MAKALAH
Oleh:
Anggota;
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan dalam suatu perusahaan manufaktur yaitu untuk mencapai produksi dan
produktifitas yang optimal agar dapat digunakan untuk pengambilan-pengambilan keputusan
atau kebijakan dalam memilih alternative sehingga operasional produksinya dapat lebih
efektif dan efesien. Untuk dapat membuat perencanaan dan pengambilan keputusan yang
baik, perusahaan perlu melakukan analisis volume, biaya dan laba. Karena analisis biaya
volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga,
semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis CVP dapat menjadi
suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi
yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.
Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar
kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Besar kecilnya laba
perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan.
Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya dan volume
penjualan.
Dengan harga jual, volume yang dijual, serta pengklasifikasian biaya, maka analisis
Cost-Volume-Profit dapat dilaksanakan dengan menggunakan elemen-elemen analisis.
Elemen tersebut antara lain analisis peramalan penjualan yang terdiri atas peramalan
kuantitas penjualan dan harga jual, dasar-dasar analisis cost-volume-profit yaitu analisis
contribution margin, analisis operating leverage analisis break even point, dan analisis
margin of safety serta analisis cost-volume-profit dalam pemanfaatannya dalam perencanaan
yaitu analisis target laba dan analisis sensivitas. Sebagai contoh pembelajaran bagi kami,
kami memilih usaha pabrik batu bata CV. Riski Perdana untuk kami analisis Cost-Volume-
Profit nya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat menentukan volume penjualan yang diperlukan agar dapat mencapai target
laba
2. Dapat memahami bagaimana perubahan pada pola biaya tetap dan variabel
mempengaruhi tingkat laba perusahaan.
3. Lebih memahami cara menganalisis volume, biaya dan laba
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perencanaan Laba
1. Pengertian perncanaan laba
B. Biaya
Konsep Biaya
Carter (2009:31) juga menyatakan bahwa akuntan yang terlibat dalam perencanaan
dan pengambilan keputusan juga harus bekerja dengan biaya masa depan, biaya
penggantian (replacement costs), biaya diferensial (differential cost), dan biaya oportunitis
(opportunity costs), di mana tidak satu pun dari biaya-biaya tersebut yang dicatat dan
dilaporkan dalam laporan keuangan eksternal.
1.Objek Biaya
Pengertian dari objek biaya (cost object ), atau tujuan biaya (cost objective) menurut
Carter (2009:31) adalah sebagai suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan
diukur. Sedangkan item-item dan aktivitas-aktivitas yang dapat menjadi objek biaya adalah
produk, batch dari unit-unit sejenis, pesanan pelanggan, kontrak, lini produk, proses,
departemen, divisi, proyek dan tujuan strategis.
Klasifikasi biaya menurut Carter (2009:40) adalah sangat penting untuk membuat
ikhtisar yang berarti atas data biaya. Klasifikasi biaya ini didasarkan pada hubungan anatara
biaya dengan hal-hal berikut:
1. Biaya manufaktur Biaya manufaktur menurut Carter (2009:40) yang sering juga disebut
biaya produksi ataupun biaya pabrik adalah jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung yang keduanya disebut biaya utama ( prime cost ).
Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik disebut biaya konversi. –
2. Bahan baku langsung
Menurut Horngern, Et al (2008:43) biaya bahan langsung adalah biaya perolehan
semua bahan yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya (barang dalam
proses dan kemudian barang jadi) dan yang dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara
yang ekonomis.
3. Tenaga kerja langsung
Menurut Horngern, et al (2008:43) biaya tenaga kerja manufaktur langsung adalah
meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke
objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang
ekonomis.
4. Overhead pabrik
Menurut Garrison, et al overhead pabrik adalah elemen ketiga biaya produk mencakup
seluruh biaya prosuksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja
langsung.
5. Bahan baku tidak langsung
Bahan tidak langusng menurut Carter (2009:42) adalah bahan yang diperlukan untuk
penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung
karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk.
6. Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja tidak langsung menurut Carter (2009:42)
adalah tenaga kerja yang tidak secara langsung ke kontruksi atau komposisi produk
jadi.
7. Biaya komersial
Biaya komersial menurut Carter (2009:43) terdiri dari dua klasifikasi umum:
-Biaya pemasaran
Biaya ini dimulai dari titik di mana biaya manufaktur berakhir dan ketika proses
manufaktur selesai serta produk ada dalam kondisi siap dijual. Sedangkan menurut
Garrison, et al (2008:52) biaya pemasaran atau penjualan meliputi semua biaya yang
diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa
untuk disampaikan kepada konsumen.
