Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh


manajemen selaku pengelola bisnis untuk kepentingan publik khususnya
investor dan kreditor. Informasi akuntansi terjadi pada laporan keuangan
perusahaan yang memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan
perusahaan pada saat tertentu (neraca) serta hasil usahanya pada periode
tertentu (laba rugi). Informasi ini selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan
dalam proses pengambilan keputusan . laporan keuangan ini telah menjadi
sumber informasi penting bagi manajemen, pemilik, analis, banker, kreditor,
regulator, dan pihak umum. Laporan keuangan merupakan sumber informasi
pertama dalam keputusan investasi, memprediksi potensi arus kas yang akan
diterima dan dikaitkan dengan ketidakpastian, menilai kemampuan
manajemen dalam mencapai tujuan utama perusahaan, dan yang terakhir
memberikan informasi yang aktual dan interpretatif tentang transaksi dan
kejadian lainnya.
Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan dalam akuntansi keuangan maka, kita perlu mengetahui macam-
macam metode yang digunakan dalam pembuatan laporan keuangan. Selain
mengetahui metode penyusunan laporan keuangan kita juga perlu mengetahui
model akuntansi yang diterapkan dan penilaian, perbandingan terhadap model
akuntansi yang diterapkan serta metode yang digunakan dalam pengukuran
harga wajar.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Metode apa yang digunakan dalam akuntansi inflasi?
2. Apa yang dimaksud dengan Monetary dan Non-Monetary Items?

1
3. Model akuntansi apa saja yang diterapkan dalam penilaian aktiva dan
penentuan laba?
4. Bagaimana penilaian dan perbandingan terhadap model akuntansi?
5. Metode apa yang digunakan dalam pengukuran harga wajar?
6. Bagaimana ilustrasi alternatif dari model akuntansi?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi.
2. Untuk mengetahui pengertian Monetary dan Non-Monetary Items.
3. Untuk mengetahui Model akuntansi yang diterapkan dalam penilaian
aktiva dan penentuan laba
4. Untuk mengetahui penilaian dan perbandingan terhadap model akuntansi.
5. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pengukuran harga wajar.
6. Untuk mengetahui ilustrasi alternatif model akuntansi.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi mahasiswa dapat menambah wawasan mahasiswa dalam bidang
ilmu akuntansi.
2. Bagi lembaga dapat menambah perbendaharaan tulisan ilmiah di lembaga

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Akuntansi Inflansi


Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak, pengertian Akuntansi Inflasi adalah
sebagai berikut : “merupakan suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan
informasi yang telah memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat
perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata
uang dengan tingkat harga yang berlaku.”
Akuntansi Inflasi merupakan suatu metode untuk mengkoreksi, dengan
menyatakan kembali sepenuhnya laporan keuangan berdasarkan harga
perolehan historis kedalam suatu cara yang mencerminkan perubahan daya
beli mata uang yang diukur dengan menggunakan angka indeks. Akuntansi
inflasi bukan sebagai pengganti akuntansi konvensional yang telah ada,
namun merupakan informasi tambahan bagi para pemakainya.
Tujuan dari Akuntansi Inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu
perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur
jumlah,waktu,dan kemungkinan arus kas masa depan.
Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan metode
penentuan laba. Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba yang lebih
relevan yang digambarkan oleh laporan keuangan, sedangkan inflasi nilai
semua item yang terdapat dalam laporan keuangan.
Metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi (Johnson,1977)
sebagai berikut.
1. The entry value system dari harga umum yang terdiri dari:
a. historical cost
b. general price level
c. replacement cost
d. reproduction cost
2. The exit value system harga pasar atau current market value yang
terdiri dari:
a. net realizable value

3
b. selling price
c. expected value
Dari sudut akuntansi inflasi, di luar historical cost adalah metode
menyusun laporan keuangan untuk menyesuaikan dengan pengaruh inflasi.
a. Historical Cost
Historical cost merupakan salah satu dari prinsip akuntansi.
Menurut pendapat ini cost principle atau disebut juga acquisition cost atau
historical cost merupakan dasar untuk melakukan penilaian yang tepat
untuk mencatat perolehan barang, jasa, biaya, harga pokok, dan equity.
Sistem ini telah digunakan selama beberapa abad (Ijiri, 1971). Dalam
sistem historical cost setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga
pertukarannya pada tanggal perolehan. Berdasarkan historical cost laba
direalisasikan dengan perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan
dengan biaya yang direalisasikan, dimana biaya tersebut merupakan
pengorbanan yang diharapkan tidak mendapatkan keuntungan di masa
mendatang.
Memang banyak kritik yang diajukan ke arah sistem historical cost
ini, namun sampai saat ini standar akuntansi masih tetap
mempertahankannya. Keunggulan sistem ini menurut Ijiri (1967) adalah
sebagai berikut:
 Penilaian historical cost merupakan satu-satunya metode
penilaian yang hasil pencatatannya dapat ditelusuri,
diidentifikasi bila perlu.
 Metode penilaian historical cost memberikan data yang
kurang diperselisihkan dibanding dengan metode penilaian
lain yang diajukan.
 Metode penilaian historical cost ini tidak menyajikan
holding gain and loss. Hal ini sesuai dengan status quo dan
hanya perubahan yang jelas terbukti dicatat. Hal ini penting
untuk memecahkan pertentangan kepentingan dan menjaga
stabilitas dalam masyarakat.

