400 + 100 + 100 (1 - 50%) = 550
Dengan metode top down :
CF = 900 (1 - 50%) + 100 = 550
atau
CF = 1000 (1 - 50%) + (50% x 100) = 550
Tahap 5.
1. METODA PENGEMBALIAN RATA-RATA ATAS INVESTASI PER TAHUN
(AVERAGE ANNUAL RETURN INVESMENT METHOD).
Melakukan Penilaian Kelayakan Investasi
Dalam melakukan penilaian investasi ada beberapa cara yang dilaksanakan, yaitu :
Berdasarkan pendekatan keuntungan akuntasi, pendapatan rata-rata per tahun atas investasi
yang sering juga disebut metoda akuntansi bisa dihitung dengan mengambil pendapatan
bersih sesudah pajak dan membaginya dengan : 1). Investasi pokok, 2). Investasi rata-rata
(investasi pokok dibagi dua). Dengan rumus ARR (Average/Accounting Rate of Return).
Metode ini mengukur tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh dari suatu investasi.
Rata-rata EAT
ARR =
Capital Outlays
ARR digunakan dalam menghitung persentase pengembangan uang tanpa menghitung time
value of money. Proyek dengan pendapatan tertinggi tentunya yang paling disukai
Kelebihannya :
- Memperhatikan seluruh pendapatan selama umur proyek berlangsung
- Mudah dimengerti dan mudah diperhitungkan.
Kekurangannya :
- Mengabaikan nilai waktu dari uang
- Menggunakan Accounting profit dan tidak memperhatikan arus kas
Contoh ;
Suatu proyek seharga Rp. 50.000.000 diharapkan memberikan pendapatan bersih sesudah
pajak sebesar Rp. 10.000.000 setahun, selama sepuluh tahun. Hasil pengembalian (return)
investasi rata-rata per tahun, dengan menggunakan investasi pokok dan investasi rata-rata,
dihitung sebagai berikut :
Laba bersih sesudah pajak
10.000.000
Investasi pokok : Pengembalian =
=
= 20 %
Investasi pokok
50.000.000
Laba bersih sesudah pajak
Investasi rata-rata : Pengembalian =

10.000.000
=

Investasi rata-rata

= 40 %
50.000.000 : 2

2. METODA PENGEMBALIAN (PAYBACK METHOD)


Berdasarkan Pendekatan Cash Flow, Tanpa Memperhatikan Time Value of Money.

Pendekatan yang tidak memperhatikan nilai waktu dari uang (time value of money) melalui
Payback Period method. Metoda yang mengukur pengembalian suatu investasi, akan
menentukan berapa lama suatu proyek dapat mengembalikan pokoknya. Jika arus uang kas
berjalan konstan , maka dapat mengembalikan sesuai dengan schedule yang telah ditetapkan
namun diharapkan semakin cepat semakin baik:
Kriteria penilaian yang digunakan adalah kriteria investasi yang dimulai berdasarkan arus kas
kumulatif yang akan diterimanya sehingga sampai dengan investasi semula.
Rumusnya :
Capital outlays
Payback period (PP) =
Net cash proceds
atau
Investasi (I)
Perioda pengembalian =
Arus uang kas tahunan hasil operasi (C)
I
P =
C
Arus uang kas hasil operasi adalah sama dengan pendapatan bersih sesudah pajak ditambah
penyusutan. Proyek dengan masa pengembalian paling singkat, atau dengan kata lain proyek
yang paling cepat pulang modal, tentu saja paling disukai.
Kelebihannya :
- Menggunakan arus kas sebagai dasar perhitungannya.
- Mudah dihitung dan dimengerti
- Lebih rasional dari pada main kira-kira saja
Keburukannya antara lain:
- Tidak memperhatikan nilai waktu uang (untuk undiscounted payback)
- Sering tergantung subyektivitas pemilik perusahaan.
- Mengabaikan arus kas setelah sulit melakukan periode penutupan yang wajar, dan
- Tidak memperhatikan profitabilitas sesudah pulang modal
Contoh :
Suatu perusahaan mempertimbangkan pembelian mesin seharga Rp. 50.000.000 dengan
umur guna maupun umur ekonomis ditaksir 10 tahun. Depresiasi dengan garis lurus akan
diterapkan dengan asumsi tidak ada nilai residu, artinya mesin itu tak akan laku dijual
sebagai besi tua. Pendapatan setahun diharapkan berjumlah Rp. 10.000.000 sebelum
penyusutan dan pajak. Andaikata tarif pajak adalah 40% maka periode pembeliannya
dihitung sebagai berikut :
I
P =
C
Pendapatan sebelum penyusutan dan pajak
Kurang; Penyusutan Rp. 50.000.000 : 10 th.
Pendapatan sebelum pajak

