PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
3. Model akuntansi apa saja yang diterapkan dalam penilaian aktiva dan
penentuan laba?
4. Bagaimana penilaian dan perbandingan terhadap model akuntansi?
5. Metode apa yang digunakan dalam pengukuran harga wajar?
6. Bagaimana ilustrasi alternatif dari model akuntansi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. selling price
c. expected value
Dari sudut akuntansi inflasi, di luar historical cost adalah metode
menyusun laporan keuangan untuk menyesuaikan dengan pengaruh inflasi.
a. Historical Cost
Historical cost merupakan salah satu dari prinsip akuntansi.
Menurut pendapat ini cost principle atau disebut juga acquisition cost atau
historical cost merupakan dasar untuk melakukan penilaian yang tepat
untuk mencatat perolehan barang, jasa, biaya, harga pokok, dan equity.
Sistem ini telah digunakan selama beberapa abad (Ijiri, 1971). Dalam
sistem historical cost setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga
pertukarannya pada tanggal perolehan. Berdasarkan historical cost laba
direalisasikan dengan perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan
dengan biaya yang direalisasikan, dimana biaya tersebut merupakan
pengorbanan yang diharapkan tidak mendapatkan keuntungan di masa
mendatang.
Memang banyak kritik yang diajukan ke arah sistem historical cost
ini, namun sampai saat ini standar akuntansi masih tetap
mempertahankannya. Keunggulan sistem ini menurut Ijiri (1967) adalah
sebagai berikut:
Penilaian historical cost merupakan satu-satunya metode
penilaian yang hasil pencatatannya dapat ditelusuri,
diidentifikasi bila perlu.
Metode penilaian historical cost memberikan data yang
kurang diperselisihkan dibanding dengan metode penilaian
lain yang diajukan.
Metode penilaian historical cost ini tidak menyajikan
holding gain and loss. Hal ini sesuai dengan status quo dan
hanya perubahan yang jelas terbukti dicatat. Hal ini penting
untuk memecahkan pertentangan kepentingan dan menjaga
stabilitas dalam masyarakat.
4
Metode penilaian historical cost saat ini memberikan data
yang berguna bagi pengambilan keputusan bagi manajer
dan investor karena selama ini data yang lazim digunakan
untuk memprediksi masa depan hanya data historis.
Metode penilaian historical cost ini merupakan salah satu
diantara berbagai metode penilaian yang dianjurkan.
Metode ini paling murah bagi masyarakat dilihat dari biaya
pencatatan, biaya pelaporan, auditing, dan penyelesaian
perselisihan.
Penilaian berdasarkan historical cost ini masih sangat relevan dan
dipertahankan oleh prinsip dan standar akuntansi yang berlaku.
Keunggulan prinsip historical cost adalah sangat berguna untuk
menjelaskan aspek yang lalu dari tiap aset dan kewajiban, yaitu
pengorbanan yang telah diberikan untuk mendapatkan aset dan keuntungan
yang diterima dari kewajiban yang timbul (Harahap, 1996).
5
Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
Rasio itu adalah indikator mentah
6
pada aktiva nonmoneter seperti persediaan dan aktiva tetap. Aktiva
tetap disajikan menurut nilai gantinya, nilai bersih setelah
digambarkan nilai yang sudah dipakai.
Metode ini dikritik dalam hal:
Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga
angka-angka yang timbul tidak didasarkan pada transaksi
yang sebenarnya.
Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu
akan menimbulkan pembebanan ke laba/rugi (misalnya
penyusutan dan harga pokok produksi) lebih rendah dari
beban pada historical cost, akhinya income akan lebih
tinggi dari historical cost.
Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode
Replacement Cost ini, karena hanya untuk aktiva tertentu.
Oleh karenanya, metode Replacement Cost ini dianggap
bukan merupakan metode akuntansi inflasi.
Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang
saling berbeda.
