Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya lah diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Makalah
ini disusun dengan judul “Konsep Laba”. Makalah ini diajukan sebagai tugas dari mata kuliah
Teori Akuntansi.

Terima kasih kepada Ibu Dr. Andi Tenri Waru, SE.,MSi.,Ak.,CA selaku dosen Teori Akuntansi
yang telah membimbing dan memberi kuliah demi lancarnya tugas ini. Juga rekan-rekan
mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.

Demikianlah makalah disusun semoga bermanfaat dapat memenuhi tugas Teori Akuntansi.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu
Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Makassar, 2019

Nurul Arfiah Hasibuddin


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran termasuk pengukuran
prestasi, hasil usaha, laba maupun posisi keuangan. Salah satu isu berat dalam pengukuran itu
adalah pengukuran laba. Pengukuran laba ini salah satunya sangat penting untuk menentukan
prestasi perusahaan.
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba
diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dari
sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan
menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau
transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian
lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan
(revenue) atau investasi pemilik.
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya
dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk
pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan
unsur prediksi.
Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam
kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang
direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tertentu. Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan
menyajikan laba ekonomi, akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat
digunakan pemakai untuk mengukur laba ekonomi yang gilirannya untuk menentukan nilai
ekonomi perusahaan.
Siapa pun yang melakukan kegiatan bisnis pasti memiliki alasan ekonomis yaitu
mendapatkan laba. Oleh karena itu, pelaku bisnis harus bisa memiliki pandangan tentang apa
yang dimaksud laba menurutnya dan bagaimana menentukan laba tersebut. Banyak pandangan
dan praktik di masyarakat dalam pengukuran laba ini. Karena perbedaan pandangan tersebutlah
maka muncul berbagai polemik atau perbedaan persepsi tentang laba ini.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Polemik tentang Laba

Sebelum memasuki pembahasan konsep laba, kami akan mengemukakan sebuah


polemik yang didapat dari rubrik Ekonomi & Bisnis yang berjudul “Tidak Cukup dengan Itikad
Baik,” yang dimuat dalam surat pembaca Tempo edisi 25 November 1989. Rubrik tersebut
memuat tanggapan dari Kwik Kian Gie mengenai agio saham. Beliau mengatakan bahwa agio
saham adalah laba, dengan alasan sebagai berikut.

a. Perusahaan biasanya minta agio dengan alasan akan membagikan keuntungan di


kemudian hari.

Jawaban penulis : Alasan ini tidak mudah untuk mengatakan bahwa agio sebagai laba.
penulis berpendapat agio bukan diminta melainkan agio muncul dari perbedaan harga jual
saham dengan harga nominal yang telah dibayar investor. Alasan membagikan keuntungan
di kemudian hari juga tidak dapat menguatkan bahwa agio adalah laba.

b. Prinsip akuntansi secara ketat menetapkan agio harus dicantumkan secara terpisah
karena agio bukan modal saham

Jawaban penulis : Pencantuman agio saham secara terpisah dari perkiraan modal saham
berarti setiap pos yang dipisahkan dari modal otomatis dianggap sebagai laba. Agio saham
merupakan unsur modal disetor.

c. Agio juga merupakan laba. Perusahaan boleh membagi dividen dari agio saham.

Jawaban penulis : Dividen adalah bagian laba yang diterima oleh pemilik perusahaan.
Pembagian dividen ini didasarkan pada laba, baik laba ditahan maupun laba tahun berjalan.
Secara teoritis tanpa laba tidak akan ada dividen. Namun, di Indonesia sering terjadi dividen
sudah terjamin, kendati pun perhitungan laba rugi perusahaan belum final. Ini terjadi karena
praktik pasar modal kita masih belum sepenuhnya diatur pasar.

d. Agio boleh langsung dikantongi emiten


Jawaban penulis : agio bisa langsung dikantongi emiten adalah benar, namun jika karena
dikantongi lalu dianggap sebagai laba, ini alasan yang sangat absurd. Agio sebagai unsur
harga saham bukan laba. Agio hanya penerimaan kas, tidak setiap penerimaan kas menjadi
laba, namun untuk mengakui laba harus ada penerimaan kas.