Rp. 10.000.000
5.000.000
5.000.000

Kurang; Pajak pendapatan 40%


Pendapatan bersih
Ditambah penyusutan
Arus uang kas hasil operasi

2.000.000
3.000.000
5.000.000
8.000.000

50.000.000
Perioda pengembalian =

= 6,25 tahun
8

2. METODA NILAI TUNAI NETTO (NET PRESENT VALUE = NPV)


Untuk menghitung NPV, arus uang kas hasil operasi didiskontokan pada tingkat
pengembalian (return) yang paling minimum (hurdle rate), lalu pengeluaran pokaknya
dikurangkan dari jumlah tersebut. Jika arus uang kas setelah didiskonto itu lebih besar dari
pada pengeluaran pokoknya (artinya nilai tunai netto atau NPV itu positif), maka proyek itu
menguntungkan dan bisa diterima. NPV adalah selisih antara CNCF pada nilai sekarang
dengan nilai perolehan. Formulanya adalah sebagai berikut :
n
NPV =
i = 1

[ NCF x DF ]
n
ln

INV.

Kelebihan utama pada NPV adalah ; 1). Bahwa NPV selalu dapat dihitung (lain halnya
seperti IRR), 2). Bahwa NPV memperhatikan nilai waktu uang, dan 3). Bahwa NPV
memperlihatkan pendapatan selama masa hidup proyek itu.
Contoh 1 : Jika menggunakan tabel yang ditentukan:
Pengeluaran pokok sebuah proyek adalah sebesar Rp. 40,000,000,-, diperkirakan akan ada
arus uang kas hasil operasi sebesar Rp. 10,000,000,- setiap tahun selama 10 tahun. Andaikata
tingkat pendapatan minimum adalah 16 %, maka NPV dihitung sebagai berikut :
Dari tabel 3.2, nilai tunai Rp. 1.000 yang tiap-tiap tahun diterima selama 10 tahun, dengan
tingkat pendapatan minimum 16%, adalah 4,833. Maka arus uang kas yang didiskontokan
dengan tingkat pendapatan minimum tersebut, adalah ;
4,833 x Rp. 10.000.000 = Rp. 48.330.000
Maka nilai tunai netto (net present value) adalah :
NPV = arus uang kas yang didiskontokan dengan tingkat pendapatan minimum
investasi pokok
= Rp. 48.330.000 - Rp. 40.000.000 = Rp. 8.330.000
Karena NPV ternyata positif, maka proyek itu menguntungkan dan karena itu dapat diterima.
Contoh 2.
Misalkan pembelian mesin drilling, dimana NPV-nya adalah plus Rp. 1,056yang diperoleh
dari formula adalah seperti perhitungan pada tabel berikut :