Walaupun ada kritik ini, sebagian pihak menganggap bahwa
metode ini merupakan metode yang paling mudah diterapkan dalam
akuntansi inflasi, karena meskipun terjadi inflasi dengan metode ini
akan memudahkan dalam hal pengukurannya.
b. Reproduction Cost
Reproduction Cost adalah istilah lain yang hampir sama dengan
Replacement Cost. Di sini harga itu diukur berdasarkan harga sekarang
jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti barang yang dimiliki itu
tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin memengaruhi aktiva
yang dibuat itu. Jika suatu aktiva baru direproduksi tanpa
menghiraukan perubahan teknologinya nilainya sama dengan
Replacement Cost. Dengan demikian, secara umum apa yang berlaku
pada metode Reproduction Cost ini.
7
c. Net Realizable Value
Net Realizable Value merupakan harga jual dikurangi taksiran
biaya penjualan. Pada masa inflasi nilai dari net realizable value ini
lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin
menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price
level. Penyusutan dalam metode ini dihitung berdasarkan perbedaan
antara harga jual aktiva itu pada awal dibandingkan dengan pada akhir
periode.
d. Selling Price
Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya
penjualan sehingga laporan keuangan yang disusun menurut selling
price ini akan lebih besar daripada net realizable value dan metode
lainnya.
e. Expected Value
Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa
lebih besar atau lebih kecil dibanding dengan metode lain karena
expected value ini merupakan gambaran dari present value kas di masa
yang akan datang.
8
berpartisipasi, wesel, akumulasi penyisihan piutang, piutang pegawai, piutang
jangka panjang, uang muka, dan utang gaji.
Non-Monetary Items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan
menurut kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan
sebagai old cost bukan nilai sekarang. Misalnya aktiva tetap, lahan,
bangunan, peralatan, persediaan yang akan dipakai nanti dalam operasi
perusahaan dan akan diganti terus jika perusahaan terus beroperasi. Dalam
metode current value harga baru itu yang dicoba digambarkan dengan harga
sekarang. Contoh lainnya adalah biaya dibayar dimuka, investasi dalam
saham, utang pajak tertunda, akumulasi penyusutan, goodwill, hak paten,
aktiva tak berwujud lain, dan kontrak penjualan.
9
Perbedaan ini timbul dari perbedaan berikut.
a. Atribut yang Akan Dinilai
Atribut yang dinilai untuk masing-masing model akuntansi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dalam model Historical Cost Accounting, atribut yang dinilai
adalah jumlah uang/kas atau sejenisnya yang dibayar untuk
mendapatkan aktiva atau membayar sejumlah utang yang
dibebankan dalam unit uang yang timbul dari perolehan aktiva itu.
Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar
adalah uang kas atau sejenisnya yang akan dibayar untuk
memperoleh aktiva yang sama dan sejenis saat sekarang atau
jumlah utang yang akan dibebankan untuk memperoleh aktiva
tersebut.
Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah
uang kas atau sejenisnya yang akan diperoleh dengan menjual
aktiva sekarang atau jumlah uang yang harus dibayar untuk
menebus kewajiban itu sekarang.
Dalam model Present atau Capitalized Value, atribut yang diinilai
adalah arus kas masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari
penggunaan aktiva atau arus kas keluar net yang diharapkan akan
dibayar untuk membayar kembali utang.
Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut.
1. Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (Historical Cost), masa kini
(Replacement Cost dan Net Realizable Value), dan masa yang akan
datang (Present Value).
2. Jenis transaksi: Historical Cost dan Replacement Cost merupakan
transaksi perolehan atau pembebanan utang, Net Realizable Value dan
Present Value menyangkut penjualan aset dan pembayaran utang.
3. Sifat kejadian awalnya: Historical Cost didasarkan pada kejadian yang
sebenarnya, Present Value berdasarkan kejadian yang dinharapkan,
dan Replacement Cost dan Net Realizable Value didasarkan pada
kejadian yang sifatnya hipotesis (anggapan).