4
 Metode penilaian historical cost saat ini memberikan data
yang berguna bagi pengambilan keputusan bagi manajer
dan investor karena selama ini data yang lazim digunakan
untuk memprediksi masa depan hanya data historis.
 Metode penilaian historical cost ini merupakan salah satu
diantara berbagai metode penilaian yang dianjurkan.
Metode ini paling murah bagi masyarakat dilihat dari biaya
pencatatan, biaya pelaporan, auditing, dan penyelesaian
perselisihan.
Penilaian berdasarkan historical cost ini masih sangat relevan dan
dipertahankan oleh prinsip dan standar akuntansi yang berlaku.
Keunggulan prinsip historical cost adalah sangat berguna untuk
menjelaskan aspek yang lalu dari tiap aset dan kewajiban, yaitu
pengorbanan yang telah diberikan untuk mendapatkan aset dan keuntungan
yang diterima dari kewajiban yang timbul (Harahap, 1996).

b. General Prince Level


Dalam metode General Price Level misalnya metode historical cost
disesuaikan dengan perubahan tingkat harga sehingga pada masa inflasi
GPL ini lebih besar daripada nilai historical cost.
Keuntungan GPL adalah sebagai berikut :
 Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan
 Dapat meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode
 Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan
datang secara lebih baik
 Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang
dihitung dari angka-angka laporan keuangan yang sudah
disesuaikan.
Kelemahan GPL adalah sebagai berikut :
 Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang
berbeda jadi tidak bisa disamaratakan
 GPL tidak bermakna bagi perusahaan

5
 Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
 Rasio itu adalah indikator mentah

c. Current Cost Accounting


Edgar Edward dan Philip Bell (1961) merupakan tokoh yang
paling gencar mempromosikan konsep CCA ini. Menurut mereka yang
dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana mereka mengalokasikan
sumber-sumber ekonomi yang ada untuk memaksimalkan laba.
Manajer biasanya menghadapi masalah apakah ingin
mempertahankan suatu aktiva atau utang atau menjual atau membayarnya
dan bagaimana menggunakan atau mendanai kegiatan perusahaan. Untuk
menjawab ini maka Edgar dan Bell mengusulkan perhitungan busines
profit. Busines Profit ini memiliki dua komponen:
 Current Operating Profit
 Realizable Cost Saving (Holding Gain)
Laba dari Current Operating adalah kelebihan nilai sekarang dari
barang atau jasa yang dijual dengan harga pokoknya. Sedangkan
Realizable Cost Saving adalah kenaikan harga pokok dari suatu aktiva
yang masih dimiliki sekarang (dengan harga sekarang). Ini merupakan
laba (atau bisa saja rugi) yang belum direalisasi dari suatu aktiva yang
harganya naik (atau turun) karena perubahan harga, namun barangnya
belum direalisasi atau belum dijual, maka ini disebut saving yang nantinya
akan direalisasi. Sebenarnya hal ini merupakan opportunity gain atau loss.
Resvine menganggap itu dapat dianggap sebagai laba karena kenaikan
harga itu akan mengakibatkan kas yang akan digunakan untuk
mendapatkannya memang harus seharga itu jika kita ingin membelinya
sekarang. Menurut beliau cash saving ini dapat digolongkan sebagai laba.
Beberapa bentuk Current Cost adalah sebagai berikut:
a. Replacement cost
Replacement Cost adalah nilai yang diukur saat ini (current cost)
untuk mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas
produksinya yang sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan

6
pada aktiva nonmoneter seperti persediaan dan aktiva tetap. Aktiva
tetap disajikan menurut nilai gantinya, nilai bersih setelah
digambarkan nilai yang sudah dipakai.
Metode ini dikritik dalam hal:
 Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga
angka-angka yang timbul tidak didasarkan pada transaksi
yang sebenarnya.
 Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu
akan menimbulkan pembebanan ke laba/rugi (misalnya
penyusutan dan harga pokok produksi) lebih rendah dari
beban pada historical cost, akhinya income akan lebih
tinggi dari historical cost.
 Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode
Replacement Cost ini, karena hanya untuk aktiva tertentu.
Oleh karenanya, metode Replacement Cost ini dianggap
bukan merupakan metode akuntansi inflasi.
 Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang
saling berbeda.
Walaupun ada kritik ini, sebagian pihak menganggap bahwa
metode ini merupakan metode yang paling mudah diterapkan dalam
akuntansi inflasi, karena meskipun terjadi inflasi dengan metode ini
akan memudahkan dalam hal pengukurannya.
b. Reproduction Cost
Reproduction Cost adalah istilah lain yang hampir sama dengan
Replacement Cost. Di sini harga itu diukur berdasarkan harga sekarang
jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti barang yang dimiliki itu
tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin memengaruhi aktiva
yang dibuat itu. Jika suatu aktiva baru direproduksi tanpa
menghiraukan perubahan teknologinya nilainya sama dengan
Replacement Cost. Dengan demikian, secara umum apa yang berlaku
pada metode Reproduction Cost ini.

7
c. Net Realizable Value
Net Realizable Value merupakan harga jual dikurangi taksiran
biaya penjualan. Pada masa inflasi nilai dari net realizable value ini
lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin
menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price
level. Penyusutan dalam metode ini dihitung berdasarkan perbedaan
antara harga jual aktiva itu pada awal dibandingkan dengan pada akhir
periode.
d. Selling Price
Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya
penjualan sehingga laporan keuangan yang disusun menurut selling
price ini akan lebih besar daripada net realizable value dan metode
lainnya.
e. Expected Value
Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa
lebih besar atau lebih kecil dibanding dengan metode lain karena
expected value ini merupakan gambaran dari present value kas di masa
yang akan datang.

2.2 Monetary Non- Monetary Items


Monetary Items adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan
dalam unit uang yang tetap misalnya kas, piutang atau uang atau kewajiban
lainnya yang angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan
ditagih, dibayar dimasa yang akan datang tanpa ada perubahan. Nilai ini
adalah nilai historis dan nanti nilai net realizable value-nyalah yang akan
direalisasi. Karena nilainya itu juga menggambarkan nilai sekarang (current
value), untuk aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali barangkali untuk
mengetahui present value dari nilai yang diharapkan ditagih (expected value)
dimasa yang akan datang. Contoh lainnya: deposito, valuta asing, atau klaim
valuta asing, surat berharga, aktiva yang akan dijual tahun depan, utang pajak,
utang jangka panjang, saham preferen yang tidak konvertible dan tidak

8
berpartisipasi, wesel, akumulasi penyisihan piutang, piutang pegawai, piutang
jangka panjang, uang muka, dan utang gaji.
Non-Monetary Items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan
menurut kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan
sebagai old cost bukan nilai sekarang. Misalnya aktiva tetap, lahan,
bangunan, peralatan, persediaan yang akan dipakai nanti dalam operasi
perusahaan dan akan diganti terus jika perusahaan terus beroperasi. Dalam
metode current value harga baru itu yang dicoba digambarkan dengan harga
sekarang. Contoh lainnya adalah biaya dibayar dimuka, investasi dalam
saham, utang pajak tertunda, akumulasi penyusutan, goodwill, hak paten,
aktiva tak berwujud lain, dan kontrak penjualan.