4. METODA TINGKAT PENGEMBALIAN INTERN (INTERNAL RATE OF RETURN).


IRR suatu investasi adalah tingkat diskonto (bunga), yang menyebabkan nilai tunai
(atau nilai diskonto) dari arus uang kas hasil operasi menjadi sama besarnya dengan
pengeluaran investasi pokok tersebut.
Tingkat pengembalian intern (IRR) yang telah besar dari tingkat pengembalian yang
paling minimum (hurdle rate) seperti diterapkan oleh manajemen dianggap wajar. Jika sulit
mengadakan dua pilihan diantara dua proyek yang kira sama, maka yang dipilih tentunya
proyek yang mempunyai tingkat pendapatan intern atau IRR yang tertinggi.
Keuntungan-keuntungan metoda IRR adalah :
a) Memperhatikan nilai waktu uang dan menggunakan arus kas sebagai dasar
perhitungan.
b) Memperhatikan pendapatan yang diterima sepanjang usia proyek, dan
c) Besarnya dinyatakan dalam persentase pengembalian hasil, sehingga merupakan
dasar untuk mengukur mana yang lebih baik, sehingga pengambilan keputusan dapat
membuat perkiraan bila r (discount rate) sulit diketahui. .
Keburukan yang utama adalah :
a. IRR mengandung pengertian bahwa pendapatan yang diinvestasikan kembali dengan
tingkat pendapatan intern yang mungkin bukanlah merupakan tingkat bunga yang
cocok untuk investasi semacam itu.
b. Tidak membedakan proyek yang mempunyai perbedaan ukuran dan keadaan investasi
c. Dapat menghasilkan IRR ganda atau tidak menghasilakn IRR sama sekali.
Untuk mengetahui besarnya IRR sebuah proyek, dipakai salah satu dari dua tabel,
tergantung apakah arus kas tahunan dari proyek tersebut sama atau tidak. Tabel tersebut
dapat dilihat pada lampiran Tabel 3.1. Nilai sekarang atau nilai tunai (present value) Rp.
1.000 dipakai jika arus uang kas setiap tahunnya berubah-ubah. Tabel 3.2 nilai sekarang Rp.
1.000 dari penerima setiap tahun selama N tahun, dipakai jika arus uang kas setiap tahunnya
tidak berubah. Dalam hal ini dapat dilihat pada rumus untuk menghitung tingkat bunga yang
menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan kas bersih
dimasa datang :
Rumusnya :
n

t=0

At

NPV1
atau

(1 + r)

IRR = i pd NPV

[ NPV2 NPV1]

positif

Keterangan :
IR1
: discount rate 1
IR2
: discount rate 2
NPV1
: net percent value 1
NPV2
: net percent value 2
r
: discount rate
Persyaratan :
- NPV jika IRR < r maka usulan investasi akan ditolak
- Jika IRR > r maka usulan investasi akan diterima

NPV2 NPV1

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh kasus yang sederhana dilihat dari faktor
anuitas IRR :
Kasus 1.
Jika arus uang kas adalah konvesional (arus uang kas setiap tahun dari proyek itu tetap
sama), maka IRR bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Investasi pokok
Faktor anuitas IRR =
Arus uang kas tahunan
Faktor anuitas yang diperoleh dikonversikan menjadi IRR, dengan jalan mencari faktor
anuitas tersebut di dalam tabel, di mana diperlihatkan nilai tunai (present value = PV) Rp.
1.000 yang diterima setiap tahun dalam masa sekian tahun (tabel 3.2). Mencari anuitas IRR
di dalam tabel cukup dilakukan pada baris yang menunjukkan berapa tahun proyek
diperkirakan akan mempunyai masa hidup. Carilah pada baris tersebut, sampai diketemukan
anuitas IRR (atau angka yang paling mendekati). Besarnya tingkat bunga yang tercantum di
atas kolom adalah tingkat IRR untuk proyek tersebut.
Contoh :
Suatu proyek yang sedang dipertimbangkan, membutuhkan investasi pokok sebesar Rp.
54.000.000 dan diperkirakan mendatangkan arus uang kas dari hasil operasi senilai Rp.
15.000.000 per tahun untuk jangka waktu selama 7 tahun.
IRR dihitung sebagai berikut :
Investasi pokok
Faktor anuitas =

54.000.000
=

Arus uang kas setahun

= 3,6
15.000.000

Untuk mengkonversikan faktor anuitas menjadi IRR, dipakai tabel 3.2 Karena hidup proyek
7 tahun, maka pada baris yang menunjukka angka 7 tahun itu dicari nilai yang mendekati
nilai 3,6. Pada baris itu diketemukan faktor anuitas sebesar 3,605, dibawah kolom 20 %.
Maka IRR proyek tersebut adalah 20%.
Kasus 2.
Apabila arus uang kas hasil operasi setiap tahunnya tidak sama, maka perhitungan untuk
mencari IRR menjadi lebih rumit, dan meliputi prosedur coba-coba. Yang dipakai adalah
tabel 3.1 dengan nilai tunai Rp. 1.000, dan bukan tabel 3.2, karen arus uang kasnya berubah
dari tahun ke tahun, dan karena itu nilai tunai dari arus uang kas untuk masing-masing tahun
harus dihitung sendiri-sendiri.
Contoh :
Umpamakan ada pengeluaran pokok sebesar Rp. 32.318.000 dan arus uang kas hasil operasi
adalah seperti berikut :
Tahun
Arus uang kas
Hasil operasi
1
Rp. 8.000.000
2
Rp. 8.000.000
3
Rp.10.000.000
4
Rp.16.000.000