10
b. Unit of Measure
Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut.
Unit moneter (uang)
Dalam model ini yang menjadi unit pengukur adalah unit uang.
Unit daya beli (Purchasing Power)
Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya
yang tentu berbeda apabila waktunya berbeda.
11
3. Kesulitan dalam penafsiran (interpretability)
Laporan keuangan harus dapat dipahami tanpa salah pengertian. Dalam
penafsiran laporan keuangan kita harus memahami masalah pengertian
dan penggunaannya. Dengan perkataan lain, agar model akuntansinya
dapat dipahami maka kita harus menggunakan rumus ;
“jika………, maka…………….” atau (if……, them)
Dengan rumus ini maka para pembaca laporan keuangan akan
memahami arti serta kegunaannya. Akuntansi memiliki alat ukur yang
menghasilkan ukuran tertentu, misalnya model akuntansi yang
menggunakan unit uang sebagai alat ukur berarti hasilnya adalah
bahwa itu dinyatakan dalam rupiah (Number of Dollar = NOD).
Demikian juga gunakan konsep historical cost dengan (Number of
Dollars). Sementara itu, apabila konsep current value yang diukur
dengan tenaga beli umum, akan menghasilkan ukuran barang atau
Command of Goods (COG).
4. Relevansi
Informasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanfaat bagi para
pemakainya khususnya untuk digunakan dalam proses pengambilan
keputusan. Namun, karena model akuntansi yang ada masih memiliki
makna yang masih kabur seperti masalah NOD dan COG tadi, sukar
bagi pembaca menjadikan informasi akuntansi itu relevan tanpa
menguasai ilmu akuntansi mendalam.
12
sebelumnya telah memutuskan melalui pengumuman bahwa fair value adalah
metode pengukuran yang relevan. Oleh karena itu, statement ini tidak
memerlukan metode pengukuran fair value yang baru. Namun, untuk
sebagian entitas penerapan fair value ini akan mengubah praktek yang
berlaku sekarang
13
spesifik entitas (an entity-spesific measurement). Oleh karena itu,
pengukuran fair value harus ditentukan berdasarkan asumsi yang
digunakan pelaku pasar dalam menghargai asset dan utangnya. Sebagai
dasar untuk mempertimbangkan asumsi pelaku pasar dalam mengukur
fair value, statemen ini menetapkan hierarki fair value yang dibedakan
antara lain srbagai berikut.
1. Asumsi pelaku pasar dibangun berdasarkan data pasar yang diperoleh
dari sumber yang independen dari entitas yang melaporkan
(observable inputs).
2. Asumsi dari entitas yang melaporkan tentang asumsi pelaku pasar
dibangun berdasarkan informasi yang terbaik yang tersedia dalam
situasi itu (unobservable inputs). Dalil unobservable inputs
dimaksudkan untuk memungkinkan adanya situasi dimana ada sedikit
kegiatan pasar dari asset dan kewajiban pada tanggal pengukuran.
Dalam situasi tersebut, entitas pelaporan tidak perlu melakukan
kegiatan untuk mendapatkan informasi tentang asumsi pelaku pasar.
Namun, entitas pelapor tidak boleh mengabaikan informasi tentang
asumsi pelaku pasar yang tersedia tanpa harus mengeluarkan biaya dan
tenaga.
Statement ini menjelaskan bahwa asumsi pelaku pasar termasuk
asumsi mengenai resiko, misalnya resiko inheren dalam teknik penilaian
khusus yang digunakan untuk mengukur fair value (seperti dalam pricing
model) dan atau resiko risk inherent dalam input ke teknik penilaian.
Pengukuran fair value harus memasukkan penyesuaian terhadap resiko
jika pelaku pasar memasukkannya dalam menentukan harga aset atau
kewajiban, walaupun penyesuaian itu sukar ditentukan. Oleh karena itu,
pengukuran yang tidak memasukkan penyesuaian resiko tidak
menggambarkan pengukuran fair value jika pelaku pasar akan
memasukkannya dalam penilaian aset dan kewajiban.
