Anda di halaman 1dari 12

Nama : Ria Lusiana

NPM : 21130310112

Kelas : 4 Akuntansi A3

Referensi : Imam Gozali – Anis Chariri, Teori Akuntansi (IFRS)

Resume Teori Akuntansi

KONSEP LABA (INCOME)

Karakteristik Laba

A. Pengertian Laba

Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba
akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba
sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat tergantung pada ketepatan pengukuran
pendapatan dan biaya. Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi dan
tidak didefenisikan tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva atau hutang.

Para pemakai laporan keuangan mempunyai konsep laba sendiri yang dianggap
paling cocok untuk pengambilan keputusan mereka. Fisher (1912) dan Bedford (1965)
menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep laba yang umum dibicarakan dan
digunakan dalam ekonomi. Konsep laba tersebut adalah

1. Fsychic income, yang menunjukkan konsumsi barang/jasa yang dapat memenuhi


kepuasan dan keinginan individu.

2. Real income, yang menunjukkan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang


ditunjukkan oleh kenaikan cost of living.

3. Money income, yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber-sumber ekonomi


yang digunakan untuk konsumsi sesuai dengan biaya hidup (cost of living)

Belkaoui (1993) menyebutkan baliwa laba akuntansi memiliki lima karakteristik


sebagai berikut:
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan
barang/jasa.

2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja
perusahaan selama satu periode tertentu

3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman


khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.

4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk cost
historis.

5. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara pendapatan


dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

B. Keunggulan Dan Kelemahan Laba Akuntansi

Kelima karakteristik laba akuntansi tersebut memungkinkan untuk menganalisis


keunggulan dan kelemahan laba akuntansi. Keunggulan laba akuntansi dapat durumuskan
sebagai berikut (Belkaoui, 1993):

 Pertama, laba akuntansi teruji dalam sejarah dimana pemakai laporan keuangan masih
mempercayai bahwa laba akuntansi masih bermanfaat unutk membantu pengambilan
keputusan ekonomi.

 Kedua, laba akuntansi diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuji
kebenarannya karena didasarkan pada transaksi/fakta aktual, yang didukung bukti
obyektif.

 Ketiga, atas dasar prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan, laba akuntansi
memenuhi kriteria konservatisme. Artinya, akuntansi tidak mengakui perubahan nilai
tetapi hanya mengakui untung yang direalisasi (realized gains).

 Keempat, laba akuntansi dipandang bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama


pertanggungjawaban manajemen.
Hendrikson '1989 menyebutkan beberapa laba akuntansi yang diukur dengan kerangka
akuntansi konvensional. Kelemahan laba akuntansi adalah:

1. Konsep laba akuntansi belum dirumuskan secara jelas.

2. Belum ada dasar pengukuran dan penyajian yang secara teoritis mantap.

3. Praktik akuntansi yang diterima umum memungkinkan timbulnya ketidakkonsistenan


dalam pengukuran laba periodik dari perusahaan yang berbeda atau antar periode
akuntansi yang sama.

4. Perubahan tingkat harga (daya beli uang) belun tercermin dalam laba akuntansi yang
dihitung atas dasar nilai nominal uang.

5. Informasi lain mungkin terbukti lebih bermanfaat bagi investor dan pemegang saham
dalam pengambilan keputusan investasi.

C. Tujuan Pelaporan Laba

Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
pihak yang berkepentingan. informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan :

a. sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital)

b. sebagai pengukur prestasi manajemen

c. sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak

d. sebagai aiat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara

e. sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus

f. sebagai alat motivasi menajemen dalam pengendalian perusahaan

g. dasar untuk kenaikan kemakmuran

h. sebagai dasar pembagian dividen


Pengukuran Dan Pengakuan Laba

Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan
disajikan dalam laporan keuangan. Pengukuran besarnya laba sangat tergantung pada besarnya
pendapatan dan biaya. Karena laba adalah bagian dari pendapatan. maka konsep penghimpunan
dan realisai pendapatan juga berlaku untuk laba. Dengan demikian perlakuan akuntansi terhadap
laba tidak akan menyimpang dari perlakuan akuntansi terhadap pendapatan.

A. Pendekatan Transaksi

Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aktiva/ hutang (laba) terjadi


hanya karena adanya transaksi, baik internal maupun eksternal. Transaksi eksternal
timbul karena adanya transaksi yang melibatkan perubahan aktiva/hutang dengan pihak
luar perusahaan. Transaksi internal timbul dari pemakaian atau konversi aktiva dalam
perusahaan. Pendekatan ini memiliki beberapa kebaikan yaitu :

1. Komponen laba dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya atas dasar
produk/konsumen.

2. Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi.

3. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada
pada akhir periode.

4. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai tujuan.

5. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang
lainnya.

B. Pendekatan Kegiatan

pendekatan kegiatan didasarkan pada konsep peristiwa/kegiatan dalam arti luas,


tidak dibatasi pada kegiatan dengan pihak luar.

Kebaikan pendekatan kegiatan adalah :


1. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenis evaluasi dan
prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan penjualan
surat berharga yang ditujukan pada usaha memperoleh capital gain.

2. Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan
menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen.

3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari
jenis kegiatan yang berbeda.

C. Pendekatan Mempertahankan Kemakmuran

Dalam konsep mempertahankan kemakmuran, kapital (capital) disini


dimaksudkan sebagai kapital dalam arti kekayaan bersih dalam artian luas dan dalam
berbagai bentuknya. jadi kapital diartikan sebagai sekelompok kekayaan tanpa
memperhatikan siapa yang memiliki kekayaan tersebut.

Dapat dirumuskan bahwa atas dasar konsep kapital sebagai tingkat kemakmuran,
maka laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat dikonsumsikan (dinikmati) selama
satu periode, tanpa mengurangi tingkat kemakmuran sebelumnya. Dengan demikian laba
dapat diukur dari selisih antara tingkat kemakmuran pada akhir periode dengan tingkat
kemakmuran pada awal periode [Laba total aktiva neto (akhir periode) - kapital yang
diinvestasikan (awal periode)j. Konsep pengukuran laba ini disebut dengan konsep
mempertahankan kapital/kemakmuran (wealth or capital maintenance concept).

1. Nilai (Unit Pengukur)

Nilai menunjukkan preferensi seseorang terhadap barang tertentu karena adanya


manfaat yang diharapkan dari barang tersebut.

2. Jenis Kapital

Pengukuran terhadap besarnya laba sangat tergantung pada sudut pandang yang
digunakan dalam mengartikan kapital. Pada dasarnya pengertian kapital dapat ditinjau
dari dua sudut pandang yaitu finansial dan fisik.
a. Kapital Finansial Kapital finansial lebih memusatkan perhatian pada nilai
moneter dari aktiva dibanding nilai hutang.

b. Kapital Fisik Kapital fisik memusatkan perhatian pada kemampuan (sumber-


sumber ekonomi) yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba melalui
kegiatan produksi barang/jasa.

3. Skala Pengukuran

skala pengukuran dalam akuntansi dapat dibagi menjadi dua yaitu skala nominal
dan skala daya beli konstan:

a. Skala Nominal Unit pengukur yang digunakan dalam skala pengukuran nominal
adalah jumlah rupiah (nominal) yang telah tejadi dan dicatat akuntansi tanpa
memperhatikan perubahan daya beli.

b. Skala Daya Beli Konstan Unit pengukur yang digunakan adalah unit moneter
yang nilainya dinyatakan dalam bentuk daya beli. Oleh karena daya beli uang
berubah, maka unit moneter sebagai indikator nilai ekonomi dari barang, juga
berubah

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai aktiva neto. Metode
tersebut adalah sebagai berikut (Hendricksen, 1989):

1. Kapitalisasi.

Nilai kapitalisasi adalah nilai sekarang dari distribusi kas oleh perusahaan yang
diharapkan akan diterima oleh pemegang sahamn selama sisa umur perusahaan.

2. Penilaian Harga Pasar Perusahaan

Penilaian ini merupakan alternatif kapitalisasi aliran kas, yang menunjukkan


berapa jumlah rupiah investor mau membayar untuk seluruh kekayaan bersih
perusahaan. Nilai perusahaan diukur dengan cara mengalikan jumlah lembar
saham yang beredar dengan harga pasar saham pada awal di akhir periode.

3. Jumlah Setara Kas Sekarang


Dasar pengukuran dengan cara ini adalah jumlah rupiah setara tunai semua aktiva
dikurangi jumlah rupiah setara tunai semua hutang

4. Harga Masukan Historis

Laba diukur berdasarkan selisih aktiva bersih awal dengan akhir periode yang
dinyatakan atas dasar harga masukan (historis setelah disesuaikan dengan
depresiasi)

5. Harga Input Terkini

Dengan cara ini akan terjadi pemisahan antara laba normal dengan untung/rugi
perubahan harga. Pemisahan kedua elemen tersebut hanya dapat dilakukan bila
perusahaan melakukan penyesuian untuk semua perubahan cost aktiva selama
periode yang bersangkutan.