-Biaya administrasi
Biaya ini meliputi beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan
organisasi. Sedangkan menurut pendapat Garrison, et al (2008:53) biaya administrasi
meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional, dan klerikal yang berkaitan dengan
manajemen umum organisasi.
-Biaya Variabel
Menurut Carter (2009:69) biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang totalnya
meningkat secara proposional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun
secara proposional terhadap penurunan dalam aktivitas.
-Biaya Tetap
Biaya tetap ( fixed cost ) adalah biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas
bisnis meningkat dan menurun.
-Biaya Semivariabel
Menurut Carter, (2009:70) biaya semivariabel juga dapat disebut biaya campuran
adalah biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun
biaya variabel.
Menurut Carter (2009: 74-77), Pemisahan biaya semi variabel dapat dilakukan dengan
tiga metode yaitu:
a. Metode Titik-Rendah (High and Low Point)
Dalam metode Tinggi-Rendah (High and Low Point), elemen tetap dan elemen
variabel dari suatu biaya dihitung menggunakan dua titik. Titik data (periode)
yang dipilih dari data historis merupakan periode dengan aktivitas tertinggi
jumlah tertinggi dan terendah untuk biaya yang dianalisis. Jika titik dengan
tingkat aktivitas tertinggi atau terendah tidak berada pada periode yang sama
dengan titik yang memiliki jumlah biaya tertinggi atau terendah, maka tingkat
biaya. Periode tinggi dan periode rendah dipilih karena keduanya mewakili
kondisi dari dua tingkat aktivitas yang paling berjauhan. Tetapi, harus hati-hati
untuk tidak menggunakan data dari periode yang terdistorsi oleh kondisi-
kondisi abnormal.
b. Metode Scattergraph
Dalam metode ini, biaya yang dianalisis disebut variabel dependen dan diplot
di sepanjang garis vertical atau yang disebut sumbu y. aktivitas terkait disebut
sebgai variabel independen- misalnya, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga
kerja langsung, jam mesin, unit output, atau persentase kapasitas dan diplot di
Metode regresi kuadrat terkecil (least squares), kadang kala disebut analisis
regresi, menentukan secara matematis garis yang paling sesuai, atau garis
kuadrat deviasi setiap titik aktual yang diplot dari titik di atas atau di
bawahnya dalam garis regresi. Persamaan regresi pada metode kuadrat terkecil
adalah:
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋
Keterangan:
a: Konstanta (menggambarkan biaya tetap)
b: Koefisien (menggambarkan biaya
variabel) Y: Biaya campuran
X: Aktivitas
Perhitungan a dan b dapat dilakukan dengan rumus:
∑𝑦 − 𝑏∑𝑥
𝑎=
𝑛
𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦
𝑏=
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥 2 )
Analisis Break even point atau titik impas merupakan suatu titik
Analisis Break even point dalam istilah lain sering disebut dengan
titik impas. Perusahaan dapat mengalami titik impas jika antara modal dan
untuk meramal jumlah volume yang akan diproduksi agar perusahaan bisa
mengoptimalkan laba yang diperoleh. Selain itu analisis break even point
juga bisa digunakan untuk menargetkan laba yang akan diperoleh di tahun
mendatang. Jadi analisis break even point ini sangat penting digunakan
titik potong antara garis pendapatan dan biaya dalam suatu grafik.
memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha
biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup
biaya tetap saja. Analisis impas adalah suatu cara untuk mengetahui
tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama
adalah
𝑎
𝑥=
𝑝−𝑏
Keterangan :
X: Volume
penjualan
a: Biaya tetap
𝑎
𝑝𝑋 =
𝑏
1−
𝑝
Keterangan:
Titik impas bisa juga digunakan untuk merencanakan laba yang ingin
dicapai pada perusahaan sebagai berikut:
𝑎+1
𝑥=
𝑝−𝑏
Keterangan:
X: Jumlah produk yang
dijual a : Total biaya tetap
informasi besarnya hasil titik impas yang dicapai, maka industri dapat
yaitu biaya tetap dan variabel dan prinsip variabilitas biaya dapat
b. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat
kapasitas penuh.
d. Harga jual per satuan barang tidak akan berubah berapapun jumlah
satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum.
e. Bahwa hanya ada satu macam barang yang di produksi atau dijual atau
jika lebih dari satu macam, maka kombinasi atau komposisi penjualannya
D. Analisis Biaya-Volume-Laba
menekankan pada hubungan biaya, volume dan harga jual. Jadi, analisis
biaya-volume-laba yaitu:
linear.
variabel per unit dapat diidentifikasi secara akurat dan akan selalu
sebelumnya.
