Anda di halaman 1dari 6

SALEP

Menurut Ansel (2011), salep merupakan sediaan semisolid untuk aplikasi eksternal pada
kulit atau membrane mukosa. Salep tersebut dapat berupa salep untuk tujuan pengobatan
(medikasi) atau salep nonmedikasi. Salep nonmedikasi digunakan untuk efek fisik seperti
pelindung, emolien, atau lubrikan.
Dalam FI IV, salep didefiniskan sebagai sediaan setengah padat yang ditujukan untuk
pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali
dinyatakan lain, kadar obat dalam bahan salep yang mengandung obat keras atau narkotika
adalah 10%.
Graham-Brown dan Burns (2002) juga membuat definisi mengenai salep. Mereka
berpendapat bahwa bentuk salep merupakan bahan yang berminyak yang mempunyai fungsi
sebagai emolien dan penutup kulit.
Rute Pemberian Salep dapat digunakan melalui beberapa rute pemberian, antara lain:

Epikutan, transdermal

Konjungtival

Intranasal

Rektal

Vaginal
2.1.1

Basis Salep

Dasar atau basis salep merupakan salah satu komponen dan faktor yang sangat penting
dalam sediaan salep. Basis salep merupakan komponen terbesar dalam sediaan salep sehingga
sangat menentukan baik/buruknya sediaan salep tersebut. Salah satu hal penting yang harus
diperhatikan dalam memformulasikan sediaan salep adalah seleksi basis salep yang cocok.
Basis salep berfungsi sebagai pembawa, pelindung, serta pelunak kulit. Basis salep
medikasi harus dapat melepaskan obat secara optimal agar tidak merusak atau menghambat aksi
terapi, dan sedapat mungkin cocok untuk penyakit dan kondisi kulit tertentu. Idealnya, basis
salep yang baik harus memiliki sifat-sifat berikut ini:

Tidak mengiritasi

Mudah dibersihkan

Tidak meninggalkan bekas

Stabil

Tidak tergantung pH

Dapat bercampur dengan banyak obat

Secara terapi netral

Memiliki daya sebar yang baik/mudah dioleskan

Miskin mikrobakteri (<102/g), dan tidak ada enterobakteri, pseudomonas aeruginosa, dan
Staphylococcus aureus.

Dalam USP, basis salep yang digunakan sebagai pembawa digolongkan menjadi 4 kelompok:
a. Basis hidrokarbon
Basis ini dikenal sebagai dasar salep berlemak (oleaginous), antara lain vaselin putih
dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan kedalamnya.
Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak
sebagai pembalut penutup untuk kulit. Dasar salep hidrokarbon bersifat melunakan lapisan
kulit (emolien) karena oklusif (meninggalkan lapisan dipermukaan kulit) sehingga akan
meningkatkan hidratasi kulit dengan menghambat penguapan air pada lapisan kulit. Dasar
salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak mongering
dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.
Vaselin
Vaselin adalah campuran hidrokarbon setengah padat, yang diperoleh dan minyak
mineral. Vaselin dibuat pertama sekali tahun 1871 dan telah digunakan sebagai dasar salep
sampai saat ini. Vaselin terdapat dalam dua macam warna yaitu putih dan kuning. Vaselin
putih adalah vaselin yang sudah dimurnikan/dipucatkan dengan asam sulfat, sehingga tidak
boleh digunakan untuk basis salep mata.
Basis vasein digunakan bila dikehendaki adanya film penutup pada kulit yang diobati.
Kemampuan menyerap air cukup kecil yaitu sekitar 5%. Untuk menaikkan kemampuan
menyerap air dapat ditambahkan kholesterol.

Petrolatum/parafin:
Parafin adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral, tidak
berasa, tidak berbau, berwarna putih bila telah diputihkan. Terdiri dari 2 bentuk, yaitu bentuk
padat dan bentuk cair. Parafin padat digunakan untuk mengeraskan salep sebab titik lebur
campuran akan naik. Parafin cair terdiri dari 2 macam yaitu yang viskositasnya encer dan
viskositas kental. Viskositas encer digunakan untuk pembuatan Vanishing cream, viskositas
kental digunakan untuk pembuatan cold cream.
Contoh: White ointment USP
White petrolatum 95% (W/V)
White wax 5 %
Minyak tumbuhan
Minyak tumbuhan ditambahkan ke dalam dasar salep sebagai pelumas, untuk
melunakkan dasar salep, untuk mengurangi efek pengeringan dan untuk menurunkan titik
lebur. Minyak tumbuhan banyak dipakai dalam sediaan kosmetik seperti krim pembersih dan
pendingin, krim untuk kulit kering dan lotion. Contoh minyak tumbuhan: oleum sesami,
oleum olivamm.
b. Basis serap
Dasar salep ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok .Kelompok pertama terdiri atas
dasar salep(hidrokarbon) yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam
minyak (misalnya petrolatum hidrofilik).Kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam
minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (misalnya
lanolin).Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien walaupun tidak memberikan
derajat oklusi sebesar dasar salep hidrokarbon. Dasar salep serap tidak mudah untuk
dibersihkan dari kulit dengan hanya mencuci dengan air saja karena fase eksternal emulsi
yang berminyak . Dasar salep ini berguna sebagai bahan tambahan farmasetik untuk
menggabungkan sejumlah kecil larutan larut air kedalam basis hidrokarbon.