Laba berasal dari kelebihan dari selisih antara penghasilan dan biaya. Penghasilan
adalah kenaikan aktiva atau penurunan aktiva atau penurunan kewajiban akibat penjualan
barang atau jasa perusahaan. sementara biaya adalah penurunan aktiva atau kenaikan
kewajiban akibat aktivitas produksi. Agio sebagai unsur harga saham bukan laba. Agio hanya
penerimaan kas, tidak setiap penerimaan kas menjadi laba, namun untuk mengakui laba harus
ada penerimaan kas.

C. Laba Ekonomi

Laba ekonomi biasanya merupakan arus kas ditambah dengan perubahan nilai wajar
aktiva. Berdasarkan definisi ini, laba mencakup baik komponen yang sudah direalisasi (arus
kas) maupun yang belum (laba atau rugi kepemilikan). Konsep laba ini mirip dengan
pengukuran tingkat pengembalian suatu efek (surat berharga atau sekuritas) atau portofolio
efek, yaitu tingkat pengembalian mencakup baik dividen maupun apresiasi modal.

Laba ekonomi mengukur perubahan nilai pemegang saham. Karenanya, laba ekonomi
berguna jika tujuan analisis adalah menentukan tingkat analisis pengembalian pada pemegang
saham yang tepat untuk periode berjalan (tanpa menggunakan harga pasar). Dengan kata lain,
laba ekonomi merupakan indikator dasar kinerja perusahaan, mengukur dampak keuangan
seluruh kejadian pada suatu periode secara komprehensif.

Von Bohm Bawerk pada akhir abad XIX telah memperkenalkan pendapat bahwa laba
bukan saja unsur kas, dia memperkenalkan konsep laba non moneter. Kemudian pada awal
abad XX Fischer, Lindahl, dan Hick menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap,
yaitu sebagai berikut :

a. Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan
kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak dapat diukur.
b. Real Income, adalah ungkapan kejadian yang memeberikan peningkatan terhadap
kesenangan fisik. Dengan kata lain, kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul
dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli
barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.
c. Money Income, merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi
dalam memenuhi kebutuhan hidup.

D. Konsep Capital Maintenance

Menurut konsep ini laba baru disebut ada setelah modal yang dikeluarkan masih tetap
masih ada atau biaya yang telah tertutupi atau pengembalian modal.

Konsep ini dinyatakan baik dalam ukuran uang yang disebut financial capital atau
dalam ukuran tenaga beli yang disebut physical capital. berdasarkan kedua konsep ini, konsep
capital maintenance menghasilkan empat konsep sebagai berikut:

Financial Capital

a. Money Maintenance, yaitu financial capital yang diukur menurut unit uang. Menurut konsep
ini modal yang ditanamkan tetap terpelihara.
b. General Purchasing Power Money Maintenance, yaitu financial capital yang diukur menurut
tenaga beli yang sama. Menurut konsep ini , tenaga beli dari modal yang diinvesatsikan
pemilik tetap dipertahankan sehingga menurut konsep ini laba adalah perubahan net asset
setelah disesuaikan dengan tenaga beli yang sama.

Physical Capital

a. Productive Capacity Maintenance, yaitu physical capital yang diukur menurut konsep uang.
Menurut konsep ini, kapasitas produksi perusahaan dipertahankan. Konsep ini sama
dengan Current Value Accounting. Current value Accounting dapat dihitung dengan lima
metode.
1. Capitalization atau Present Value Method, yaitu jumlah bersih dari arus kas yang
diharapkan diterima selama umur ekonominya yang didiskontokan pada saat sekarang.