2.3 Model Akuntansi


Ada tiga model akuntansi yang berbeda yaitu:
 Historical Cost Accounting
 Replacement Cost Accounting
 Net Realizable Value Accounting
Namun, sebenarnya ada delapan model akuntansi dalam penilaian aktiva dan
penentuan laba itu, yaitu sebagai berikut.
1. Pengukuran menurut Unit Uang:
a. Historical Cost Accounting
b. Replacement Cost Accounting
c. Net RealizableValue Accounting
d. Present Value Accounting
2. Pengukuran menurut Unit Tenaga Beli (General Price Level = GPL)
a. GPL Historical Cost Accounting
b. GPL Replacement Cost Accounting
c. GPL Net RealizableValue Accounting
d. GPL Present Value Accounting

9
Perbedaan ini timbul dari perbedaan berikut.
a. Atribut yang Akan Dinilai
Atribut yang dinilai untuk masing-masing model akuntansi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
 Dalam model Historical Cost Accounting, atribut yang dinilai
adalah jumlah uang/kas atau sejenisnya yang dibayar untuk
mendapatkan aktiva atau membayar sejumlah utang yang
dibebankan dalam unit uang yang timbul dari perolehan aktiva itu.
 Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar
adalah uang kas atau sejenisnya yang akan dibayar untuk
memperoleh aktiva yang sama dan sejenis saat sekarang atau
jumlah utang yang akan dibebankan untuk memperoleh aktiva
tersebut.
 Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah
uang kas atau sejenisnya yang akan diperoleh dengan menjual
aktiva sekarang atau jumlah uang yang harus dibayar untuk
menebus kewajiban itu sekarang.
 Dalam model Present atau Capitalized Value, atribut yang diinilai
adalah arus kas masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari
penggunaan aktiva atau arus kas keluar net yang diharapkan akan
dibayar untuk membayar kembali utang.
Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut.
1. Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (Historical Cost), masa kini
(Replacement Cost dan Net Realizable Value), dan masa yang akan
datang (Present Value).
2. Jenis transaksi: Historical Cost dan Replacement Cost merupakan
transaksi perolehan atau pembebanan utang, Net Realizable Value dan
Present Value menyangkut penjualan aset dan pembayaran utang.
3. Sifat kejadian awalnya: Historical Cost didasarkan pada kejadian yang
sebenarnya, Present Value berdasarkan kejadian yang dinharapkan,
dan Replacement Cost dan Net Realizable Value didasarkan pada
kejadian yang sifatnya hipotesis (anggapan).

10
b. Unit of Measure
Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut.
 Unit moneter (uang)
Dalam model ini yang menjadi unit pengukur adalah unit uang.
 Unit daya beli (Purchasing Power)
Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya
yang tentu berbeda apabila waktunya berbeda.

2.4 Penilaian dan Perbandingan Terhadap Model Akuntansi


Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut,
model present value sengaja tidak diikutkan karena beberapa kelemahan
sebagai berikut :
1. Sukarnya menaksir penerimaan kas dimasa akan datang
2. Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi
3. Alokasi arbitrer dari taksiran arus kas dalam memilih asset
4. Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara
individual
Dalam memilih dan membandingkan model-model ini maka yang
menjadi dasar penilaian adalah :
1. Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timming error)
Timming error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu
periode tertentu, tetapi dicatat, diperhitungkan dan dilaporkan pada
periode lain. Yang sebaiknya adalah bahwa setiap kejadian dalam
periode itu dicatat dan dilaporkan pada periode itu. Namun, yang lebih
ideal lagi adalah bahwa perhitungan laba dilakukan dalam keseluruhan
proses kegiaatan perusahaan.
2. Kesalahan akibat alat ukur (measuring unit errors)
Kesalahan akibat alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak
disajikan dengan menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli
dari mata uang tersebut. Idealnya tenaga beli uang harus ikut menjadi
bahan pertimbangan dalam menyusun laporan keuangan

11
3. Kesulitan dalam penafsiran (interpretability)
Laporan keuangan harus dapat dipahami tanpa salah pengertian. Dalam
penafsiran laporan keuangan kita harus memahami masalah pengertian
dan penggunaannya. Dengan perkataan lain, agar model akuntansinya
dapat dipahami maka kita harus menggunakan rumus ;
“jika………, maka…………….” atau (if……, them)
Dengan rumus ini maka para pembaca laporan keuangan akan
memahami arti serta kegunaannya. Akuntansi memiliki alat ukur yang
menghasilkan ukuran tertentu, misalnya model akuntansi yang
menggunakan unit uang sebagai alat ukur berarti hasilnya adalah
bahwa itu dinyatakan dalam rupiah (Number of Dollar = NOD).
Demikian juga gunakan konsep historical cost dengan (Number of
Dollars). Sementara itu, apabila konsep current value yang diukur
dengan tenaga beli umum, akan menghasilkan ukuran barang atau
Command of Goods (COG).
4. Relevansi
Informasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanfaat bagi para
pemakainya khususnya untuk digunakan dalam proses pengambilan
keputusan. Namun, karena model akuntansi yang ada masih memiliki
makna yang masih kabur seperti masalah NOD dan COG tadi, sukar
bagi pembaca menjadikan informasi akuntansi itu relevan tanpa
menguasai ilmu akuntansi mendalam.

2.5 Metode Pengukuran Harga Wajar (Fair Value)


Metode pengukuran harga wajar atau fair value telah berlaku di Amerika
sesuai dengan statement No. 157 tentang fair value Measurements. Berikut
ini adalah ikhtisarnya.
Statement ini mendefinisikan fair value, menetapkan kerangka untuk
mengukur nilai wajar (fair value) sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum, dan memperluas pengungkapan tentang pengukuran fair
value. Statement ini diterapkan dalam kerangka standar akuntansi yang
membutuhkan atau mengizinkan pengukuran fair value. Dewan standar

12
sebelumnya telah memutuskan melalui pengumuman bahwa fair value adalah
metode pengukuran yang relevan. Oleh karena itu, statement ini tidak
memerlukan metode pengukuran fair value yang baru. Namun, untuk
sebagian entitas penerapan fair value ini akan mengubah praktek yang
berlaku sekarang

a. Alasan dikeluarkannya statement ini.