Parafin Hidrofilik

Cairkan stearil alkohol dan white wax pada waterbath, tambahkan kolesterol dengan
pengadukan hingga larut, lalu menambahkan parafin putih, dan diaduk sampai mengental dan
campuran dingin.
Adeps Lanae
Adeps Lanae merupakan lemak bulu domba, mengandung kholesterol kadar tinggi
dalam bentuk ester dan alkohol, sehingga dapat mengabsorbsi air. Bila digunakan pada kulit
dapat merupakan lapisan penutup dan melunakkan kulit. Tetapi banyak yang alergi terhadap
adeps lanae. Disamping itu adeps lanae bertendensi menjadi tengik dan baunya kurang
menyenangkan.
c. Basis salep yang dapat dicuci dengan air
Basis salep tercuci air berupa emulsi minyak dalam air yang menyerupai krim.
Karena fase eksternal emulsi salep ini adalah fase air, maka salep mudah tercuci air dan
dihilangkan dari kulit. Basis ini dapat diencerkan dengan air atau larutan hidrofilik. Contoh
dari basis ini adalah salep hidrofilik (USP).

Stearil alkohol dan white petrolatum dilelehkan bersama pada suhu sekitar 75C. Bahan lain,
dilarutkan dalam air murni, ditambahkan dengan pengadukan sampai campuran mengental.
Sodium lauril sulfat adalah zat pengemulsi. Strearil alkohol dan white petrolatum merupakan
fasa minyak dalam emulsi dan bahan-bahan lainnya adalah fasa air. Metilparaben dan
propilparaben adalah pengawet antimikroba.
d. Basis salep larut dalam air
Basis larut air tidak mengandung komponen berminyak. Basis ini benar-benar mudah dicuci
air. Karena basis ini menjadi sangat lunak sangat dengan penambahan air, sejumlah besar larutan
tidak efektif dimasukkan ke basis-basis ini, maka sebagian besar digunakan untuk zat padat.
Polietilen glikol (PEG) adalah contoh basis yang larut dalam air. Polyethylene Glycol merupakan
polimer dari etilen oksida dan air dengan formula H(OCH2CH2)nOH, di mana n merupakan
jumlah rata-rata kelompok oksietilena. PEG yang memiliki berat molekul rata-rata di bawah 600
berwujud cairan tidak berwarna, berat molekul di atas 1000 berupa padatan putih, dan berat
molekul di antaranya berupa semisolids. Semakin besar berat molekul, semakin besar
viskositasnya.

Menggabungkan padatan PEG 3350 dengan cairan PEG 400 menghasilkan salep
semipadat yang sangat lentur. Jika salep kencang yang diinginkan, formulasi dapat diubah
sehingga mengandung bagian yang sama dari kedua bahan. Ketika larutan air harus dimasukkan

ke dalam basis, substitusi 50 g PEG 3350 dengan jumlah alkohol stearil yang sama dapat
menguntungkan dalam memberikan produk akhir lebih kencang.
Pemilihan basis untuk digunakan dalam formulasi salep bergantung pada penilaian dari
sejumlah faktor sebagai berikut:

Penentuan kecepatan pelepasan obat dari basis salep

Pemilihan penyerapan obat akan secara topikal atau perkutan

Keinginan atas kelembaban kulit

Stabilitas obat dalam basis salep

Efek, jika ada, dari obat pada konsistensi atau bahan lain dari basis salep

Keinginan agar basis mudah dihilangkan dengan air

Karakteristik permukaan tempat salep digunakan

Efek Farmakologi
Hidrokortison merupakan obat golongan glukokortiroid dengan kerja short
immediate acting. Hidrokortison juga memilki Efek mineralkortikoid yang sangat
tinggi. Hidrokortison berikatan dengan reseptor glukokortikoid yang akan
membentuk kompleks reseptor-ligan translokasi di dalam inti sel, di mana ia
mengikat banyak elemen respon glukokortikoid (GRE) di wilayah promotor gen
target. Aktivitas anti-inflamasi kortikosteroid pada hidrokortison ini melibatkan
lipokortin, protein inhibitor fosfolipase A2, penghambatan asam arakidonat,
mengontrol biosintesis prostaglandin dan leukotrien. Sistem imun ditekan oleh
kortikosteroid karena penurunan fungsi sistem limfatik, penurunan immunoglobulin
dan konsentrasi komplemen, pengendapan limfositopenia, dan adanya ikatan
antigen-antibodi. Dosis hidrkortison pada dewasa adalah 15-240 mg secara PO/IM/IV
setiap 12jam. Pada anak-anak Dibawah 12 tahun adalah 2.5-10 mg/kg/hari secara
PO dibagi tiap 6 sampai 8 jam dan 1-5 mg/kg/hari secara IM/IV dibagi setiap 12
sampai 24 jam dan Diatas 12 tahun15-240 mg PO/IM/IV/SC setaiap 12 jam
(Corwin,2008).
Referensi:

Niazi, S. K. (2004). Handbook of Pharmmaceutical Manufacturing Formulation


Semisolid Products Vol.4. Boca Raton: CRC Press.

Anda mungkin juga menyukai