6. Daya Beli Konstan.

Pengukuran atas dasar daya beli konstan didasarkan pada cost historis. Apabila
terjadi perubahan tingkat harga umum, pengukuran laba dilakukan dengan
membandingkan nilai kapital pada waktu yang berbeda (awal dan akhir).

Elemen Laba

A. Konsep Laba Periode (Earnings)

Konsep laba periode dimaksudkan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan.


Efisiensi berhubungan dengan penggunaan sumber-sumber ekonomi perusahaan untuk
memperoleh laba.

B. Laba Komprehensif (Comprehensive Income)

FASB dalam SFAC No. 3 dan 6 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
Laba komprehensif adalah: total perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama
satu periode, yang berasal dari semua transaksi sumber selain sumber yang berasal dari
pemilik .
Pengertian laba komprehensif adalah hampir sama dengan pengertian laba bersih
(net income) yang penyusunannya menggunakan konsep/ pendekatan all-inclusive. Jadi
laba komprehensif memasukkan juga unsur pos yang diklasifikasikan sebagai
penyesuaian periode lalu.

Laba periode dan laba komprehensif mempunyai komponen utama yang sama
yaitu; pendapatan, biaya, untung dan rugi. Akan tetapi keduanya tidak sama karena
beberapa komponen tertentu yang menjadi elemen laba komprehensif tidak dimasukkan
dalam perhitungan laba periode. Komponen tersebut adalah:

1. Pengaruh penyesuaian akuntansi tertentu untuk periode lalu yang dialami dalam
periode berjalan diperlukan sebagai penentu besarnya laba bersih

2. Perubahan aktiva bersih tertentu lainnya (holding gains and losses) yang diakui dalam
periode berjalan seperti untung rugi perubahan harga pasar investasi saham
sementara, dan untang atau rugi penjabaran mata uang asing.

Menurut FASB (Statement No 5), dalam satu periode seperangkat laporan keuangan
dikatakan lengkap apabila Jari laporan yang menunjukkan :

1. Posisi keuangan pada akhir periode tersebut

2. Laba periode (earning) untuk periode tersebut

3. Laba komprehensif untuk periode tersebut

4. Aliran kas selama periode tersebut

5. Investasi dari dan distribusi ke peinegang saham selama periode tersebut.

Elemen Non-Operasional

A. Extraordinary Items

Extraordinary items adalah peristiwa atau transaksi yang memiliki pengaruh


material, dan diharapkan jarang terjadi serta tidak berasal dari faktor yang sifatnya
berulang-ulang dalam kegiatan. Akhirnya, dikeluarkan APB Opinion No. 30 "Reporting
the Results of Operation" pada tahun 1973 yang menyebutkan bahwa elemen laporan
keuangan dikatakan sebagai extraordinary item jika memenuhi dua syarat berikut ini:

a) Tidak umum (unusual), artinya peristiwa atau transaksi yang mendasari elemen
tersebut harus memiliki tingkat abnormal yang tinggi dan tidak berkaitan dengan
kegiatan normal perusahaan yang berlangsung terus menerus, sesuai dengan
kondisi lingkungan tempat perusahaan menjalankan kegiatannya.

b) Jarang terjadi (infrequency of occurrence), artinya peristiwa atau transaksi yang


mendasari elemen tersebut merupakan tipe transaksi yang diharapkan jarang
terjadi di masa mendatang, sesuai dengan kondisi lingkungan tempat perusahaan
menjalankan kegiatannya.

B. Penghentian Segmen Bisnis

Segmen bisnis merupakan komponen dari entitas yang kegiatannya menunjukkan


lini bisnis yang terpisah atau berdasarkan kelas konsumen. Penghentian segmen bisnis
berarti kegiatan operasional bisnis tersebut dihentikan atau dijual. Apabila penghentian
segmen bisnis dilakukan maka harus ada pengakuan untung atau rugi penghentian
tersebut pada tanggal pengukuran. Tanggal pengukuran adalah tanggal saat manajemen
memiliki komitmen resmi untuk menghentikan segmen bisnis. Untung atau rugi yang
akan diakui termasuk dua faktor berikut ini:

1. Laba atau rugi kegiatan segmen mulai tanggal pengukuran sampai tanggal
penghentian.'

2. Untung atau rugi penghentian segmen

C. Perubahan Akuntansi

Perubahan akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis:

1. Perubahan prinsip akuntansi, yaitu perubahan yang terjadi dimana perusahaan memilih
metode akuntansi yang berbeda dengan metode yang digunakan sebelumnya. Metode
akuntansi yang dipilih tersebut masih berada dalam lingkup generally accepted
accounting principles, (misalnya dari FIFO ke LIFO untuk persediaan, atau dari metode
depresiasi garis lurus ke metode depresiasi dipercepat)