Sebelum statement ini, ada beberapa difinisi tentang fair value dan
pedoman penerapannya dalam prinsip akuntansi sangat terbatas. Selain
itu pedoman sudah tersebar diantara banyak pengumuman yang
menjelaskan perlunya pengukuran fair value. Perbedaan pedoman itu
akan menimbulkan inkonsistensi yang menambah rumitnya prinsip
akuntansi. Dalam membuat statement ini, dewan telah
mempertimbangkan perlunya peningkatan konsistensi dan comparability
pengukuran fair value dan untuk memperluas pengungkapan tentang
pengukuran fair value.

b. Perbedaan antara Statement dan Praktek Sekarang


Definisi fair value tetap menyangkut harga pertukaran atau
exchange price. Statement ini menjelaskan bahwa exchange price adalah
harga dari transaksi yang normal antara pelaku pasar yang menjual asset
atau mentransfer utang di pasar dimana entintas yang melaporkan
melakukan transaksi yang menyangkut asset dan utang pada kondisi yang
paling menguntungkan. Transaksi menjual asset atau mentransfer utang
adalah transaksi hipotesis pada tanggal pengukuran, dengan
mempertimbangkan perspektif pelaku pasar yang memegang asset dan
yang berutang. Oleh karena itu, definisi ini berfokus pada harga yang
akan diterima jika melakukan penjualan asset atau membayar atau
mentransfer uang (exit price), bukan harga yang akan dibayar untuk
membeli asset atau menerima utang (entry price).
Statement ini menekankan bahwa fair value adalah pengukuran
berbasis pasar ( a market-bassed measurement), bukan pengukuran yang

13
spesifik entitas (an entity-spesific measurement). Oleh karena itu,
pengukuran fair value harus ditentukan berdasarkan asumsi yang
digunakan pelaku pasar dalam menghargai asset dan utangnya. Sebagai
dasar untuk mempertimbangkan asumsi pelaku pasar dalam mengukur
fair value, statemen ini menetapkan hierarki fair value yang dibedakan
antara lain srbagai berikut.
1. Asumsi pelaku pasar dibangun berdasarkan data pasar yang diperoleh
dari sumber yang independen dari entitas yang melaporkan
(observable inputs).
2. Asumsi dari entitas yang melaporkan tentang asumsi pelaku pasar
dibangun berdasarkan informasi yang terbaik yang tersedia dalam
situasi itu (unobservable inputs). Dalil unobservable inputs
dimaksudkan untuk memungkinkan adanya situasi dimana ada sedikit
kegiatan pasar dari asset dan kewajiban pada tanggal pengukuran.
Dalam situasi tersebut, entitas pelaporan tidak perlu melakukan
kegiatan untuk mendapatkan informasi tentang asumsi pelaku pasar.
Namun, entitas pelapor tidak boleh mengabaikan informasi tentang
asumsi pelaku pasar yang tersedia tanpa harus mengeluarkan biaya dan
tenaga.
Statement ini menjelaskan bahwa asumsi pelaku pasar termasuk
asumsi mengenai resiko, misalnya resiko inheren dalam teknik penilaian
khusus yang digunakan untuk mengukur fair value (seperti dalam pricing
model) dan atau resiko risk inherent dalam input ke teknik penilaian.
Pengukuran fair value harus memasukkan penyesuaian terhadap resiko
jika pelaku pasar memasukkannya dalam menentukan harga aset atau
kewajiban, walaupun penyesuaian itu sukar ditentukan. Oleh karena itu,
pengukuran yang tidak memasukkan penyesuaian resiko tidak
menggambarkan pengukuran fair value jika pelaku pasar akan
memasukkannya dalam penilaian aset dan kewajiban.
Statement ini menjelaskan asumsi pelaku pasar tentang pengaruh
pembatasan penjualan atau penggunaan aset. Pengukuran fair value untuk
aset tertentu harus mempertimbangkan pengaruh pembatasan itu jika

14
pelaku pasar mempertimbangkan pengaruh pembatasan dalam penilaian
aset.
Statement ini menjelaskan bahwa pengukuran fair value untuk
kewajiban menggambarkan nonperfomence risk, yaitu resiko di mana
kewajiban tidak terpenuhi sebab nonperfomence risk termasuk resiko
kredit entitas yang melaporkan entitas pelapor harus mempertimbangkan
pengaruh resiko kredit menurut fair value dari kewajiban di semua periode
di mana kewajiban diukur berdasarkan fair value menurut standar
akuntansi yang berlaku.
Statement ini menyetujui perlunya FASB Statements lainnya yang
menyatakan bahwa dari suatu posisi dari suatu posisi dari suatu instrument
keuangan termasuk suatu block yang diperdagangkan secara aktif di pasar
harus diukur sebesar nilai produk dengan harga yang dicantumkan dari
instrument individu tersebut dikali dengan jumlah yang dimiliki. Harga
yang dipakai harus disesuaikan sebab size posisi relatif pada
volumeperdagangan.
Statement ini memperluas pengungkapan tentang penggunaan
pengukuran fair value untuk mengukur aset dan kewajiban periode interim
dan tahunan mengikuti pengakuan sebelumnya. Pengungkapan difokuskan
pada input yang digunakan untuk mengukur fair value dan mengulangi
pengukuran fair value dengan menggunakan unobservable inputs,
pengaruh pengukuran pada laba pada periode itu.
c. Bagaimana Kesimpulan Statement Ini Berkaitan dengan Kerangka
Konsep FASB
Kerangka konsep untuk mengukur fair value mengikuti kosep yang
menekankan memberikan informasi secara komperatif sehingga para
pemakai mampu menggunakan laporan keuangan menemukan persamaan
dan perbedaan antara kedua kejadian ekonomi. Definisi fair value
memerhatikan konsep yantg berkaitan dengan aset dan kewajiban, dalam
konteks pelaku pasar. Pengukuran fair value menggambarkan asumsi
pelaku pasar sekarang tentang arus masuk di masa yang akan datang yang
dikaitkan dengan aset yang memiliki keuntungan ekonomi masa depan dan

15
arus keluar di masa yang akan datang yang dikaitkan dengan kewajiban
(pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang).
Pengungkapan yang diperluas tentang fair value untuk mengukur
aset dan kewajiban harus memberikan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan investasi, kredit, dan lainnya sebagaimana disebut
dalam bagi para pemakai laporan keuangan (dan investor, kreditor
potensial, dan lainnya) sesuai dengan tujuan laporan keuangan.