Untuk menghitung ini perlu diketahui:


a. arus kas dari penjualan aset tersebut
b. jangka waktu arus kas tersebut
c. jumlah sisa umur aktiva tersebut
d. discount rate
2. Current entry Price, yaitu jumlah kas / aktiva lainnya dibutuhkan untuk mendapatkan
aktiva yang sejenis. Istilah yang sering ada adalah sebagai berikut:
a. Replacement Cost Used adalah jumlah kas yang diperlukan untuk mendapatkan aset
yang serupa yang memiliki umur pemakaian yang sama di pasaran barang bekas.
b. Reproduction Cost adalah jumlah kas / aktiva yang diperlukan untuk mendapatkan
aset yang persis sama dengan aktiva yang ada sekarang.
3. Current Exit Price, adalah jumlah kas yang diterima atau utang yang dianggap lunas
apabila aset tersebur dijual.
b. General Purchasing Power, Productive Capacity Maintenance, yaitu physical capital yang
diukur dengan tenaga beli yang sama. Menurut konsep ini kapasitas produksi fisik
perusahaan yang diukur dalam unit tenaga beli yang sama dipertahankan.

E. Laba Akuntansi dan Money Income

Money Income berbeda dengan Accounting Income. Accounting Income adalah


perbedaan antara realisasi penghasilan perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu. Vernon Kam (1986)
menggunakan istilah business income yang berarti kelebihan dari harga akhir yang dibayar
individu dan lembaga lain atas output perusahaan di atas biaya yang dikeluarkannya.
Perhitungan income atau profit ini sangat sederhana jika transaksi itu completed, tidak ada
saldo piutang, sisa persediaan atau aktiva. Semua terjual menjadi kas. Untuk kasus seperti ini,
laba adalah jumlah kas yang ada pada akhir periode dikurangi dengan jumlah kas pada awal
periode. Kalau hasil penjualan barang dan sebagainya Rp 15.000 sedangkan modal awal adalah
Rp 10.000, laba bisnis adalah Rp 5.000.

Sedangkan money income merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk
konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Fischer, money income lebih dekat
pada pengertian akuntansi tentang income.

a. Modal

Modal (capital) adalah aktiva bersih. Laba menaikkan modal atau aktiva bersih. Laba
adalah arus kekayaan sedangkan modal adalah simpanan kekayaan. Modal bisa berarti
financial capital dimana tekanannya adalah nilai uang dari aktiva dikurangi dengan nilai
kewajiban yang merupakan kontribusi uang pemilik kepada perusahaan.

b. Replacement Cost Income

Dalam konsep replacement cost income dikenal dua komponen income, yaitu:

a. current operating profit yang dihitung dari pengurangan biaya pengganti (replacement
cost) dari penghasilan.
b. realized holding gain and loss yang dihitung dari perbedaan antara replacement cost
dari barang yang dijual dengan biaya historis dari barang yang sama. Laba rugi ini
dapat dibagi dua, yaitu:

1. barang yang direalisasi dan accrued selama periode itu

2. yang direalisasi pada periode itu tetapi accrued pada periode sebelumnya.

c. Perbedaan Money Income dan Accounting Income

Money Income berbeda dengan Accounting Income dalam hal :

1. Money income dihitung berdasarkan nilai replacement cost, sedangkan accounting


income berdasarkan historical cost.

2. Money income hanya mengikuti gain yang accrued pada periode itu.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa money income dapat dihitung sebagai berikut:

Pm = Pa – Z + W

Dan menurut Belkaoui, Accounting Income dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pa = X + Y + Z

Keterangan :

Pm = money income

Pa = accounting income
Z = realisasi holding gain and loss

W = holding gain and loss yang belum direalisasi

Y = Realisasi dan accrued holding gains pada periode itu

F. Laba Menurut Konsep Akuntansi

Menurut akuntansi yang dimaksudkan dengan laba akuntansi itu adalah perbedaan
anatara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan
dengan biaya-biaya yang dikeluarka pada periode tersebut.

