Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEJADIAN/KASUS KORUPSI DI LINGKUNGAN PERTAMINA DAN


PLN

DOSEN PENGAMPU: RAHMIATI, S.E., M.Si., Ak

Disusun oleh :

(KELOMPOK 6)

1. CENCEN (203030303197)
2. FIRANI KRISTI (203030303164)
3. GISKA FIKRILISYATI (203020303080)
4. GRACIO TUAH MAMANA SITEPU (203020303091)
5. GRESIA CRISTINA APRILIA RISMAN (203010303015)
6. YUPITASARI (203030303053)
7. YOSIA MELKI UTARI (203030303223)

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan karunia nikmatNya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KEJADIAN/KASUS KORUPSI DI
LINGKUNGAN PERTAMINA DAN PLN” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam
rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Internal Audit yang diampu oleh Rahmiati, S.E., M.Si.,
Ak.

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak.
Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan
makalah ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis
secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Palangka Raya, 17 Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat parah dan
begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan praktek korupsi dari tahun
ke tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara
maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah meluas
dalam seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali
akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga
pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Maraknya kasus tindak pidana
korupsi di Indonesia, tidak lagi mengenal batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana.
Tidak hanya pemangku jabatan dan kepentingan saja yang melakukan tindak pidana
korupsi, baik di sektor publik maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi
suatu fenomena.
Indonesia digemparkan dengan berita Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)melaporkan
kasus dugaan penyimpangan PT Pertamina kepada Kejaksaan Agung. Dengan dua kasus
yang menimbulkan kerugian negara lebih dari Rp.630 miliar itu bersumber dari dana
pensiun dan pengadaan kapal PT Pertamina Trans Kontinental. Disisi lain terdapat kasus
Direktur Pengadaan PT PLN (Persero) periode 2015-2019, diperiksa terkait dengan
penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan tower transmisi tahun
2016 pada PT PLN (Persero).