Tujuannya adalah mencari tingkat diskonto yang akan menyebabkan nilai tunai arus uang kas
hasil operasi sama besarnya dengan pengeluaran pokok.
Jika kita mulai dengan 12 %, maka hasil-hasilnya adalah :
Tahun
1
2
3
4

Arus uang kas


Hasil operasi
Rp. 8.000.000
Rp. 8.000.000
Rp.10.000.000
Rp.16.000.000

Tingkat diskonto 12 %
= Nilai tunai
PV Rp. 1.000 (Tabel 3.1)
0.893
Rp. 7.144.000
0,797
6.376.000
0,712
7.120.000
0,636
10.176.000
30.816.000

Nilai tunai seluruhnya adalah Rp. 30.816.000, tetapi karena angka ini tidak sama dengan
pengeluaran pokok sebanyak Rp. 32.318.000, maka 12 % itu bukanlah IRR yang dicari.
Semakin rendah tingkat diskonto yang dipakai, semakin tinggi nilai tunainya; karena itu di
dalam usaha kita mencari IRR yang tepat, kita akan memakai IRR yang lebih rendah, untuk
mendapatkan nilai tunai yang lebih tinggi.
Dengan IRR 10 %, hasilnya adalah :
Tahun
1
2
3
4

Arus uang kas


Hasil operasi
Rp. 8.000.000
Rp. 8.000.000
Rp.10.000.000
Rp.16.000.000

Tingkat diskonto 10 %
= Nilai tunai
PV Rp. 1.000 (Tabel 3.1)
0.909
Rp. 7.272.000
0,826
6.608.000
0,751
7.510.000
0,683
10.928.000
32.318.000

Jadi IRR yang dicari adalah 10%, karena pada tingkat diskonto 10 % itu arus uang kas hasil
operasi adalah sama dengan pengeluaran pokok.
Kadang-kadang IRR berada di antara dua nilai di dalam tabel (umpakan IRR yang dicari tadi
berada di antara 10 dan 12 persen). Dalam hal yang demikian itu perlu digunakan suatu tabel
nilai tunai yang lebih terperinci, atau perlu dipakai metoda taksiran yang berdasarkan
interpolasi, untuk mendapatkan nilai IRR yang dicari.
5.INDEX PROFITABILITAS (INDEX OF PROFITABILITY).
IP, Yaitu indeks profitabilitas atau disebut juga indeks dayalaba, diperoleh dengan
mengambil nilai tunai arus uang kas hasil operasi dan membagi angka tersebut dengan
pengeluaran pokok dengan kata lain menghitung perbandingan antara nilai sekarang
penerimaan kas bersih dimasa datang dengan nilai sekarang investasi. Jika sesuatu proyek
ingin dianggap menarik, maka IP proyek itu harus lebih besar daripada angka 1.

10

n
[ NCF x DF ]
i = 1
n
ln
Rumusnya

PI =
INV

Persyaratan :
- Jika PI < 1 maka usulan investasi tersebut tidak layak
- Jika PI > 1 maka usulan investasi tersebut layak.
Kelebihannya :
- Menggunakan arus kas sebagai dasar perhitungan
- Memperhatikan nilai waktu dari uang
- Konsistensi dengan tujuan perusahaan, yaitu memaksimumkan kekayaan pemegang
saham.
Kelemahannya :
Dapat memberikan panduan dan pilihan yang salah pada proyek-proyek yang mutually
exclucive yang memiliki unsur ekonomis dan skala investasi yang berbeda.
Contoh:
Dari informasi seperti contoh pada NPV dimana; Pengeluaran pokok sebuah proyek
adalah sebesar Rp. 40,000,000,-, diperkirakan akan ada arus uang kas hasil operasi sebesar
Rp. 10,000,000,- setiap tahun selama 10 tahun. Andaikata tingkat pendapatan minimum
adalah 16 %, maka NPV dihitung sebagai berikut :
Dari tabel 3.2, nilai tunai Rp. 1.000 yang tiap-tiap tahun diterima selama 10 tahun, dengan
tingkat pendapatan minimum 16%, adalah 4,833. Maka arus uang kas yang didiskontokan
dengan tingkat pendapatan minimum tersebut, adalah ;
PV arus uang kas (4,833 x Rp. 10.000.000)
Pengeluaran pokok