2. Perubahan estimasi akuntansi, yaitu perubahan taksiran jumlah tertentu atas jumlah
taksiran yang telah ditentukan pada periode sebelumnya (misalnya, taksiran umur
ekonomi aktiva tetap, atau taksiran piutang tidak tertagih)

3. Perubahan Entitas Pelapor, yaitu perubahan yang berkaiatan dengan status entitas pelapor
sebagai akibat konsolidari, perubahan anak perusahaan tertentu atau perubahan jumlah
perusahaan yang dikonsolidasikan

D. Penyesuaian Periode Sebelumnya

Transaksi/peristiwa akan diklasifikasikan sebagai penyesuaian periode


sebelumnya jika transaksi/peristiwa tersebu memenuhi kriteria berikut :

1. dapat diidentifikasi secara khusus dan berkaitan langsung dengan kegiatan bisnis
periode sebelumnya

2. tidak berkaitan dengan peristiwa ekononi yang terjadi setelah tanggal laporan
keuangan periode sebelumnya

3. ditentukan terutama oleh individu selain pihak manajemen

4. tidak terpengaruh oleh estimasi yang layak sebelum penentuan tersebut dilakukan.

Menindaklanjuti pertemtangan antara APB Opinion No. 9 dengan SEC, FASB


mengeluarkan SFAS No. 16, Prior Period Adjustment", yang membatasi penyesuaian
periode sebelumnya pada elemen berikut ini:

1. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan periode sebelumnya

2. Penyesuaian yang berasal dari realisasi income tax benefit atas preacquisition
operating loss carry-forward dari pembelian anak perusahaan.
Berkaitan dengan perubahan prinsip akuntansi, penyesuaian periode sebelumnya tetap
diperlukan, dengan nama rekening "pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi",
khusus untuk kasus berikut ini:

1. Perubahan metode penilaian persediaan dari LIFO ke metode lainnya

2. Perubahan metode akuntansi kontrak konstruksi jangka panjang

3. Perubahan ke atau dari metode full cost untuk akuntansi industri minyak dan gas

4. Perubahan dari akuntansi penghentian (retirement), penggantian (replacement),


perbaikan (betterment) ke akuntansi depresiasi dalam dalam akuntansi untuk rel
kereta api

5. Perubahan dari metode cost ke metode equity untuk investasi saham

Income Smoothing

Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secare sengaja untuk mencapai
trend atau level laba tertentu (Belkaoui, 1993). Definisi income smoothing lainya adalah definisi
yang dikemukakan oleh Beidelman (1973) sebagai berikut:

Perataan laba yang dilaporkan dapat didefiniskan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan
atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu
perusahaan. Dalam hal ini, perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk
mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan
prinsip manajemen yang wajar (sound).

Ada beberapa alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajer
melakukan perataan laba. Heyworth (1953) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong
dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor dan
karyawan, serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis. Sementara itu, Cordon (1964)
mengajukan proposisi berkaitan dengan perataan laba sebagai berikut:

1. Kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah
untuk memaksimumkan kepuasan atau kemakmurannya
2. Kepuasan merupakan fungsi dari keamanan pekerjaan, level dan tingkat pertumbuhan gaji
serta level dan tingkat pertumbuhan besaran (size) perusahaan.

3. Kepuasan pemegang saham dan kenaikan performan perusahaan dapat meningkatkan status
dan reward bagi manajer

4. Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba perusahaan

Disamping dimensi artificial dan real smoothing, ada dimensi lain dari perataan laba yang
sering disinggung dalam berbagai literatur. Dimensi atau jenis ketiga dari income smoothing
adalah classificatory smoothing. Hal ini dapat dilihat dari tulisan Barnes et.al (1976) yang
membedakan tiga dimensi income smoothing, yaitu:

1. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan/atau pengakuan peristiwa. Artinya, manajemen


dapat menentukan waktu terjadinya transaksi aktual sehingga pengaruh transaksi tersebut
terhadap laba yang dilaporkan cenderung rata sepanjang waktu.

2. Perataan melalui alokasi sepanjang periode. Atas dasar terjadinya dan diakuinya peristiwa
tertentu, manajemen memiliki media pengendalian tertentu dalam penentuan laba pada
periode yang terpengaruh oleh kuantifikasi peristiwa tersebut

3. Perataan melalui klasifikasi (classificatiry smoothing). Jika angka-angk dalam laporan laba
rugi selain laba bersih merupakan obyek dari perataan laba, maka manajemen dapat dengan
mudah mengklasifikasikan elemen-elemen dalam laporan laba rugi sehingga dapat
mengurangi variasi laba setiap periodenya.

Anda mungkin juga menyukai