d. Bagaimana Statement Ini Meningkatkan Manfaat Laporan Keuangan


Definisi tunggal dari fair value bersama dengan kerangka konsep
pengukuran fair value bersama dengan kerangka konsep pengukuran fair
value, harus menghasilkan peningkatan konsistensi dan komparabilitas
pengukuran fair value.
Perluasan pengungkapan tentang fair value untuk mengukur aset
dan kewajiban harus memberikan informasi yang lebih baik bagi para
pemakai laporan tentang batas di mana fair value digunakan sebagai
pengukur aset dan kewajiban yang di akui, input digunakan untuk
mengembangkan pengukuran dan pengaruh pengukuran tertentu pada laba
(perubahan net aset) pada periode itu.
e. Manfaat dan Biaya Menerapkan Statement Ini
Kerangka untuk mengukur fair value dibangun di atas praktik dan
kebutuhan sekarang. Namun, beberapa entitas perlu mengubah sistem dan
lainnya untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan statement ini. Beberapa
entitas bisa menimbulkan tambahan biaya dalam menerapkan statement
ini. Namun, manfaatnya dalam peningkatan konsistensi dan
komparabilitas dari metode pengukuran fair value dan semakin luasnya
pengungkapan mengenai pengukuran akan terus bermanfaat.
f. Berlakunya Statement Ini
Penerapan Statement ini harus berlaku secara prospective sejak
awal tahun fiskal di mana statement ini mulai diterapkan. Kecuali dalam
hal berikut ini, penerapan statement ini harus retrospective:

16
1. Instrument keuangan yang sudah diukur secara fair value pada awal
diakuimenggunakan harga transaksi sesuai dengan pedoman sebelum
permulaan penerapan statement ini.
2. Instrument keuangan hybrid yang sudah menggunakan fair value pada
awal pengakuannya yang menggunakan harga transaksi sesuai dengan
pedoman sebelum memulai menerapkan statement ini.
Penyesuaian dalam masa transisi, diukur sebagai perbedaan antara
saldo sebelumnya dan fair value the carrying amounts dari instrument
keuangan pada tanggal statement ini mulai diterapkan. Harus diakui
sebagai penyesuaian pengaruh kumulatif dalam saldo pembukuan laba
ditahan atau komponen ekuitas atau aset bersih dalam laporan posisi
keuangan untuk tahun fiskal saat statement ini diterapkan.

2.6 Ilustrasi Beberapa Alternatif Model Akuntansi


Untuk memberikan gambaranyang jelas antara beberapa alternative model
akuntansi ini kita misalkan PT Sipangko Jaya yang didirikan pada tanggal 21
Maret 2005 akan memasarkan produk baru yang disebut ESTIMA. Mdal
berjumlah Rp 30.000,-, utangnya Rp 30.000,-, dengan bunga 10 %. Pada tanggal 1
Januari PT Sipangko Jaya memulai kegiatannya dengan membeli 6.000 unit
ESTIMA dengan harga Rp 10,- per unit. Pada tanggal 1 Mei perusahaan menjual
5.000 unit dengan harga Rp 15,- per unit.
Sementara itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai berikut:
Januari 1 Mei 1 Desember 1
Replacement Cost 10 12 13
Net Realizable Value - 15 17
General Price Level Index 100 130 156

1. Alternatif dengan Melihat Sudut “Unit of Money”

Alternatif yang kita bahas disini adalah menyangkut kesalahan yang timbul karena
waktu. Untuk itu, model yang akan kita bahas adalah:

1. Historical Cost Accounting

17
2. Replacement Cost Accounting
3. Net Realizable Value Accounting

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi untuk ketiga model itu adalah sebagai berikut:

PT Sipangko Jaya

Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005

Replacement Net Realizable


Keterangan Historical Cost
Value Value
Hasil 75.0001 92.0002
Harga Pokok Penjualan 50.0003 60.0004 73.0005
Laba Kotor 25.000 15.000 19.000
Bunga 10 % 3.000 3.000 3.000
Laba Operasi 22.000 12.000 16.000
Realisasi holding gain and loss Sudah termasuk 10.0006 10.000
Holding gain and loss yang tidak
Tidak dihitung 3.0007 3.000
direalisasi
General Price level gain and loss Tidak dihitung Tidak dihitung Tidak dihitung
Laba Bersih 22.000 25.000 29.000

Perhitungan:

1
75.000 = 5.000 x 15

2
92.000 = (5.000 x 15) + (1.000 x 17)

3
50.000 = 5.000 x 10

18
4
60.000 = 5.000 x 12

5
73.000 = (5.000 x 12) + (1.000 x 13)

6
10.000 = 5.000 x (12-10)

7
3.000 = 1.000 x (13-10)

PT Sipangko Jaya

Neraca
31 Desember 2005
Replacement Net Realizable
Keterangan Historical Cost
Value Value
Harta
Kas 72.000 72.000 72.000
Persediaan 10.000 13.0001 17.0002
Total Harta 82.000 85.000 89.000
Utang dan Modal
Kewajiban 30.000 30.000 30.000

Modal
Modal Saham 30.000 30.000 30.000
Laba Ditahan
Realisasi 22.000 22.000 22.000
Belum Realisasi - 3.000 7.000
Total laba ditahan 22.000 25.000 29.000

Total Modal Setor 52.000 55.000 59.000

Total Utang dan Modal 82.000 85.000 89.000

Keterangan:

1
13.000 = 13 x 1.000

19
2
17.000 = 17 x 1.000

HC RC NRV
Total Laba Laba yang Kesalahan Laba yang Kesalahan Laba yang Kesalahan
dilaporkan dilaporkan dilaporkan
29.000 22.000 7.0001 25.000 4.0002 29.000 0

1
7.000 = (17.000-13.000) + 3.000 Unrealized Operating + Unrealized Holding
Gains

2
4.000 = (17.000-13.000) Unrealized Operating Gains

2. Alternatif Dengan Menggunakan Model Akuntansi yang Diukur Dengan


Unit Tenaga Beli Umum

Dalam model ini yang kita bahas adalah:

1. General Price Level Adjusted Historical Accounting


2. General Price Level Adjusted Replacement Cost Accounting
3. General Price Level Adjusted Net Realizable Value Accounting

