Anda di halaman 1dari 5

RESUME BAB 10

Makna income dalam konteks perpajakan dapat berbeda atau bahkan berbeda dengan makna
income dalam akuntansi atau pelaporan keuangan. Dalam perpajakan income dimaknai sebagai
jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana digunakan dalam
Standar Akuntansi Keuangan. Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi),
istilah income pada umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih
menggambarkan apa yang dimaksud income dalam buku-buku tersebut.
Masalah pelik yang berkaitan dengan laba adalah menentukan konsep laba secara tepat untuk
pelaporan keuangan sehingga angka laba merupakan angka yang bermakna (meaningful) baik
secara intuitif maupun ekonomik bagi berbagai pemakai statemen keuangan. Pemaknaan atau
pendefinisian laba mempunyai implikasi terhadap pengukuran dan penyajian laba. Karena
akuntansi secara umum menganut konsep kos historis, asas akrual, dan konsep penandingan, laba
akuntansi yang sekarang dianut dimaknai sebagai selisih antara pendapatan dan biaya.
Tujuan Pelaporan Laba
Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba yang merupakan
selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual. Pengukuran laba semacam ini aka
memudahkan pengukuran dan pelaporan laba secara objektif.
Apapun pengertian dan cara pengukuran laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya
diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai:
a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan
dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of return invested capital).
b. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i. Dasar pembagian dividen.
Konsep Laba Konvensional
Hendriksen dan van Breda (1992) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang berjalan
(konvensional) masih problematik secara teoretis. Laba akuntansi mempunyai beberpa
kelemahan berikut:
a. Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut secara
intuitif dan ekonomik bermakna.
b. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa atau
residual.
c. Prinsip akuntansi berterima umum (PABU) sebagai pedoman pengukuran laba masih
memberi peluang untuk terjadinya ketaktaatasaan
d. (inkonsistensi) antar perusahaan.
e. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum
memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga.
f. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor memandang
informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih bermanfaat sehingga
ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang mendesak.
Konsep Laba dalam Tataran Semantik
Konsep dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus diletakkan oleh
perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba bermanfaat (useful) dan
bermakna (meaningful) sebagai informasi. Pada tataran ini, teori berusaha untuk menjawab
pertanyaan apakah yang harus direpresentasi oleh laba. Seperti teori tentang aset, realitas atau
kegiatan entitas apa yang harus direpresentasi oleh angka laba..
Pengukur Kinerja
Secara umum, efisiensi adalah kemampuan menciptakan keluaran (output) tertinggi dengan
sumber daya tertentu sebagai masukan (input). Bila keluaran atau sasaran tertentu telah
ditentukan, efisiensi adalah kemampuan mencapai keluaran tersebut dengan sumber daya
terendah (minimum) yang dimungkinkan. Dalam akuntansi, laba dimaknai dan diinterpretasi
sebagai pengukur efisiensi oleh investor dalam bentuk kembalian atas investasi (return on
investment atau ROI).
Konfirmasi Harapan Investor
Perekayasaan pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan bahwa
harapan-harapan investor atau pemakai lainnya di masa lalu tentang kinerja perusahaan memang
terrealisasi. Dengan demikian, laba dapat diinterpretasi sebagai sarana untuk mengkonfirmasi
harapan-harapan tersebut.
Estimator Laba Ekonomik
Perekayasaan akuntansi mengharapkan bahwa laba akuntansi akan mendekati laba ekonomik
atau paling tidak merupakan estimator yang baik untuk laba ekonomik. Oleh karena itu, laba
akuntansi didasarkan pada data yang telah terjadi bukannya data hipotesis yang dapat beriupa
kos kesempatan. Sementara itu, laba ekonomik adalah laba laba dari kaca mata investor karena
keperluan untuk menilai investasi dalam saham yang dalam banyak hal bersifat subjektif
bergantung pada karakteristik investor.
Makna Laba
Laba adalah kenaikan aset dalam suatu perioda akibat kegiatan produktif yang dapat dibagi atau
didistribusi kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham, tanpa memengaruhi kebutuhan
ekuitas pemegang saham semula.
Laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut:
a. Kenaikan kemakmuran (wealth atau well-offness) yang dimiliki atau dikuasai suatu
entitas. Entitas dapat berupa perorangan/individual, kelompok individual, institusi, badan,
lembaga atau perusahaan.
b. Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu (perioda) sehingga harus diidentifikasi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
c. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarikoleh enitas yang menguasai
kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
Laba dan Kapital
Pembahasan laba tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan kapital tetapi makna keduannya
harus dibedakan. Kapital dapat diasosiasi dengan sediaan atau potensi jasa (stock concept). Jadi,
kapital dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu. Sementara itu, laba
dapat diasosiasi dengan alira kemakmuran (flow concept). Jadi, laba adalah aliran potensi jasa
yang dapat dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat potensi
jasa mula-mula.
Konsep Pemertahanan Kapital
Konsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas (perusahaan atau investor) berhak mendapatkan
kembalian/imbalan atau return dan menikmatinya setelah kapital (investasi) dipertahankan