Statement ini menjelaskan asumsi pelaku pasar tentang pengaruh
pembatasan penjualan atau penggunaan aset. Pengukuran fair value untuk
aset tertentu harus mempertimbangkan pengaruh pembatasan itu jika
14
pelaku pasar mempertimbangkan pengaruh pembatasan dalam penilaian
aset.
Statement ini menjelaskan bahwa pengukuran fair value untuk
kewajiban menggambarkan nonperfomence risk, yaitu resiko di mana
kewajiban tidak terpenuhi sebab nonperfomence risk termasuk resiko
kredit entitas yang melaporkan entitas pelapor harus mempertimbangkan
pengaruh resiko kredit menurut fair value dari kewajiban di semua periode
di mana kewajiban diukur berdasarkan fair value menurut standar
akuntansi yang berlaku.
Statement ini menyetujui perlunya FASB Statements lainnya yang
menyatakan bahwa dari suatu posisi dari suatu posisi dari suatu instrument
keuangan termasuk suatu block yang diperdagangkan secara aktif di pasar
harus diukur sebesar nilai produk dengan harga yang dicantumkan dari
instrument individu tersebut dikali dengan jumlah yang dimiliki. Harga
yang dipakai harus disesuaikan sebab size posisi relatif pada
volumeperdagangan.
Statement ini memperluas pengungkapan tentang penggunaan
pengukuran fair value untuk mengukur aset dan kewajiban periode interim
dan tahunan mengikuti pengakuan sebelumnya. Pengungkapan difokuskan
pada input yang digunakan untuk mengukur fair value dan mengulangi
pengukuran fair value dengan menggunakan unobservable inputs,
pengaruh pengukuran pada laba pada periode itu.
c. Bagaimana Kesimpulan Statement Ini Berkaitan dengan Kerangka
Konsep FASB
Kerangka konsep untuk mengukur fair value mengikuti kosep yang
menekankan memberikan informasi secara komperatif sehingga para
pemakai mampu menggunakan laporan keuangan menemukan persamaan
dan perbedaan antara kedua kejadian ekonomi. Definisi fair value
memerhatikan konsep yantg berkaitan dengan aset dan kewajiban, dalam
konteks pelaku pasar. Pengukuran fair value menggambarkan asumsi
pelaku pasar sekarang tentang arus masuk di masa yang akan datang yang
dikaitkan dengan aset yang memiliki keuntungan ekonomi masa depan dan
15
arus keluar di masa yang akan datang yang dikaitkan dengan kewajiban
(pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang).
Pengungkapan yang diperluas tentang fair value untuk mengukur
aset dan kewajiban harus memberikan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan investasi, kredit, dan lainnya sebagaimana disebut
dalam bagi para pemakai laporan keuangan (dan investor, kreditor
potensial, dan lainnya) sesuai dengan tujuan laporan keuangan.
16
1. Instrument keuangan yang sudah diukur secara fair value pada awal
diakuimenggunakan harga transaksi sesuai dengan pedoman sebelum
permulaan penerapan statement ini.
2. Instrument keuangan hybrid yang sudah menggunakan fair value pada
awal pengakuannya yang menggunakan harga transaksi sesuai dengan
pedoman sebelum memulai menerapkan statement ini.
Penyesuaian dalam masa transisi, diukur sebagai perbedaan antara
saldo sebelumnya dan fair value the carrying amounts dari instrument
keuangan pada tanggal statement ini mulai diterapkan. Harus diakui
sebagai penyesuaian pengaruh kumulatif dalam saldo pembukuan laba
ditahan atau komponen ekuitas atau aset bersih dalam laporan posisi
keuangan untuk tahun fiskal saat statement ini diterapkan.