Dengan menggunakan ilustrasi di atas, maka laporan keuangannya adalah


sebagai berikut:

20
PT Sipangko Jaya

Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005

GPLA GPLA GPLA


Keterangan
HC RC NRVA
Hasil 90.0001 90.000 107.0002

Harga Pokok Penjualan 78.0003 72.0004 85.0005


Laba Kotor 12.000 18.000 22.000

Bunga 10% 3.000 3.000 3.000


Laba Operasi 9.000 15.000 19.000
Real Realize Holding Gain
(6.000)6 (6.000)
and Loss Termasuk
Real Unrealized Holding tidak dihitung
(2.600)7 (2.600)
Gain and Loss
General Price Level Gain and
1.8008 1.800 1.800
Loss
Laba Bersih 10.800 8.200 12.200

1
90.000 = 75.000 x 156/130. (75.000=5.000 x 15)

2
107.000 = 90.000 + (17 x 1.000)

3
78.000 = 50.000 x 156/100

4
72.000 = 60.000 x 156/130

5
85.000 = 72.000 + (13 x 1.000)

6
(6.000) = (12 x 156/130) – (10 x 156/100) x 5.000

21
7
(2.600) = 13 – (10 x 156/100) x 1.000

8
1.800 = Computed Monetary Asset – Actual Monetary Asset (40.200 – 42.000)

Perhitungan dapat dilihat dibawah ini:

PT Sipangko Jaya

Neraca Menurut General Price Level

Per 31 desember 2005

GPL GPL GPL


Keterangan
HC RC NRVA
Aktiva:
Kas 72.000 72.000 72.000
Persediaan 15.6001 13.000 17.000
Total Aktiva 87.600 85.000 89.000
Passiva:
Obligasi 30.000 30.000 30.000
Modal 46.8002 46.800 46.800
Laba Ditahan:
Realized 9.000 9.000 9.000
Unrealized (0) (2.600)3 1.4004
Laba/Rugi GPL 1.800 1.800 1.8005
Total Passiva 87.600 85.000 89.000

Keterangan:

1
15.600 = 10.000 x 156/100

2
46.800 = 3.000 x 156/100

22
3
2.600 = 13 – (10 x 156/100) x 100

4
1.400 = Unrealized Operating Gains + Unrealized Holding Gains

= 4.000 + (-2.600-4.000 = (17.000 – 13.000)

5
𝐿𝑖ℎ𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑖

Perhitungan Laba/Rugi General Price Level

Belum di Faktur Setelah di


Keterangan
Adjust Konversi Adjust
Net Monetary Asset
Tanggal 1 Januari 2005: 30.000 156/100 46.800
Ditambah:
Monetary Receipts 75.000 156/130 90.000

105.000 136.800
Dikurangi:
Monetary Payments 60.000 156/100 93.600
Bunga (10%) 3.000 156/156 3.000

63.000 96.600
Net 42.000 40.200
Net Monetary Asset 31-12-2005 40.200
Actual Monetary Asset per 31-12-2005 42.000
Laba akibat General Price Level 1.800

23
Analisis Tipe Kesalahan Masing-masing Model

Timing error Interpretation


NOD COG
Measureng-
No Accounting Model Operating Holding Relevance
Unit Error
Profit Gains (Number of (Command of
dollars) Goods)
1 Historical-cost accounting Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak
Ya Ya Ya
2 Replacement-cost Ya Hilang Ya
Laba Rugi Harta Harta
Ya Ya
Net-realizable-value Aktiva
3 Hilang Hilang Ya
accounting Laba Rugi Aktiva Moneter Moneter
dan Utang dan Utang
General price-level-adjusted
4 Ya Ya Hilang Ya Ya Ya
historical cost accounting
General Price-level-adjusted
5 Ya Hilang Hilang Hilang Ya Ya
replacement-cost accounting
General Price-level-adjusted
6 net-realizable-value Hilang Hilang Hilang Hilang Ya Ya
accounting

24
2.7 Jenis-jenis Penyesuaian Inflasi
Rangkaian statistik yang bertujuan mengukur perubahan harga umum
maupun khusus biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan

harga memiliki pengaruh yang berbada terhadap ukuran‑ukuran posisi keuangan

dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan‑tujuan

berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan


tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis.
Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.
1. Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Model biaya historis‐dolar konstan mempertimbangkan perubahan harga
ini dengan mengukur laba sedemikian rupa sehingga pendapatan tersebut
mencerminkan jumlah maksimum sumber daya yang dapat didistribusikan ke
berbagai pihak yang berhak selama periode tertentu, dan pada saat yang sama
mempertahankan kemampuan perusahaan untuk memperoleh jumlah barang
dan jasa yang secara umum sama, pada akhir periode, dengan jumlah barang
dan jasa yang dapat diperolehnya pada awal periode.
Singkatnya, mata uang tetap (biaya historis) adalah jumlah mata uang
yang disesuaikan dengan perubahan tingkat harga (daya beli) umum.

Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan dalam translasi jumlah uang yang dibayarkan
di periode sebelumnya ke dalam setara daya beli di akhir periodenya (yaitu
daya beli tetap biaya historis).
Rumus yang digunakan adalah:
𝐺𝑃𝐿𝑐
× 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙𝑡𝑑 = 𝑃𝑃𝐸𝑐
𝐺𝑃𝐿𝑡𝑑

Keterangan :
GPL = Indeks harga umum
c = Tahun berjalan
td = Tanggal transaksi
PPE = Setara daya beli umum

25
Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos
yang dipersoalkan, melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka
biaya historis hanya sekedar disajikan ulang dalam unit ukuran baru, yaitu
daya beli umum diakhir periode. Jika semua transaksi dilakukan secara
seragam selama periode tertentu (seperti pendapatan dari penjualan barang
atau jasa), maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat digunakan.
Ketika menyajikan pendapatan sebagai setara daya beli akhir periode,
ketimbang menyesuaikan tingkat harga pendapatan harian (berarti ada 365
perhitungan) kita dapat menggunakan rumus berikut :
𝐺𝑃𝐿𝑐
× 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃𝑃𝐸𝑐
𝐺𝑃𝐿𝑡𝑑

2. Penyesuaian Biaya-Kini
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek
utama yaitu
a. Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh
karena aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas
dimasa depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini
memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi
arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan.
b. Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari
perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh
perusahaan dalam suatu periode (tanpa pertimbangan komponen pajak),
namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik
perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan
menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga
khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan
lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain‑lain) untuk mencerminkan
perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.