keutuhanya atau pilih seperti sedia kala (recovered).
Konsep ini mempunyai arti penting atau konsekuensi dalam beberapa hal yang saling berkaitan
sebagai berikut:
1. Membedakan antara kembalian atas investasi (return on invesment) dan pengembalian
investasi.
2. Memisahkan dan membedakan transaksi operasi (produktif) dalam arti luas dengan
transaksi pendanaan dari pemilik (owner transactions).
3. Menjamin agar laba yang dapat didistribusi tidak mengandung pengembalian investasi.
4. Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital (capital adjusment) untuk
mempertahankan kemampuan ekonomik (kapital) awal perioda akibat perubahan harga
dan daya beli sehingga laba ekonomik akan terukur pula.
5. Memungkinkan penggunaan berbagai dasar penilaian untuk menentukan tingkat kapital
pada saat tertentu (awal dan akhir).
6. Memungkinkan penerapan pendekatan aset-kewajiban (asset-liability approach) secara
penuh dalam pemaknaan laba sehingga angka laba akuntansi akan mendekati angka laba
ekonomik.
Konsep Laba dalam Tataran Sintaktik
Makna semantik laba yang dikembangkan di atas akhirnya harus dapat dijabarkan dalam tataran
sintaktik. Ini berarti konsep laba harus dioperasionalkan dalam bentuk standar dan prosedur
akuntansi yang mantap dan objektif sehingga angka laba dapat diukur dan disajikan dalam
statemen keuangan. Pengukuran dalam arti luas yang meliputi pengakuan, saat pengakuan, dan
prosedur pengakuan ditambah cara mengungkapkan (disclosures) merupakan masalah pada
tataran sintaktik.
Pendekatan Transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi (terutama transaksi
eksternal) yang kemudian terakumulasi sampai akhir perioda. Karena laba didefinisi sebagai
pendapatan dikurangi biaya, pengukuran dan pengakuan pendapatan dan biaya dalam suatu
perioda sebenarnya juga merupakan pengukuran dan pengakuan laba. Oleh karena itu,
pengukuran dan pengakuan laba juga akan paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan
biaya.
Pendekatan kegiatan
Dengan pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan atau
kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Pendekatan ini pararel dengan
konsep penghimpunan atau pembentukan pendapatan (earning process) sebagai basis pengakuan
pendapatan.
Pendekatan Pemertahanan Kapital
Dengan konsep pemertahanan kapital, laba merupakan konsekuensi dari pengukuran kapital pada
dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen statemen keuangan diukur atas dasar
pendekatan aset-kewajiban. Jadi, dapat dikatakan bahwa laba adalah perubahan atau kenaikan
kapital dalam suatu perioda. Dengan kata lain, laba adalah perbedaan nilai kapital pada dua saat
yang berbeda. Masalah teoretis dalam hal ini adalah bagaimana kapital diukur atau dinilai dan
bagaimana laba ditentukan.
Pengukuran atau Penilaian Kapital
Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual karena dengan
berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik berubah dan harus dipertimbangkan
yaitu unit atau skala pengukur dan dasar pengukur. Hal ini yang menentukan cara menilai kapital
adalah jenis kapital (fisis atau financial) dan dasar penilaian.
Jenis Kapital
Dalam hal ini terdapat 2 jenis konsep kapital yaitu kapital financial dan kapital fisis.
Perbedaan utama antara 2 konsep diatas adalah:
1. Perlakuan terhadap pengaruh perubahan harga atas aset yang ditahan atau kewajiban
yang ditanggung selama suatu perioda seandainya pengaruh tersebut diakui.
2. Dalam konsep kapital financial, pengaruh perubahan akan diakui sebagai untung atau
rugi menahan atau penahanan dan dilaporkan melalui statemen laba-rugi.
3. Dalam konsep kapital fisis, pengaruh perubahan diakui sebagai penyesuai kapital dan
tidak masuk dalam statemen laba-rugi.
Skala Pengukuran
Skala pengukuran adalah unit pengukur yang dapat dilekatkan pada suatu obyek sehingga obyek
tersebut dapat dibedakan besar- kecilnya (magnitudanya) dari obyek yang lain atas dasar unit
pengukur tersebut. Dalam teori pengukuran dikenal empat macam skala pengukuran yaitu
kategori (nominal), ordinal, interval, dan rasio.
Dasar atau Atribut Pengukuran
Dua dasar penting yang berpaut dengan penentuan laba yaitu kos historis (historical cost) dan
kos sekarang (current cost) yang keduanya merupakan nilai masukan (inputvalue).
Pengukuran Laba dengan Mempertahankan Kapital
Ada tiga faktor penentuan nilai kapital (jenis, skala, dasar penilaian) yang saling berinteraksi
menimbulkan berbagai macam pendekatan atau basis penilaian kapital. Berbagai pendekatan
penilaian kapital dan implikasinya terhadap penentuan laba antara lain adalah:
1. Kapitalitas Aliran Kas Harapan (Capitalization Of Expected Cosh Flows)
2. Penilaian Pasar Atas Aset Bersih Perusahaan (Market Valuation The Firm)
3. Setara Kas Sekarang (Current Cash Equivalent)
4. Harga Masukan Historis (Historical Input Prices)
5. Harga Masukan Sekarang (Current Input Prices)
6. Pemertahanan Daya Beli Konstan (Maintenance Of Constant Purchasing Power)
Laba dan Teori Entitas
Membahas berbagai konsep entitas selain kesatuan usaha dan implikasinya terhadap pengertian
dan penyajian laba. Karena berkaitan dengan siapa yang berhak atas laba, teori entitas (kesatuan)
sering disebut pula dengan teori ekuitas. Terdapat beberapa teori entitas atau teori ekuitas yang
banyak dibahas dalam literatur teori akutansi, yaitu entitas usaha bersama, entitas usaha atau
bisnis, entitas investor, entitas pemilik, entitas pemilik residual, entitas pengendali, dan entitas
dana. Teori entitas selalu dikaitkan dengan partisipan dalam kegiatan ekonomik.
Penyajian Laba
Penyajian laba berdasarkan masalah konseptual adalah pemisahan pelaporan pos – pos transaksi
dengan pemilik. Pos-pos operasi dalam arti luas dilaporkan melalui statemen laba-rugi
sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba
ditahan atau statemen perubahan ekuitas

Anda mungkin juga menyukai