berikut:
a. Menghitung Impas
𝑆𝐵 − 𝑆𝐵𝐸
𝑀𝑠 = 𝑋 100%
𝑆𝐵
Keterangan:
MS: Margin of safety atau batas keamanan dinyatakan
dalam %
c. Contribution Margin
Keterangan :
menjadi:
𝑎
𝑋=
𝑐𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
Contribution margin = harga jual per unit – biaya variabel per unit
Selain itu untuk perhitungan dalam jumlah rupiah dapat dibuat rumus
sebagai berikut:
BAB III
PEMBAHASAN
A. Profil Perusahaan
Visi :
Menjual batu bata kepada konsumen yang mementingkan kualitas daripada kuantitas
sehingga konsumen puas
Misi :
Memberikan konsumen batu bata yang berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau
serta menjadi pabrik batu bata yang dapat dipercaya oleh konsumen
TRANSAKSI DALAM SATU KALI PRODUKSI
1. Bahan baku
a. Tanah Liat
Di beli oleh perusahaan setiap satu kali produksi sebanyak 9 muatan truk,
dengan biaya sebesar Rp 240.000,-/mobil. Jika di kalkulasikan sekitar Rp
2.160.000,-/-.
b. Pasir Laut
Di beli dalam satu kali produksi sebanyak 3 truk, dengan biaya sebesar Rp
250.000,-/ per truk. Jumlah biaya sekitar Rp 750.000,-.
3. Overhead pabrik
a. Kayu Bakar
Dalam satu kali produksi perusahaan membutuhkan 5 truk kayu bakar dengan
biaya per truk Rp 1.200.000,-. Jika di kalkulasikan perusahaan mengeluarkan
biaya Rp 6.000.000,- untuk kayu bakar.
b. Abu Cetak
Perusahaan memutuhkan abu cetak untuk memaksimalkan produk dimana
dalam satu kali produksi perusahaan mengeluarkan Rp 240.000,- untuk abu
cetak.
c. Tanah Campur
Dalam satu kal produksi perusahaan mengeluarkan biaya Rp 200.000,- untuk
tanah yang akan dicampur dengan bahan baku langsung.
d. Minyak Traktor
Dalam satu kali produksi komsumsi minyak untuk traktor berkisar 15 liter
minyak. Total biaya untuk minyak adalah Rp 97.500,-.
e. Listrik
Dalam satu bulan perusahaan mengeluarkan biaya untuk listrik dengan rataan
Rp 200.000,-. Dalam satu kali produksi membutukan 25 hari kerja, maka
dalam satu kali produksi perusahaan mengeluarkan biaya sekitar Rp
166.000,- untuk kebutuhan listrik
g. Penyusutan Pabrik
Biaya pembangunan pabrik adalah Rp 200.000.000,-. Diperkirakan masa
manfaatnya 15 tahun, dengan nilai residu Rp 20.000.000. maka beban
penyusutannya dalam 25 hari/satu kali produksi dengan menggunkan metode
garis lurus adalah sekitar Rp 822.000,-.
h. Biaya lain-lain
Biaya lain lain di perkirakan RP 300.000 /satu kali produksi
31 DESEMBER 2017
BAHAN BAKU
Persediaan Awal Rp 0
Persediaan akhir Rp 0 -
OVERHEAD PABRIK
Rp 18.521.732
BARANG JADI
Berdasarkan laporan harga pokok produksi tersebut maka dapat ditentukan bahwa biaya
tetap perusahaan adalah sebesar Rp. 9.698.333 dan biaya variabel sebesar Rp. 10.735.500 :
47000 = Rp. 228.414
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐵𝐸𝑃 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡
1− ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡
9.698.333
𝐵𝐸𝑃 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
228.414
1−
650
𝐵𝐸𝑃 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑅𝑝. 14.943.502,3
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 − 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡
9.698.333
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
421.586
𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 23.004
2. Volume Penjualan yang Harus Dicapai
𝑆𝐵−𝑆𝐵𝐸
𝑀𝑠 = X 100%
𝑆𝐵
47.000 − 23.004
𝑀𝑠 = 𝑋 100%
47000
𝑀𝑠 = 51 %
Agar dapat mencapai break even point perusahaan setidak-tidaknya harus mampu
melakukan penjualan batu bata sebanyak 23.004 unit dalam sekali produksi atau untuk
jangka waktu 1 bulan. Atau dalam jumlah rupiah sebesar Rp. 14.943.502,3
KESIMPULAN
Setelah menghitung nilai BEP dari pabrik batu bata CV. Riski Perdana dalam jangka
waktu sekali produksi maka CV. Riski Perdana harus mampu melakukan penjualan
setidaknya sebanyak 23.004 unit atau sebesar Rp.14.943.502,3. Perhitungan BEP sangat
berguna bagi perusahaan untuk dapat menentukan target penjualan, sehingga sangat
dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan variabel dan