26
3. Biaya Kini Disesuaikan dengan Tingkat-Harga Umum
Operasi pelaporan ketiga yang bertujuan untuk menerangkan perubahan
harga ini menggabungkan karakteristik model tingkat umum dan model biaya
kini. Pengukuran ini, disebut sebagai model biaya kini yang disesuaikan
dengan tingkat harga menggunakan indeks harga umum maupun khusus.
Sesuai dengan model tingkat harga umum, salah satu tujuan model ini adalah
untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen daya beli akhir
tahun perusahaan. Laporan laba rugi juga memuat informasi mengenai laba
atau rugi daya beli pos-pos moneter induk bersih. Sesuai dengan model biaya
kini, tujuan lain model ini adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan
pada biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan
kekayaan bersih setelah pajak.
Ciri khas dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga
adalah pengungkapan perubahan biaya kini dari aset moneter perusahaan
setelah dikurangi inflasi. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian
perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya
beli umum. Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas pemegang
saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut : Kenaikan aset non moneter
akibat inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan
agar mampu menghadapi inflasi umum tersebut. Komponen kedua (misalnya
kenaikan harga kini yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak
sebagai laba modal atas aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita
berpendapat bahwa komponen terakhir ini bukan merupakan laba, melainkan
kenaikan biaya usaha yang harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan
kapasitas produksinya.
Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan,
disajikan ulang sebagai berikut :
a. Persediaan

Pos‑pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama

dan disajikan ulang dengan menggunakan metode biaya penggantian atau


manufaktur.
b. Harga Pokok Penjualan

27
Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan yang
dinyatakan ulang.
c. Aktiva Tetap

Pos‑pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan disajikan ulang

dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari Nasional


Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi
nilai penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli
independent pada tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai denga tanggal
akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah tanggal tersebut.
d. Depresiasi
Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang aktiva tetap, yang
dipertimbangkan sebagai dasar, perkiraan masa manfaat ditentukan oleh
penilai independent.
e. Penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Akun ini disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang
diperoleh dari NCPI, menurut umur atau tanggal kontribusinya.
f. Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil
kepemilikan aktiva non-moneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas.
g. Hasil dari kepemilikan aktiva non-moneter
Pos ini menunjukkan perubahan dalam nilai aktiva non-moneter yang
disebabkan oleh hal selain inflasi.
h. Akumulasi hasil moneter ekuitas

Pos ini merupakan hasil yang berawal dari penyajian awal angka‑angka

laporan keuangan.

Berikut adalah kebijakan akuntansinya :


 Dasar penyajian
 Komparabilitas
 Persediaan
 Aset tetap

28
 Penyusutan
 Penyajian uang ekuitas pemegang saham
 Defisit atas penyajian ulang ekuitas pemegang saham
 Laba atau rugi dari posisi moneter

2.8 Pendekatan Terhadap Akuntansi Inflasi di Beberapa Negara

Amerika Serikat
Pada tahun 1970, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (Statement of Financial Accounting StandardsSAFS) No. 33 Berjudul
“Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan
perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap (sebelum
dikurangi dengan depresiasi) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva
lebih dari $1 Miliar (setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi) untuk selama
lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli
konstan biaya kini. Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang
telah sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan bahwa :
1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan.
2. Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar.
3. Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila
dibandingkan data biaya kini.

Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris (Accounting Standard CommitteeASC)
menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standards
Accounting Practice-SSAP 16), “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3
tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal
yaitu :
1. Standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16
mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.

29
2. Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di
Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta
catatan penjelasan.

Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :


1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan
akun-akun pelengkap biaya historis.
2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan
akun-akun pelengkap biaya kini.
3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi
dengan informasi biaya historis yang memadai.

Brazil
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brazil hari ini mencerminkan
2 kelompok pilihan pelaporan, hukum perusahaan Brazil dan Komisi Pengawas
Pasar Modal Brazil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan
menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham
dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah Federal untuk
mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva tetap,
gedung, investasi, beban tangguhan dan deprsiasi terkait, serta akun-akun
amortisasi atau depresi (termasuk setiap provisi kerugiaan yang terkait). Akun-
akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan
revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat
penyesuaian tingkat harga terhadap modal.

International Accounting Standard Board (IASB)


IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja
operasional yang dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hyperinflasi
tidak bermanfaat. IAS 29 pelaporan keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi
mewajibkan (dan bukan hanya merekomendasikan) penyajian ulang informasi
laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang
melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah

30
didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan
ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Peraturan ini juga

berlaku untuk angka‑angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli

terkait posisi kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba
bersih. Perusahaan pelapor juga harus mengungkapkan :
1. Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit
pengukuran telah dilakukan.
2. Model penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu penilaian
historis atau biaya kini).
3. Identitas dan tingkat indeks harga pertanggal neraca, berikut pergerakkannya
selama tahun pelaporan.
4. Laba atau rugi moneter bersih tahun berjalan.

31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penulisan makalah ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sesuai
dengan rumusan masalah yang kami susun, yaitu:
a) Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan
metode penentuan laba. Penekanan penentuan laba adalah pada nilai
laba yang lebih relevan yang digambarkan oleh laporan keuangan,
sedangkan inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan
keuangan
b) Monetary Items adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau
disajikan dalam unit uang yang tetapmisalnya kas, piutang atau uang
atau kewajiban lainnya yang angk dan jumlah nilai uangnya yang
tetap itulah yang akan ditagih, dibayar dimasa yang akan datang tanpa
ada perubahan. Sedangkan Non-Monetary Items adalah nilai dimana
jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak perjanjian. Dalam
metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan nilai
sekarang. Misalnya aktiva tetap, lahan, bangunan, peralatan,
persediaan yang akan dipakai nanti dalam operasi perusahaan dan
akan diganti terus jika perusahaan terus beroperasi.
c) Ada delapan model akuntansi dalam penilaian aktiva dan penentuan
laba itu, yaitu sebagai berikut.Pengukuran menurut Unit Uang: 1)
Historical Cost Accounting 2) Replacement Cost Accounting 3)Net
RealizableValue Accounting 4)Present Value Accounting. Pengukuran
menurut Unit Tenaga Beli (General Price Level = GPL) 1) GPL
Historical Cost Accounting 2) GPL Replacement Cost Accounting 3)