Alternatif yang kita bahas disini adalah menyangkut kesalahan yang timbul karena
waktu. Untuk itu, model yang akan kita bahas adalah:
17
2. Replacement Cost Accounting
3. Net Realizable Value Accounting
Laporan laba rugi untuk ketiga model itu adalah sebagai berikut:
PT Sipangko Jaya
Perhitungan:
1
75.000 = 5.000 x 15
2
92.000 = (5.000 x 15) + (1.000 x 17)
3
50.000 = 5.000 x 10
18
4
60.000 = 5.000 x 12
5
73.000 = (5.000 x 12) + (1.000 x 13)
6
10.000 = 5.000 x (12-10)
7
3.000 = 1.000 x (13-10)
PT Sipangko Jaya
Neraca
31 Desember 2005
Replacement Net Realizable
Keterangan Historical Cost
Value Value
Harta
Kas 72.000 72.000 72.000
Persediaan 10.000 13.0001 17.0002
Total Harta 82.000 85.000 89.000
Utang dan Modal
Kewajiban 30.000 30.000 30.000
Modal
Modal Saham 30.000 30.000 30.000
Laba Ditahan
Realisasi 22.000 22.000 22.000
Belum Realisasi - 3.000 7.000
Total laba ditahan 22.000 25.000 29.000
Keterangan:
1
13.000 = 13 x 1.000
19
2
17.000 = 17 x 1.000
HC RC NRV
Total Laba Laba yang Kesalahan Laba yang Kesalahan Laba yang Kesalahan
dilaporkan dilaporkan dilaporkan
29.000 22.000 7.0001 25.000 4.0002 29.000 0
1
7.000 = (17.000-13.000) + 3.000 Unrealized Operating + Unrealized Holding
Gains
2
4.000 = (17.000-13.000) Unrealized Operating Gains
20
PT Sipangko Jaya
1
90.000 = 75.000 x 156/130. (75.000=5.000 x 15)
2
107.000 = 90.000 + (17 x 1.000)
3
78.000 = 50.000 x 156/100
4
72.000 = 60.000 x 156/130
5
85.000 = 72.000 + (13 x 1.000)
6
(6.000) = (12 x 156/130) – (10 x 156/100) x 5.000
21
7
(2.600) = 13 – (10 x 156/100) x 1.000
8
1.800 = Computed Monetary Asset – Actual Monetary Asset (40.200 – 42.000)
PT Sipangko Jaya
Keterangan:
1
15.600 = 10.000 x 156/100
2
46.800 = 3.000 x 156/100
22
3
2.600 = 13 – (10 x 156/100) x 100
4
1.400 = Unrealized Operating Gains + Unrealized Holding Gains
5
𝐿𝑖ℎ𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑖
105.000 136.800
Dikurangi:
Monetary Payments 60.000 156/100 93.600
Bunga (10%) 3.000 156/156 3.000
63.000 96.600
Net 42.000 40.200
Net Monetary Asset 31-12-2005 40.200
Actual Monetary Asset per 31-12-2005 42.000
Laba akibat General Price Level 1.800
23
Analisis Tipe Kesalahan Masing-masing Model
24
2.7 Jenis-jenis Penyesuaian Inflasi
Rangkaian statistik yang bertujuan mengukur perubahan harga umum
maupun khusus biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan
dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan‑tujuan
Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan dalam translasi jumlah uang yang dibayarkan
di periode sebelumnya ke dalam setara daya beli di akhir periodenya (yaitu
daya beli tetap biaya historis).
Rumus yang digunakan adalah:
𝐺𝑃𝐿𝑐
× 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙𝑡𝑑 = 𝑃𝑃𝐸𝑐
𝐺𝑃𝐿𝑡𝑑
Keterangan :
GPL = Indeks harga umum
c = Tahun berjalan
td = Tanggal transaksi
PPE = Setara daya beli umum
25
Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos
yang dipersoalkan, melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka
biaya historis hanya sekedar disajikan ulang dalam unit ukuran baru, yaitu
daya beli umum diakhir periode. Jika semua transaksi dilakukan secara
seragam selama periode tertentu (seperti pendapatan dari penjualan barang
atau jasa), maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat digunakan.