Rp. 48.330.000
Rp. 40.000.000

= 1.208
6.DISKONTO PENGEMBALIAN (DISCOUTED PAYBACK).
Metoda diskonto pengembalian memperlihatkan lagi metoda pengembalian dengan
mempertimbangkan nilai waktu uang. Arus uang kas hasil operasi setiap tahunnya
didiskontokan dengan tingkat pendapatan yang dikehendaki sebelum masa pengembalian itu
dihitung.
Contoh :
Umpama ada sebuah proyek seharga Rp. 20.000.000 yang diperkirakan akan memberi hasil
Rp. 7.000.000 setahun selama 10 tahun, dan tingkat pengembalian yang dikehendaki
perusahaan adalah 14 %. Masa diskonto pengembalian dihitung sebagai berikut :
Tahun

1
2
3
4

Arus uang kas


Hasil operasi
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

7.000.000
7.000.000
7.000.000
6.339.530*

Nilai Tunai
Rp. 1 pada 14%
(Tabel 3.1)
0.909
0,826
0,751
0,683

Nilai tunai

Masa Diskonto
Pengembalian
(Tahun)
Rp. 6.139.000
1.00
5.383.000
1.00
4.725.000
1.00
3.753.000
0,91
20.000.000

3,91

11

* Rp. 3.753.000 : 0,592 = Rp. 6.339.530


Rp. 20.000.000 (Rp. 6.139.000 + Rp.5.383.000 + Rp.4.725.000) = Rp.3.753.000
Rp.6.339.530 : Rp.7.000.000 = 0,906 0,91

TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN MODAL


Tujuan Perencanaan :
Menyediakan perencanaan yang efektif dari pengeluaran modal/dana (capital expensive)
Tujuan Koordinasi :
Menyediakan alat koordinasi antara capital expenditure yang dihubungkan dengan :
a. Kebutuhan pembelanjaan kas.
b. Investasi dari berbagai macam kegiatan operasional
c. Penjualan potensial
d. Keuntungan potensial
e. Return on invesment (ROI).
Sebagai Alat Pengawasan.
Menyediakan alat pengawasan baik untuk minor maupun mayor additional
PERHITUNGAN ANGGARAN PENYUSUTAN
Ada lima metode untuk menghitung anggaran penyusutan per tahun. Kelima metode
tersebut adalah :
a. Metose Garis Lurus (Straight Line Method)
b. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of The Year Digit)
c. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)
d. Metode Unit Produksi (Unit of Production Method)
e. Metode Penyusutan Per Undang-Undang Perpajakan.
Metode Garis Lurus
Metode ini mengasumsikan bahwa jumlah penyusutan setiap tahun selama umur ekonomis
aktiva adalah sama. Formulanya adalah :
Nilai Perolehan Taksiran residu
Penyusutan per tahun =
Umur Ekonomis
Metode Jumlah Angka Tahun
Dengan metode ini, penganggar harus menjumlahkan angka yang membentuk dalam umur
ekonomis untuk mendapatkan angka sebagai penyebut. Sebagai contoh apabila umur
ekonomis 4 tahun, maka angka yang membentuk adalah 1,2,3, dan 4 jumlahnya 10. Setelah
angka jumlah (sum) diperoleh, maka untuk penyusutan tahun ke 1 digunakan angka
pembilang pada deretan angka paling akhir dalam urutan angka tersebut.
Angka pada deretan terakhir
Angka pada deretan ke dua teralhir
Angka pembentuk dalam umur ekonomis 4 tahun 1 2 3 4,

12

Dengan demikian penyusutan tahun pertama dihitung mulai dengan 4/10, tahun ke dua 3/10
tahun ketiga 2/10 dan tahun keempat 1/10. pembilang / penyebut dikalikan dengan nilai
perolehan nilai residu.