Beberapa kebaikan dari konsep laba akuntansi ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat terus-menerus didasarkan pada kenyataan yang terjadi.


2. Karena perhitungannya didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta) dan dilaporkan secara
objektif, perhitungan laba ini dapat diperiksa (verifiability)
3. Memenuhi prinsip conservative, karena yang diakui hanya laba yang direalisasi dan tidak
memperhatikan perubahan nilai.

4. Dapat dijadikan sebagai alat control oleh manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen.

Beberapa kelemahan dari konsep laba akuntansi ini adalah sebagai berikut:

1. Tidak dapat menunjukkan laba yang belum direalisasi yang timbul dari kenaikan nilai.
Kenaikan ini ada, namun belum direalisasi.
2. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul karena perbedaan
dalam metode menghitung cost, perbedaan waktu antara realisasi hasil dan biaya.
3. Penerapan prinsip realisasi, historical cost, dan conservatisme dapat menimbulkan salah
pengertian terhadap data yang disajikan.
Beberapa kritik atas laba akuntansi dalam bentuk tradisional :

1. Konsep laba belum jelas dirumuskan

2. Tidak ada dasar teoritis jangka panjang untuk perhitungan penyajian laba akuntansi

3. Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum memungkinkan tidak konsisten dalam


pengukuran laba periodik dari perusahaan-perusahaan yang berbeda

4. Perubahan tingkat harga mengubah arti laba yang di ukur dalam satuan rupiah historis

5. Infomasi lain dapat terbukti lebih berguna bagi investor dan pemegang saham untuk
mengambil keputusan investasi.

Mengingat bahwa pengukuran laba mempunyai masalah konseptual dan praktikal maka
berikut ini beberapa usulan pemecahan masalah penggunaan laba :

1. Laba akuntansi dipusatkan pada data transaksi dan data actual

2. Konsep tunggal dari operasi dari laba dapat digunakan sebagai indakasi kemampuan
perusahaan untuk membayar deviden

3. Kemajuan masa depan teori akuntansi tergantung pada kesepakatan tentang konsep
tunggaldari laba yang akan lebih sesuai dengan apa yang di sebut sebagai laba ekonomi

4. Beberapa konsep laba harus diukur dan dilaporkan untuk tujuan yang berbeda

5. Semua pengukuran laba kurang cukup dan hal itu harus diganti dengan pengukuran aktivitas
ekonomi lain.

Tujuan utama dari pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi
mereka yang paling berkepentingan dalam laporan keuangan. Tujuan yang paling spesifik
untuk mencakup :

1. Penggunaan laba digunakan sebagai pengukuran efisiensi management

2. Penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan arah masa depan dari
perusahaan atau pembagian deviden masa depan
3. Penggunaan laba sebagai pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman untuk keputusan
managerial di masa depan.

G. Konsep Laba

1. Konsep Laba Konvensional

 Berdasarkan konsep ini, laba didefinisi sebagai selisih pendapatan dan biaya yang diukur dan
disajikan atas dasar prinsip akuntansi berterima umum (PABU). Laba akuntansi menurut
konsep konvensional memiliki beberapa kelemahan, yaitu: tidak bermakna semantik, berfokus
pemegang saham, PABU memberi peluang perbedaan antar entitas, berbasis kos historis, dan
hanya sebagian masukan informasi bagi investor.

2. Konsep Laba dalam Tataran Semantik

 Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus dilekatkan
oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba bermanfaat dan
bermakna sebagai informasi. Terdapat beberapa konsep atau fungsi laba dalam tataran
semantik, yaitu: pengukur kinerja, konfirmasi harapan investor, dan sebagai estimator laba
ekonomik.

3. Konsep Laba dalam Tataran Sintaktik

 Salah satu bentuk penjabaran makna laba secara sitaktik adalah mendefinisi laba sebagai selisih
pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Konsep laba dalam tataran sintatik
membahas mengenai bagaimana laba diukur, diakui, dan disajikan.