Ketika menyajikan pendapatan sebagai setara daya beli akhir periode,
ketimbang menyesuaikan tingkat harga pendapatan harian (berarti ada 365
perhitungan) kita dapat menggunakan rumus berikut :
𝐺𝑃𝐿𝑐
× 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃𝑃𝐸𝑐
𝐺𝑃𝐿𝑡𝑑
2. Penyesuaian Biaya-Kini
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek
utama yaitu
a. Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh
karena aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas
dimasa depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini
memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi
arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan.
b. Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari
perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh
perusahaan dalam suatu periode (tanpa pertimbangan komponen pajak),
namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik
perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan
menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga
khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan
lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain‑lain) untuk mencerminkan
perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.
26
3. Biaya Kini Disesuaikan dengan Tingkat-Harga Umum
Operasi pelaporan ketiga yang bertujuan untuk menerangkan perubahan
harga ini menggabungkan karakteristik model tingkat umum dan model biaya
kini. Pengukuran ini, disebut sebagai model biaya kini yang disesuaikan
dengan tingkat harga menggunakan indeks harga umum maupun khusus.
Sesuai dengan model tingkat harga umum, salah satu tujuan model ini adalah
untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen daya beli akhir
tahun perusahaan. Laporan laba rugi juga memuat informasi mengenai laba
atau rugi daya beli pos-pos moneter induk bersih. Sesuai dengan model biaya
kini, tujuan lain model ini adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan
pada biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan
kekayaan bersih setelah pajak.
Ciri khas dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga
adalah pengungkapan perubahan biaya kini dari aset moneter perusahaan
setelah dikurangi inflasi. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian
perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya
beli umum. Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas pemegang
saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut : Kenaikan aset non moneter
akibat inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan
agar mampu menghadapi inflasi umum tersebut. Komponen kedua (misalnya
kenaikan harga kini yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak
sebagai laba modal atas aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita
berpendapat bahwa komponen terakhir ini bukan merupakan laba, melainkan
kenaikan biaya usaha yang harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan
kapasitas produksinya.
Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan,
disajikan ulang sebagai berikut :
a. Persediaan
27
Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan yang
dinyatakan ulang.
c. Aktiva Tetap
Pos ini merupakan hasil yang berawal dari penyajian awal angka‑angka
laporan keuangan.
28
Penyusutan
Penyajian uang ekuitas pemegang saham
Defisit atas penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Laba atau rugi dari posisi moneter
Amerika Serikat
Pada tahun 1970, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (Statement of Financial Accounting StandardsSAFS) No. 33 Berjudul
“Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan
perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap (sebelum
dikurangi dengan depresiasi) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva
lebih dari $1 Miliar (setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi) untuk selama
lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli
konstan biaya kini. Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang
telah sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan bahwa :
1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan.
2. Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar.
3. Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila
dibandingkan data biaya kini.
Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris (Accounting Standard CommitteeASC)
menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standards
Accounting Practice-SSAP 16), “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3
tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal
yaitu :
1. Standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16
mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
29
2. Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di
Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta
catatan penjelasan.
Brazil
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brazil hari ini mencerminkan
2 kelompok pilihan pelaporan, hukum perusahaan Brazil dan Komisi Pengawas
Pasar Modal Brazil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan
menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham
dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah Federal untuk
mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva tetap,
gedung, investasi, beban tangguhan dan deprsiasi terkait, serta akun-akun
amortisasi atau depresi (termasuk setiap provisi kerugiaan yang terkait). Akun-
akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan
revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat
penyesuaian tingkat harga terhadap modal.
30
didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan
ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Peraturan ini juga
berlaku untuk angka‑angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli
terkait posisi kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba
bersih. Perusahaan pelapor juga harus mengungkapkan :
1. Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit
pengukuran telah dilakukan.