Secara formulasi, penyusutan tahun 1 dihitung sebagai berikut :


Penyusutan tahun I = 4/10 (Nilai Perolehan Nilai Residu)
Penyusutan tahun II = 3/10 (Nilai Perolehan Nilai Residu)
Penyusutan tahun III = 2/10 (Nilai Perolehan Nilai Residu)
Penyusutan tahun IV = 1/10 (Nilai Perolehan Nilai Residu)

Metode Saldo Menurun Ganda


Saldo menurun ganda sering juga disebut metode saldo menurun (declining balance
method). Metode ini memberikan nilai penyusutan semakin berkurang setiap tahunnya.
Penyusutan dihitung dari perkalian persentase terhadap nilai buku awal tahun yang
jumlahnya semakin menurun akibat semakin besarnya akumulasi penyusutan.
Tarif penyusutan dihitung 2 kali dari tarif penyusutan dengan metode garis lurus (tanpa
menghitung nilai residu).
Sebagai contoh :
Mesin drilling, umur ekonomis 4 tahun, harga perolehan USD 72.000, tarif penyusutan 50%
Penyelesaiannya :
Penyusutan Dengan Metode Saldo Menurun Ganda
Tahun

Nilai
Perolehan

1
2
3
4

72.000
72.000
72.000
72.000

Akm Depr Nilai Buku


Awal tahun Awal tahun
36.000
54.000
63.000

72.000
36.000
18.000
9.000

Tarif
Depr

Penyusutan
per Tahun

50 %
50 %
50 %
50 %

36.000
18.000
9.000
4,500

Nilai Buku
Akhir tahun
36.000
18.000
9.000
4,500

Metode Unit Produksi.


Metode unit produksi memberikan nilai penyusutan yang bervariasi dari tahun ke tahun,
karena tergantung unit produksi pada tahun bersangkutan. Formulasinya :
Nilai Perolehan Taksiran Residu
Tarif Penyusutan =
Taksiran Unit Produksi

13

Format Anggaran Aktiva Tetap :


Formula umum untuk menyiapkan anggaran aktiva selama tahun mendatang adalah sebagai
berikut :
Saldo akhir = Saldo awal + Penambahan aktiva - Pengurangan
Format Anggaran Aktiva Tetap dan Penyusutan:
Tidak ada format standar untuk aktiva tetap. Masing-masing buku memberikan format yang
berbeda. Oleh karena itu, format biasanya diserahkan pada perusahaan yang bersangkutan
sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa kriteria untuk format yang baik adalah :
1. Komprehensif (comprehencive).
2. Bermanfaat (usefulness).
3. Relevan (relevance).
4. Saling berkaitan (inter-relation).
5. Simpel (simple).
Memenuhi kriteria demikian cukup berat karena aktiva tetap terdiri banyak items, nilai
perolehan yang relatif besar, aktiva tetap tersebar dan digunakan oleh setiap fungsi/
departemen, dan metode penyusutan tersedia banyak. Sebagai contoh, untuk pos mesin bisa
terdiri dari 50 items, seperti mesin drilling, mesin pressing, mesin assemblying, mesing
packing, dll. Pos gedung terdiri dari gedung utama, gedung pabrik, bangunan gudang dan
storing, mess karyawan, dan lain-lain. Untuk memenuhi kriteria manfaat (use-fulness),
semua fihak berkepentingan dengan manfaat aktiva tetap dimana pimpinan berkepentingan
dengan efisiensi dan efektitas aktiva, karyawan menikmati manfaat kerja aktiva tetap.
Dengan demikian format standar for all tidak ada. Namun secara umum, format anggaran
aktiva tetap ada dua model, yaitu :
1. Format individual (individual forms)
2. Format all-inclusive (inclucive forms)
Format individual (individual forms)
Format individual adalah format anggaran bagi aktiva tetap per bagian/derpartemen yang
bersangkutan. Sebagai contoh, Anggaran Aktiva Tetap Departemen Assemblying hanya
memuat info tentang aktiva tetap di bawah tanggung jawab pada departemen assemblying
dan tidak ada info aktiva dari departemen lain. Budgeter harus mengintegrasikan anggaran
individual ini menjadi anggaran untuk perusahaan secara keseluruhan. Format seperti ini
hanya bermanfaat bagi departemen/bagian yang bersangkutan.
Keunggulannya adalah detil dari setiap aktiva akan terlihat sehingga pertanggungjawaban
dan kontrol untuk departemen/bagian menjadi jelas.
Format All Inclusive
Format all inclusive adalah format anggaran aktiva tetap yang dimampatkan sedemikian
rupa sehingga info anggaran tentang mutasi aktiva tetap selama tahun anggaran mendatang
terangkum dalam satu tabel anggaran. Info penting itu adalah :
1. Pos aktiva tetap per masing-masing sub-item
2. Umur ekonomis per-item
3. Metode penyusutan