B. RUMUSAN MASALAH
a. Tata Kelolanya seperti apa?
b. Peluang-peluang korupsi apa saja yang mungkin terjadi?
c. tindakan korupsi yang terjadi merupakan ketidaktaatan terhadap apa?
d. Program pencegahan korupsi yang ada apakah dapat mengurangi tingkat korupsi?
e. Apa saja tantangan audit internal/inspektorat dalam menangani kasus korupsi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tata Kelolanya seperti apa?
Pertamina
Sesuai dengan Surat Menteri BUMN Nomor S-35/ MBU/01/2020 tentang
Implementasi Sistem Manajemen Anti-Suap di BUMN sebagai Pelaksanaan Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi,
PERTAMINA berkomitmen menerapkan ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti
Penyuapan (SMAP). Standar tersebut menjadi panduan untuk mengambil langkah-
langkah preventif guna mencegah, mendeteksi, maupun mengatasi penyuapan yang
mungkin terjadi di lingkungan perusahaan. Sistem ini dapat berdiri sendiri atau dapat
diintegrasikan ke dalam sistem manajemen secara keseluruhan.
PERTAMINA mendorong entitas anak untuk melakukan sertifikasi ISO
37001:2016 SMAP. Sejak akhir tahun 2019, PERTAMINA telah melaksanakan proyek
percontohan penerapan ISO 37001:2016 pada fungsi Procurement Excellence Center
(PEC) dengan lingkup PEC Kantor Pusat, Refinery Unit (RU) VI dan Marketing
Operation Region (MOR) III dengan diterbitkannya sertifikat ISO 37001:2016 oleh
TÜV NORD Indonesia pada Maret 2020. Pada periode pelaporan Perseroan
memperluas penerapan ISO 37001:2016 untuk kegiatan hulu. Pada Agustus 2020,
PERTAMINA mendapatkan sertifikat ISO 37001:2016 untuk kegiatan hulu yang
diterbitkan TÜV NORD Indonesia.
Sampai dengan akhir periode pelaporan, empat unit bisnis dan tujuh Anak Perusahaan
(AP)/Subholding telah mendapatkan sertifikasi ISO 37001:2016 SMAP, yakni
Procurement Shared Service, Procurement RU VI, Procurement MOR III, Kegiatan
Bisnis Hulu, PT Pertamina EP Cepu, PT Pertamina Hulu Mahakam, dan PT Elnusa
Tbk, PT Pertamina Hulu Energi, PT Pertamina Geothermal Energy, PT Pertamina
Drilling Services Indonesia, PT Pertamina Patra Niaga. Beberapa unit operasi/AP
lainnya masih dalam proses sertifikasi.
PLN
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan PT PLN (Persero) sebagai Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) pertama yang aktif dalam mencegah tindak korupsi di
Tanah Air. Sebagai simbolis komitmen antikorupsi, PLN mendapatkan Rompi Biru
dari KPK sebagai bentuk komitmen PLN “Anti Pakai Rompi Orange” yang biasa
dipakai KPK terhadap pelaku korupsi. Penyematan rompi biru ini dilakukan oleh
Pimpinan KPK, Nurul Ghufron kepada manajemen PLN, Selasa 31 Mei 2022. “PLN
adalah BUMN pertama di dunia usaha yang secara aktif melawan korupsi, melakukan
berbagai terobosan dalam pencegahan korupsi bersama KPK,” ujar Plt Deputi Bidang
Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK Wawan Wardian. Wawan berharap,
dengan langkah PLN ini bisa mendorong para pelaku dunia usaha, khususnya
perusahaan BUMN lainnya, untuk meningkatkan daya saing ekonomi nasional dengan
tetap mengedepankan persaingan usaha yang berintegritas. Juga untuk mendorong
terbangunnya kesadaran dan perilaku antikorupsi pada ekosistem dunia usaha.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan PLN sangat bangga bisa
berkolaborasi dengan KPK untuk mencegah terjadinya korupsi. Terlebih lagi, selama
ini kolaborasi PLN dengan KPK sudah terjalin baik khususnya dalam mengamankan
aset PLN. “Ini adalah tonggak sejarah kolaborasi PLN dengan KPK, di mana ini
menjadi semakin kokoh. Ini juga bentuk pengejawantahan komitmen kami untuk
mencegah terjadinya korupsi,” ucap Darmawan. Darmawan merinci, dari 97 ribu persil
aset tanah yang berdiri infrastruktur kelistrikan PLN, baru 27 persen yang tersertifikasi
pada 2017 silam. Namun, saat ini PLN menggandeng KPK untuk bisa menata aset ini.
Saat ini tercatat, sudah 70 persen aset tersertifikasi dan akan terus meningkat hingga
2024 mendatang.
Bayangkan kalau tiba tiba ada tanah yang kena gusur padahal di situ berdiri
gardu induk. Tentu ini akan jadi masalah di suplai kelistrikan. Semula semua berbelit,
banyak aset yang tidak tertata. Saat ini berkat dukungan dari KPK, kita bisa menata dan
mengamankan aset-aset ini,” tambah Darmawan. Dirinya juga menjelaskan bahwa
untuk melakukan pencegahan, selain membutuhkan komitmen, diperlukan juga
perbaikan tata kelola. “Tata kelola yang tadinya berbelit dan kompleks dengan arahan
KPK berhasil diringkas dan disederhanakan. Dalam tata kelola yang berbelit, yang
kompleks disitulah muncul ruang penyalahgunaan wewenang dan tindak korupsi. Yang
tadinya remang-remang menjadi terang benderang,” ucap Darmawan.
Dari sisi pelayanan pelanggan, PLN juga melakukan transformasi guna
mencegah terjadinya korupsi dan meningkatkan layanan ke pelanggan. Saat ini semua
proses transaksi kelistrikan, jawaban dari keluhan warga tentang kelistrikan dilakukan
secara digital dan transparan. Sebagai contoh, PLN telah menghadirkan, Aplikasi PLN
Mobile yang terintegrasi dengan Virtual Command Centre (VCC) dan Yantek
Optimization. Di mana semua keluhan masyarakat bisa tertangani dengan cepat dan
transparan.
PLN juga terus meningkatkan capacity building pegawai. Dengan program ini,
di PLN sudah ada 30 jajaran manajemen atas mendapat sertifikasi ahli pembangun
integritas KPK. Sudah ada 6 orang penyuluh antikorupsi. Dan sudah lebih dari 10 ribu
pegawai PLN ikut sertifikasi e-learning KPK. Tahun ini harapannya agar seluruh 45
ribu pegawai PLN dapat mengikuti e-learning KPK.
B. Peluang-peluang korupsi apa saja yang mungkin terjadi?
Beberapa peluang yang dapat terjadi diantaranya :
1. Suap Menyuap
Suatu tindakan pemberian uang atau menerima uang atau hadiah yang
dilakukan oleh pejabat pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya.
2. Penggelapan dalam Jabatan
Yaitu perbuatan dengan sengaja atau melawan hukum memiliki barang atau
sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi ada
dalam kuasanya bukan karena jabatan.
3. Pemerasan
Merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
menguntungkan diri sendiri dan/atau pihak lain, namun memberikan tekanan dan
merugikan pihak lainnya.
4. Perbuatan Curang
Perbuatan yang tidak jujur atau tidak adil dimana akibat dari perbuatan tersebut
kepentingan orang lain dirugikan.
5. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Kondisi dimana pertimbangan pribadi mempengaruhi dan/atau dapat
menyingkirkan profesionalitas seseorang dalam menjalankan tugas.
6. Gratifikasi
Merupakan pemberian dalam arti luas, yakni pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi
tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
C. tindakan korupsi yang terjadi merupakan ketidaktaatan terhadap apa?
Melakukan tindakan korupsi adalah melanggar ketaatan terhadap peraturan yang
berlaku menurut UU No.31 Tahun 1999 Jo UU No.20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan
maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan
negara atau perekonomian negara secara gamblang dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo.
UU No. 20 Tahun 2001, tindak pidana korupsi di jelaskan dalam 13 pasal. Tindakan
korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan negara. Korupsi mengakibatkan
melambatnya pertumbuhan ekonomi negara, menurunnya investasi, meningkatnya
kemiskinan serta meningkatnya ketimpangan pendapatan. Korupsi juga dapat
menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat di suatu negara.
Perilaku korupsi, dilihat dari perspektif yang berbeda, tetap merupakan perilaku
yang tidak dikehendaki. Hukum dalam pengertian undang-undang tetap perlu mengacu
pada prinsip-prinsip moral baik dengan implikasi empiris dalam makna keadilan seperti
yang dikemukakan oleh Hart, maupun berimplikasi non-enpiris dalam makna keadilan
sebagaimana dikemukakan oleh Kant. Meminjam pemikiran Pascal dan Montaigne
(dalam Anthon F. Susanto, 2010:285), “keadilan pada dirinya sendiri dapat terwujud
hanya jika keadilan itu memiliki daya atau kekerasan untuk diberlakukan”, maka
hukum dan moral yang menolak korupsi tidak bisa tidak harus diberlakukan tanpa
melihat siapapun pelakunya atau apapun peranannya di dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara Indonesia.
D. Program pencegahan korupsi yang ada apakah dapat mengurangi tingkat
korupsi?
1. Pantang terlibat tindak pidana korupsi