32
GPL Net RealizableValue Accounting 4) GPL Present Value
Accounting
d) Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi
tersebut, model present value sengaja tidak diikutkan karena beberapa
kelemahan sebagai berikut : 1) Sukarnya menaksir penerimaan kas
dimasa akan datang 2) Pemilihan tingkat diskontoo yang sangat
bervariasi 3) Alokasi arbitrer dari taksiran arus kas dalam memilih
asset 4) Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing
aktiva ssecara individual. Dalam memilih dan membandingkan
model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian adalah : 1)
Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timming error) 2)
Kesalahan akibat alat ukur (measuring unit errors) 3) Kesulitan dalam
penafsiran (interpretability) 4) Relevansi
e) Metode pengukuran harga wajar atau fair value telah berlaku di
Amerika sesuai dengan statement No. 157 tentang fair value
Measurements. Statement ini mendefinikan fair value, menetapkan
kerangka untuk mengukur nilai wajar (fair velue) sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum, dan memperluas
pengungkapan tentang kengukuran fair value. Statement ini
diterapkan dalam kerangka standar akuntansi yang membutuhkan atau
mengizinkan pengukuran fair value. Dewan standar sebelumnya telah
memutuskan melalui pengumuman bahwa fair value adalah metode
pengukuran yang relevan. Oleh karena itu, statement ini tidak
memerlukan metode pengukuran fair value yang baru. Namun, untuk
sebagian entitas penerapan fair value ini akan mengubah praktek yang
berlaku sekarang.

3.2 Saran
Dalam penyusunan dan penentuan akuntansi inflasi sesuai dengan aturan
yang ada dan telah disepakati yang digunakan secara universal, sehingga
memudahkan dalam mempelajari dan dalam rangka penyeragaman
penggunaan aturan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi. Jakarta : PT RajaGrafindoPersada


http://alamazharians.blogspot.com/2012/03/inflasi.html [16 Oktober 2014]

http://ari-suwandi.blogspot.com/2011/01/teori-akuntansi.html [16 Oktober 2014]


Indarmala Reda : 2016 : PENERAPAN AKUNTANSI INFLASI DENGAN
METODE GENERALPRICE LEVEL ACCOUNTING SEBAGAI INFORMASI
TAMBAHAN PADA PT MAYORA INDAH Tbk. :

Purwanti Suci : PERLAKUAN DAN PENYAJIAN AKUNTANSI INFLASI


PADA LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE
GPLA DAN CCA (STUDY KASUS PADA PT CATUR PUTRA SANJAYA DI
BREBES)

Sari, Dian Indah.2008. “AKUNTANSI INFLASI DALAM MENILAI


RELEVANSI LAPORANKEUANGAN PERUSAHAAN ”

Cahyono, Yuli Tri . 2003. „”PENGARUH INFLASI TERHADAP PELAPORAN


KEUANGAN ‟. Volume 2, No 2. Hal 141-142.

Rahmawati, Nuraini. 2008. „„PELAKUAN AKUNTANSI INFLASI DAN


PENYAJIANNYA DALAM LAPORAN KEUANGAN’’.Volume 1, No 1. Hal
45-46.

Lanny, 2000.PENERAPAN AKUNTANSI INFLASI DENGAN METODE


GENERAL PRICE LEVEL ACCOUNTING SEBAGAI INFORMASI
TAMBAHAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA LAPORAN
KEUANGAN DI SEMUA PERUSAHAAN DI SURABAYA.

Na’im, Ainun, 1989, AKUNTANSI INFLASI, BPFE, Yogyakarta

Cahyono, Yuli Tri . 2003. PENGARUH INFLASI TERHADAP PELAPORAN


KEUANGAN. Volume 2, No 2. Hal 141-142.

Kodrat, David, Sukardi. (2006). STUDI BANDING PENYUSUNAN LAPORAN


KEUANGAN DENGAN METODE HISTORICAL COST ACCOUNTING DAN

34
GENERAL PRICE LEVEACCOUNTING PADA MASA INFLASI, JURNAL
AKUNTANSI DAN KEUANGAN, Vol. 8,No. 2, November 2006: 78-91,

Sugiarti, Welth. 2012 „„ AKUNTANSI INFLASI ‟‟

Leng, Pwee. 2002. „„ ANALISIS TERHADAP PERLUNYA PENYESUAIAN


LAPORANKEUANGAN HISTORIS ( CONVENTIONALACCOUNTING )
MENJADI BERDASARKAN TINGKAT HARGA UMUM ( GENERALPRICE
LEVEL ACCOUNTING)‟‟. Volume4, No 2.Hal 142- 144.

Index Harga Konsumen, Tabel Tingkat Inflasi 2010-2011.

Novianto Satrio Utomo. 2009. “ ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI


DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PT. BANK
MUAMALAT, TBK.BERDASARKAN RASIO KEUANGAN

Michell Suharli. 2006. AKUNTANSI UNTUK BISNIS JASA DAN DAGANG.

Marista Fitri. 2015. AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA (INFLASI)

Sukman. 2015. MAKALAH PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN


HARGA.KARTIKA RATNA SARI. 2016. AKUNTANSI INTERNASIONAL BAB
7. PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA

Allan Moechamad Z.K, et all. 2013. PELAPORAN KEUANGAN DAN


PERUBAHAN HARGA.

Astri Sri Dayanti. 2015. AKUNTANSI INTERNASIONAL : AKUNTANSI


PERUBAHAN HARGA (INFLASI).

Edwards, edgar dan Bell, Phillip, (1961), THE THEORY AND


MEASUREMENT OF BUSINESS INCOME, Berkeley : University of California
Press.

http://iweldolphin.blogspot.com/2012/11/akuntansi-inflasi.html.

http://www.wikipedia.com/2011/08/12/pengertian-inflasi-2011-html

Suryati,Yati.2011.“Puncak Laju Inflasi‟‟.

http://www.pdii.lipi.go.id/read/2011/
08/12/puncak-inflasi-2011-padaagustus.html

35
36

Anda mungkin juga menyukai