14

4. Saldo awal dari harga perolehan (acquision cost) masing-masing aktiva di awal tahun
anggaran
5. Penambahan dari aktiva tetap (fixed asset addition)
6. Pengurangan dari aktiva tetap (fixed asset reduction)
7. Saldo akjir dari harga perolehan untuk masing-masing aktiva di akhir periode anggaran
8. Saldo awal akumulasi penyusutan per masing-masing aktiva di awal tahun anggaran.
9. Penyusutan selama periode anggaran
10. Pengurangan penyusutan akibat pengurangan aktiva
11. Saldo akhir dari akumulasi penyusutan
12. Pembebanan biaya penyusutan ke fungsi/bagian, misalnya ke biaya overhead, biaya
pemasaran, atau biaya adm/umum.
Format ini bisa juga disebut format semua dalam satu (all-in-one form), yaitu format yang
terdiri banyak kolom, untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar format dari kolomkolom berikut ini :

No.

Aktiva Tetap

Metode

Nilai Perolehan
Akumulasi Penyusutan
Umur
Ekono Saldo Penam Pengu Saldo Saldo Penyu Pengu Saldo
mis
awal bahan rangan akhir awal sutan rangan akhir
4

5+6+7

Pencatatan harus cocok


dengan Neraca awal

Pencatatan penambahan harus cocok


dengan studi kelayakan dan dicatat ke
Entri Anggaran dan Neraca lajur

10

11

Pembebanan
Over
Biaya
head pemasaran

12

13

14

15

9+10+11

Pencatatan harus cocok


dengan proyeksi neraca
Pencatatan Penyusutan
thn berjalan dicatat di
Entri dan harus cocok
dengan Neraca lajur

Keterangan :
Kolom pertama untuk nomor urut aktiva tetap yang dimiliki perusahaan,
Kolom ke dua untuk keterangan aktiva tetap
Kolom ke tiga umur ekonomis dari amsing-masing aktiva.
Empat kolom berikutnya adalah untuk nilai perolehan aktiva, dimana masing-masing
menunjukkan:
Saldo awal tahun
Penambahan
Pengurangan, dan
Saldo akhir

15

Empat kolom setelah itu adalah untuk nilai akumulasi penyusutan, dimana masing-masing
menunjukkan:
Saldo awal akumulasi penyusutan pada awal tahun anggaran
Penyusutan pada tahun berjalan (tahun anggaran)
Pengurangan penyusutan kalau ada pengurangan aktiva pada tahun ybs, dan
Saldo akhir dari akumulasi penyusutan
Kolom berikutnya adalah untuk pencatatan biaya penyusutan dari masing-masing fungsi, seperti
biaya produksi (overhead), biaya pemasaran, biaya adm/umum dsb.nya.
Apapun format yang digunakan, anggaran aktiva tetap yang info dimuat di dalamnya harus
correspond dengan anggaran lain, karena anggaran aktiva tetap merupakan sub-sistem dari
seluruh sistem anggaran.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh dari beberapa metode dibuat dalam satu soal
seperti berikut dibawah ini :

KASUS .1.
PT. EKOWATI merencanakan untuk membeli mesin baru untuk melengkapi pabriknya.
Ada dua macam penawaran mesin yang diinginkan, adapun data kedua mesin tersebut
adalah :
Keterangan

Mesin A

Mesin B

Harga perolehan
Nilai sisa
Umur mesin
Metode penyusutan

Rp. 63.000.000
0
4 tahun
Straight line

Rp. 60.000.000
Rp. 1.500.000
4 tahun
Sum of year digit
method
40 %
15 %

Tax
Discount rate
Pendapatan bruto (EBT)
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4

40 %
15 %
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

7.200.000
7.800.000
8.400.000
9.000.000

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

6.600.000
7.500.000
8.100.000
8.700.000

Pertanyaan :
2. Menghitung net cash in flow per tahun dari masing-masing mesin tersebut.
3. Menghitung nilai ekonomis dari setiap mesin berdasarkan pada :
a. Metode NPV
b. Payback Period
Berikan saran dan jelaskan pada PT EKOWATI sebaiknya mesin mana yang dibeli
berdasarkan nilai ekonomisnya dari perhitungan di atas.
Penyelesaiannya :
Rp. 63.000.000
Depresi mesin A =