2. Model penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu penilaian
historis atau biaya kini).
3. Identitas dan tingkat indeks harga pertanggal neraca, berikut pergerakkannya
selama tahun pelaporan.
4. Laba atau rugi moneter bersih tahun berjalan.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penulisan makalah ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sesuai
dengan rumusan masalah yang kami susun, yaitu:
a) Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan
metode penentuan laba. Penekanan penentuan laba adalah pada nilai
laba yang lebih relevan yang digambarkan oleh laporan keuangan,
sedangkan inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan
keuangan
b) Monetary Items adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau
disajikan dalam unit uang yang tetapmisalnya kas, piutang atau uang
atau kewajiban lainnya yang angk dan jumlah nilai uangnya yang
tetap itulah yang akan ditagih, dibayar dimasa yang akan datang tanpa
ada perubahan. Sedangkan Non-Monetary Items adalah nilai dimana
jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak perjanjian. Dalam
metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan nilai
sekarang. Misalnya aktiva tetap, lahan, bangunan, peralatan,
persediaan yang akan dipakai nanti dalam operasi perusahaan dan
akan diganti terus jika perusahaan terus beroperasi.
c) Ada delapan model akuntansi dalam penilaian aktiva dan penentuan
laba itu, yaitu sebagai berikut.Pengukuran menurut Unit Uang: 1)
Historical Cost Accounting 2) Replacement Cost Accounting 3)Net
RealizableValue Accounting 4)Present Value Accounting. Pengukuran
menurut Unit Tenaga Beli (General Price Level = GPL) 1) GPL
Historical Cost Accounting 2) GPL Replacement Cost Accounting 3)
32
GPL Net RealizableValue Accounting 4) GPL Present Value
Accounting
d) Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi
tersebut, model present value sengaja tidak diikutkan karena beberapa
kelemahan sebagai berikut : 1) Sukarnya menaksir penerimaan kas
dimasa akan datang 2) Pemilihan tingkat diskontoo yang sangat
bervariasi 3) Alokasi arbitrer dari taksiran arus kas dalam memilih
asset 4) Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing
aktiva ssecara individual. Dalam memilih dan membandingkan
model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian adalah : 1)
Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timming error) 2)
Kesalahan akibat alat ukur (measuring unit errors) 3) Kesulitan dalam
penafsiran (interpretability) 4) Relevansi
e) Metode pengukuran harga wajar atau fair value telah berlaku di
Amerika sesuai dengan statement No. 157 tentang fair value
Measurements. Statement ini mendefinikan fair value, menetapkan
kerangka untuk mengukur nilai wajar (fair velue) sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum, dan memperluas
pengungkapan tentang kengukuran fair value. Statement ini
diterapkan dalam kerangka standar akuntansi yang membutuhkan atau
mengizinkan pengukuran fair value. Dewan standar sebelumnya telah
memutuskan melalui pengumuman bahwa fair value adalah metode
pengukuran yang relevan. Oleh karena itu, statement ini tidak
memerlukan metode pengukuran fair value yang baru. Namun, untuk
sebagian entitas penerapan fair value ini akan mengubah praktek yang
berlaku sekarang.
3.2 Saran
Dalam penyusunan dan penentuan akuntansi inflasi sesuai dengan aturan
yang ada dan telah disepakati yang digunakan secara universal, sehingga
memudahkan dalam mempelajari dan dalam rangka penyeragaman
penggunaan aturan.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
GENERAL PRICE LEVEACCOUNTING PADA MASA INFLASI, JURNAL
AKUNTANSI DAN KEUANGAN, Vol. 8,No. 2, November 2006: 78-91,
http://iweldolphin.blogspot.com/2012/11/akuntansi-inflasi.html.
http://www.wikipedia.com/2011/08/12/pengertian-inflasi-2011-html
http://www.pdii.lipi.go.id/read/2011/
08/12/puncak-inflasi-2011-padaagustus.html
35
36