4. Konsep Laba dalam Tataran Pragmatik

 Dalam teori akuntansi tataran pragmatik membahas mengenai apakah informasi laba bermanfaat
atau apakah informasi laba nyatanya digunakan. Beberapa pendekatan laba dalam konsep laba
tataran pragmatik yaitu prediktor aliran kas, sarana kontrak efisien, alat pengendalian
manajemen, dan kandungan informasi laba dalam teori pasar efisien.

5. Konsep laba operasi berjalan


 Konsep laba operasi berjalan memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi usaha
perusahaan. Istilah efisiensi mengacu pada pemanfaatan secara efektif sumber daya perusahaan
dalam menjalankan usaha dan dalam menghasilkan laba. Dalam arti luas, konsep ini berkaitan
dengan kombinasi yang tepat dari faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal,
dan manajemen.

6. Konsep laba komprehensif

 Konsep laba ini didefinisikan sebagai total perubahan dalam pemilikan yang diakui dengan
mencatat transaksi.

Hendriksen (1992:155) menyusun beberapa konsep laba dalam bentuk tabel, sebagai
berikut:

Konsep Laba Perhitungan Laba Penerima Informasi


Laba sebagai value added Laba mencakup harga jual Pegawai, Pemilik Kreditor
(tambahan nilai) produk dikurangi harga dan Pemerintah
pokok barang dan jasa yang
diperoleh.
Laba bersih perusahaan Laba mencakup kelebihan Pemegang Saham,
(enterprise net income) pendapatan atas beban, Pemegang Obligasi, dan
semua keuntungan dan Pemerintah
kerugian. Beban tidak
mencakup beban bunga dan
pajak penghasilan dan bagi
hasil.
Laba bersih bagi investor Sama seperti laba bersih Pemegang Saham,
perusahaan, tetapi sudah Pemegang Obligasi dan
dikurangi pajak Kreditor Jangka Panjang
penghasilan.
Laba bersih bagi pemilik Laba bersih bagi pemegang Pemegang Saham Biasa
ekuitas residu saham dikurangi dividen
preferen

KASUS

Perbedaan Konsep Laba Akuntansi dan Ekonomi

Sebagai ilustrasi berikut diuraikan perbedaan konsep laba menurut akuntansi dan
ekonomi yang diambil dari Wild,Subramanyam, and Halsey (2007).
Seseorang membeli apartemen dengan harga $ 100.000,00 secara tunai. Apartemen
tersebut diperkirakan berumur 50 tahun dan mempunyai nilai sisa $ 75.000,00. Apartemen
tersebut selanjutnya disewakan dengan harga $ 12.000,00 per tahun. Pada akhir tahun pertama
nilai apartemen tersebut dinilai seharga $ 125.000,00.
 Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui terjadi kenaikan harga apartemen sebesar $
25.000,00 dan pendapatan sewa sebesar $ 12.000,00.
 Secara akuntansi perusahaan mengalami keuntungan sebesar $ 11.500,00 yang diperoleh
dari pendapatan sewa $ 12.000,00 dikurangi penyusutan per tahun $ 500,00.
Penjelasan :
- Penyusutan per tahun = $ 100.000,00 - $ 75.000,00 : 50 tahun = $ 500,00

