NPM : 21130310112
Kelas : 4 Akuntansi A3
Karakteristik Laba
A. Pengertian Laba
Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba
akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba
sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat tergantung pada ketepatan pengukuran
pendapatan dan biaya. Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi dan
tidak didefenisikan tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva atau hutang.
Para pemakai laporan keuangan mempunyai konsep laba sendiri yang dianggap
paling cocok untuk pengambilan keputusan mereka. Fisher (1912) dan Bedford (1965)
menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep laba yang umum dibicarakan dan
digunakan dalam ekonomi. Konsep laba tersebut adalah
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja
perusahaan selama satu periode tertentu
4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk cost
historis.
Pertama, laba akuntansi teruji dalam sejarah dimana pemakai laporan keuangan masih
mempercayai bahwa laba akuntansi masih bermanfaat unutk membantu pengambilan
keputusan ekonomi.
Kedua, laba akuntansi diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuji
kebenarannya karena didasarkan pada transaksi/fakta aktual, yang didukung bukti
obyektif.
Ketiga, atas dasar prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan, laba akuntansi
memenuhi kriteria konservatisme. Artinya, akuntansi tidak mengakui perubahan nilai
tetapi hanya mengakui untung yang direalisasi (realized gains).
2. Belum ada dasar pengukuran dan penyajian yang secara teoritis mantap.
4. Perubahan tingkat harga (daya beli uang) belun tercermin dalam laba akuntansi yang
dihitung atas dasar nilai nominal uang.
5. Informasi lain mungkin terbukti lebih bermanfaat bagi investor dan pemegang saham
dalam pengambilan keputusan investasi.
Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
pihak yang berkepentingan. informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan :
a. sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital)
Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan
disajikan dalam laporan keuangan. Pengukuran besarnya laba sangat tergantung pada besarnya
pendapatan dan biaya. Karena laba adalah bagian dari pendapatan. maka konsep penghimpunan
dan realisai pendapatan juga berlaku untuk laba. Dengan demikian perlakuan akuntansi terhadap
laba tidak akan menyimpang dari perlakuan akuntansi terhadap pendapatan.
A. Pendekatan Transaksi
1. Komponen laba dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya atas dasar
produk/konsumen.
3. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada
pada akhir periode.
5. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang
lainnya.
B. Pendekatan Kegiatan
2. Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan
menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen.
3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari
jenis kegiatan yang berbeda.
Dapat dirumuskan bahwa atas dasar konsep kapital sebagai tingkat kemakmuran,
maka laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat dikonsumsikan (dinikmati) selama
satu periode, tanpa mengurangi tingkat kemakmuran sebelumnya. Dengan demikian laba
dapat diukur dari selisih antara tingkat kemakmuran pada akhir periode dengan tingkat
kemakmuran pada awal periode [Laba total aktiva neto (akhir periode) - kapital yang
diinvestasikan (awal periode)j. Konsep pengukuran laba ini disebut dengan konsep
mempertahankan kapital/kemakmuran (wealth or capital maintenance concept).
2. Jenis Kapital
Pengukuran terhadap besarnya laba sangat tergantung pada sudut pandang yang
digunakan dalam mengartikan kapital. Pada dasarnya pengertian kapital dapat ditinjau
dari dua sudut pandang yaitu finansial dan fisik.
a. Kapital Finansial Kapital finansial lebih memusatkan perhatian pada nilai
moneter dari aktiva dibanding nilai hutang.
3. Skala Pengukuran
skala pengukuran dalam akuntansi dapat dibagi menjadi dua yaitu skala nominal
dan skala daya beli konstan:
a. Skala Nominal Unit pengukur yang digunakan dalam skala pengukuran nominal
adalah jumlah rupiah (nominal) yang telah tejadi dan dicatat akuntansi tanpa
memperhatikan perubahan daya beli.
b. Skala Daya Beli Konstan Unit pengukur yang digunakan adalah unit moneter
yang nilainya dinyatakan dalam bentuk daya beli. Oleh karena daya beli uang
berubah, maka unit moneter sebagai indikator nilai ekonomi dari barang, juga
berubah
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai aktiva neto. Metode
tersebut adalah sebagai berikut (Hendricksen, 1989):
1. Kapitalisasi.
Nilai kapitalisasi adalah nilai sekarang dari distribusi kas oleh perusahaan yang
diharapkan akan diterima oleh pemegang sahamn selama sisa umur perusahaan.
Laba diukur berdasarkan selisih aktiva bersih awal dengan akhir periode yang
dinyatakan atas dasar harga masukan (historis setelah disesuaikan dengan
depresiasi)
Dengan cara ini akan terjadi pemisahan antara laba normal dengan untung/rugi
perubahan harga. Pemisahan kedua elemen tersebut hanya dapat dilakukan bila
perusahaan melakukan penyesuian untuk semua perubahan cost aktiva selama
periode yang bersangkutan.
Pengukuran atas dasar daya beli konstan didasarkan pada cost historis. Apabila
terjadi perubahan tingkat harga umum, pengukuran laba dilakukan dengan
membandingkan nilai kapital pada waktu yang berbeda (awal dan akhir).
Elemen Laba
FASB dalam SFAC No. 3 dan 6 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
Laba komprehensif adalah: total perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama
satu periode, yang berasal dari semua transaksi sumber selain sumber yang berasal dari
pemilik .
