Kriteria Investasi
Investasi menurut Kasmir dan Jakfar (2003) adalah kegiatan mengorbankan uang sekarang
untuk mendapatkan uang/laba di masa mendatang.
4.1 Ciri-ciri investasi menurut Siswanto Sutojo (2000) adalah:
1. Investasi tersebut menyerap dan mengikat dana dalam jumlah besar.
2. Manfaat yang akan diperoleh perusahaan (misalnya keuntungan) baru dapat dinikmati
sepenuhnya beberapa masa setelah investasi dilakukan.
3. Tingkat risiko yang ditanggung perusahaan lebih tinggi.
4. Keputusan investasi proyek yang keliru, tidak dapat direvisi begitu saja, seperti
halnya keputusan memberikan kredit penjualan kepada pelanggan baru secara tidak
tepat, tanpa harus menderita kerugian yang cukup besar.
4.2 Kriteria investasi
Kriteria investasi merupakan alat ukur yang menentukan suatu proyek layak atau tidak
layak untuk dilaksanakan. Untuk mengetahui layak atau tidak suatu investasi yang dilakukan
dan menguntungkan secara ekonomis, dipergunakan beberapa kriteria di antaranya adalah:
1. Nilai bersih kini (Net Present Value = NPV)
Merupakan manfaat bersih tambahan (nilai kini bersih) yang diterima bisnis selama umur
proyek pada tingkat discount factor tertentu
Rumus:
Contoh analisis:
Kesimpulan: karena nilai NPV > 0 maka bisnis layak (go) untuk dilaksanakan
Kesimpulan: karena gross B/C >1 maka bisnis layak untuk dijalankan
IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran
yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis
dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR).
Di dalam prakteknya menghitung tingkat IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan
metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan
NPV positif) dengan tingkat discount yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV
negatif). Berikut rumus IRR:
Kesimpulan: karena persentase IRR > DR (25 %) maka bisnis layak dijalankan