- Laba = $ 12.000,00 - $ 500,00 = $ 11.500,00


 Secara ekonomi dapat dikatakan bahwa pada akhir tahun pertama, perusahaan mengalami
keuntungan sebesar $ 37.000,00.
Penjelasan :
- Harga beli = $ 100.000,00
- Pendapatan sewa = $ 12.000,00 per tahun
- Nilai tahun pertama = $ 125.000,00
- Laba = ($ 125.000,00 - $ 100.000,00) + $ 12.000,00 = $ 37.000,00
 Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat dikatakan bahwa penghasilan secara ekonomi
merupakan aliran kas bersih ditambah present value dari aliran kas bersih pada masa yang
akan datang.
 Penghasilan diukur dengan aliran kas masuk ditambah dengan perubahan dalam harga pasar
kekayaan bersih. Dengan demikian, maka penghasilan meliputi penghasilan yang telah
direalisasi (cash flow dan yang belum direalisasi yang berupa keuntungan atau kerugian
karena memiliki (holding gain/loss). Dengan kata lain laba diperoleh dengan mengakui
penghasilan yang belum terjadi karena belum direalisasi.

Perbedaan Konsep Laba Financial Capital dan Phisical Capacity

PT Fash Food Indonesia Tbk memiliki kekayaan bersih sebesar Rp 629.491.106.000,00


pada tanggal 1 Januari 2008 dan pada tanggal 31 desember 2008 menjadi Rp
784.758.815.000,00 untuk mempertahankan kapasitas produksi fisik perusahaan yang
sebenarnya diperlukan biaya Rp 781.627.389.000,00 sedangkan tingkat harga umum naik 10
% selama periode itu.

Laba menurut konsep financial capital :


1. Money Maintenance

Net Asset 31 Desember 2008 Rp. 784.758.815.000,00

Net Asset 01 Januari 2008 Rp. 629.491.106.000,00 –

Laba Rp. 155.267.709.000,00

2. General Purchasing Power Money Maintenance

Net Asset 31 Desember 2008 Rp. 784.758.815.000,00

Net Asset 01 Januari 2008 = Rp 629.491.106.000,00

Penyesuaian GPL =

10% x Rp 629.491.106.000 = Rp 62.949.110.600,00 +

Rp 692.440.216.600,00 –

Laba Rp 92.318.598.400,00

Laba menurut konsep physical capacity :

1. Productive Capacity Maintenance

Net Assets 31 Desember 2008 Rp. 784.758.815.000,00

Bagian yang diperlukan untuk mempertahankan

kapasitas produksi perusahaan Rp. 781.627.389.000,00 -

Laba Rp. 3.131.426.000,00

2. GPP Productive Capacity Maintenance :

Net Asset 31 Desember 2008 Rp. 784.758.815.000,00

Bagian untuk mempertahankan kapasitas produksi

yang diperlukan Net Asset 1 Januari 2008 Rp 781.627.389.000

Penyesuaian GPL =

10 % * Rp. 781.627.389.000 = Rp. 78.162.738.900 +

Rp. 859.790.127.900,00 –

Rugi (Rp 75.031.312.900,00)


BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi
murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanaman
modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut
(termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan
sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya
adalah dalam hal pendefinisian biaya. Laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya
secara akrual.

Di dalam FASB konsep income di dalam teori akuntansi tersebut disebut dengan laba
komprehensif. Karena secara umum, akuntansi menganut konsep penandingan, konsep kos
historis, dan asas akrual, maka laba akuntansi yang sekarang dianut dimaknai sebagai selisih
pendapatan dan biaya.

Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam
kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang
direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tertentu.

Meski berbeda namun keduanya saling berkaitan, pengukuran laba tergantung


bagaimana cara pandang si pelaku bisnis dan bagaimana mereka menetukan laba tersebut.
Karena pada dasarnya baik individu maupun perusahaan memiliki konsep yang berbeda-beda.
Perbedaan hanya terletak pada benda atau produk dan jasa yang akan dinilai serta bagaimana
unit ukur yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafri, 2007, Teori Akuntansi, edisi revisi, Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

http://bhocet85.wordpress.com/2009/03/29/laba-income/

http://cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/09/artikel-tentang-laba.html

http://dwiermayanti.wordpress.com/KuliahAkuntansi.htm

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/konsep-perilaku-laba.html

http://kornetcincang.blogspot.com/2009/05/laba.html

Anda mungkin juga menyukai