Pengertian laba komprehensif adalah hampir sama dengan pengertian laba bersih
(net income) yang penyusunannya menggunakan konsep/ pendekatan all-inclusive. Jadi
laba komprehensif memasukkan juga unsur pos yang diklasifikasikan sebagai
penyesuaian periode lalu.
Laba periode dan laba komprehensif mempunyai komponen utama yang sama
yaitu; pendapatan, biaya, untung dan rugi. Akan tetapi keduanya tidak sama karena
beberapa komponen tertentu yang menjadi elemen laba komprehensif tidak dimasukkan
dalam perhitungan laba periode. Komponen tersebut adalah:
1. Pengaruh penyesuaian akuntansi tertentu untuk periode lalu yang dialami dalam
periode berjalan diperlukan sebagai penentu besarnya laba bersih
2. Perubahan aktiva bersih tertentu lainnya (holding gains and losses) yang diakui dalam
periode berjalan seperti untung rugi perubahan harga pasar investasi saham
sementara, dan untang atau rugi penjabaran mata uang asing.
Menurut FASB (Statement No 5), dalam satu periode seperangkat laporan keuangan
dikatakan lengkap apabila Jari laporan yang menunjukkan :
Elemen Non-Operasional
A. Extraordinary Items
a) Tidak umum (unusual), artinya peristiwa atau transaksi yang mendasari elemen
tersebut harus memiliki tingkat abnormal yang tinggi dan tidak berkaitan dengan
kegiatan normal perusahaan yang berlangsung terus menerus, sesuai dengan
kondisi lingkungan tempat perusahaan menjalankan kegiatannya.
1. Laba atau rugi kegiatan segmen mulai tanggal pengukuran sampai tanggal
penghentian.'
C. Perubahan Akuntansi
1. Perubahan prinsip akuntansi, yaitu perubahan yang terjadi dimana perusahaan memilih
metode akuntansi yang berbeda dengan metode yang digunakan sebelumnya. Metode
akuntansi yang dipilih tersebut masih berada dalam lingkup generally accepted
accounting principles, (misalnya dari FIFO ke LIFO untuk persediaan, atau dari metode
depresiasi garis lurus ke metode depresiasi dipercepat)
2. Perubahan estimasi akuntansi, yaitu perubahan taksiran jumlah tertentu atas jumlah
taksiran yang telah ditentukan pada periode sebelumnya (misalnya, taksiran umur
ekonomi aktiva tetap, atau taksiran piutang tidak tertagih)
3. Perubahan Entitas Pelapor, yaitu perubahan yang berkaiatan dengan status entitas pelapor
sebagai akibat konsolidari, perubahan anak perusahaan tertentu atau perubahan jumlah
perusahaan yang dikonsolidasikan
1. dapat diidentifikasi secara khusus dan berkaitan langsung dengan kegiatan bisnis
periode sebelumnya
2. tidak berkaitan dengan peristiwa ekononi yang terjadi setelah tanggal laporan
keuangan periode sebelumnya
4. tidak terpengaruh oleh estimasi yang layak sebelum penentuan tersebut dilakukan.
2. Penyesuaian yang berasal dari realisasi income tax benefit atas preacquisition
operating loss carry-forward dari pembelian anak perusahaan.
Berkaitan dengan perubahan prinsip akuntansi, penyesuaian periode sebelumnya tetap
diperlukan, dengan nama rekening "pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi",
khusus untuk kasus berikut ini:
3. Perubahan ke atau dari metode full cost untuk akuntansi industri minyak dan gas
Income Smoothing
Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secare sengaja untuk mencapai
trend atau level laba tertentu (Belkaoui, 1993). Definisi income smoothing lainya adalah definisi
yang dikemukakan oleh Beidelman (1973) sebagai berikut:
Perataan laba yang dilaporkan dapat didefiniskan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan
atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu
perusahaan. Dalam hal ini, perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk
mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan
prinsip manajemen yang wajar (sound).
Ada beberapa alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajer
melakukan perataan laba. Heyworth (1953) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong
dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor dan
karyawan, serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis. Sementara itu, Cordon (1964)
mengajukan proposisi berkaitan dengan perataan laba sebagai berikut:
1. Kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah
untuk memaksimumkan kepuasan atau kemakmurannya
2. Kepuasan merupakan fungsi dari keamanan pekerjaan, level dan tingkat pertumbuhan gaji
serta level dan tingkat pertumbuhan besaran (size) perusahaan.
3. Kepuasan pemegang saham dan kenaikan performan perusahaan dapat meningkatkan status
dan reward bagi manajer
4. Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba perusahaan
Disamping dimensi artificial dan real smoothing, ada dimensi lain dari perataan laba yang
sering disinggung dalam berbagai literatur. Dimensi atau jenis ketiga dari income smoothing
adalah classificatory smoothing. Hal ini dapat dilihat dari tulisan Barnes et.al (1976) yang
membedakan tiga dimensi income smoothing, yaitu:
2. Perataan melalui alokasi sepanjang periode. Atas dasar terjadinya dan diakuinya peristiwa
tertentu, manajemen memiliki media pengendalian tertentu dalam penentuan laba pada
periode yang terpengaruh oleh kuantifikasi peristiwa tersebut
3. Perataan melalui klasifikasi (classificatiry smoothing). Jika angka-angk dalam laporan laba
rugi selain laba bersih merupakan obyek dari perataan laba, maka manajemen dapat dengan
mudah mengklasifikasikan elemen-elemen dalam laporan laba rugi sehingga dapat
mengurangi variasi laba setiap periodenya.