= Rp. 15.750.000,4

16

Depresi mesin B :
Tahun 1 = 4/10
Tahun 2 = 3/10
Tahun 3 = 2/10
Tahun 4 = 1/10
NFC untuk mesin A
Keterangan
EBT
Tax 40 %
EAT
Depresiasi

x
x
x
x

(Rp. 60.000.000 - Rp. 1.500.000)


Rp. 58.500.000
Rp. 58.500.000
Rp 58.500.000

=
=
=
=

Rp. 23.400.000
Rp. 17.500.000
Rp. 11.700.000
Rp. 5.850.000

Tahun 1
Rp. 7.200.000
Rp. 2.880.000
Rp. 4.320.000
Rp15.750.000

Tahun 2
Rp. 7.800.000
Rp. 3.120.000
Rp. 4.680.000
Rp15.750.000

Tahun 3
Rp. 8.400.000
Rp. 3.360.000
Rp. 5.040.000
Rp15.750.000

Tahun 4
Rp. 9.000.000
Rp. 3.600.000
Rp. 5.400.000
Rp.15.750.000

NFC

Rp20.070.000

Rp20.430.000 Rp20.790.000

Rp.21.150.000

NFC untuk mesin B


Keterangan
EBT
Tax 40 %
EAT
Depresiasi

Tahun 1
Rp. 6.600.000
Rp. 2.640.000
Rp. 3.960.000
Rp23.400.000

Tahun 2
Rp. 7.500.000
Rp. 3.000.000
Rp. 4.500.000
Rp17.550.000

Tahun 3
Rp. 8.100.000
Rp. 3.240.000
Rp. 4.860.000
Rp11.700.000

Tahun 4
Rp. 8.700.000
Rp. 3.480.000
Rp. 5.220.000
Rp. 5.850.000

NFC

Rp27.360.000

Rp22.050.000 Rp16.560.000

Rp.11.070.000

1. a. Metode NPV
Mesin A

Mesin B

Tahun
1
2
3
4
Nilai sisa

CF (Rp.)

DF (%)

PV of CV(Rp)

CF (Rp.)

20.070.000
20.430.000
20.790.000
21.150.000

0.8696
0.7561
0.6575
0.5717

17.452.872
15.447.123
13.669.425
12.091.455
-

27.360.000
22.050.000
16.560.000
11.070.000
1.500.000

PV of CV(Rp)
23.792.250
16.672.005
10.888.200
6.328.000
857.550

Jumlah
Investasi awal

58.660.875
63.000.000

58.538.730
60.000.000

NPV

-4.339.125

-1.461.270

1.710.000
b. Pay Back Period A = 3 tahun + (

x 12 bulan

= 3 tahun 29 hari

21.150.000
10.590.000
Pay back Period B = 2 tahun + (

x 12 bulan ) = 2 th. 7 bulan 20 hr.


16.560.000

Kesimpulannya : dari kedua investasi tersebut di atas tidak layak dilakukan, jadi keduanya
tidak usah dipilih/dibeli. Alasannya : NPV keduanya <0 (negatif)

17

KASUS .2.
PT. EKATRESNAWIJAYA merencanakan untuk membeli mesin baru untuk melengkapi
pabriknya. Ada dua macam penawaran mesin yang diinginkan, adapun data kedua mesin tersebut
adalah :

Keterangan

Mesin A

Mesin B

Harga perolehan
Nilai sisa
Umur mesin
Metode penyusutan

Rp. 68.000.000
0
4 tahun
Straight line

Rp. 63.000.000
Rp. 1.500.000
4 tahun
Sum of year digit
method
40 %
15 %

Tax
Discount rate
Pendapatan bruto (EBT)
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4

40 %
15 %
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

7.400.000
8.000.000
8.600.000
9.200.000

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

6.800.000
7.700.000
8.300.000
9.000.000

Pertanyaan :
1. Menghitung net cash in flow per tahun dari masing-masing mesin tersebut.
2. Menghitung nilai ekonomis dari setiap mesin berdasarkan pada :
a. Metode NPV
b. Metode IRR
Berikan saran dan jelaskan pada PT EKATRESNAWIJAYA sebaiknya mesin mana yang
dibeli berdasarkan nilai ekonomisnya dari perhitungan di atas.

Anda mungkin juga menyukai