"Mulai dari diri sendiri" adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan
poin ini. Bisa dibayangkan jika ratusan juta rakyat Indonesia sama-sama memegang
teguh prinsip kejujuran, maka korupsi akan tinggal cerita.

Namun kesamaan persepsi ini tidak akan muncul begitu. Agar dapat
menolak dan tidak terlibat dalam korupsi, seseorang harus memahami jenis-jenis
tindak pidana korupsi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Dengan memahami apa dan bagaimana korupsi serta jenis-jenis korupsi,
seseorang bisa dengan mudah menghindarinya. Jangan sampai, korupsi terjadi
karena ketidaktahuan yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

2. Berlatih untuk berintegritas

Seseorang yang antikorupsi haruslah memiliki integritas yang kokoh.


Integritas adalah bertindak dengan cara yang konsisten dengan apa yang dikatakan.
Nilai integritas merupakan kesatuan antara pola pikir, perasaan, ucapan, dan
perilaku yang selaras dengan hati nurani dan norma yang berlaku.

Jika seseorang mengakui bahwa dia orang yang jujur, maka pengakuannya
akan tercermin dari tindakan, perasaan, dan perilakunya. Integritas akan menjaga
orang itu tetap jujur, walau tidak ada orang lain di sekitar yang melihat
kejujurannya.

KPK merumuskan sembilan nilai integritas untuk mencegah korupsi, yaitu


jujur, mandiri, tanggung jawab, berani, sederhana, peduli, disiplin, adil, dan kerja
keras atau yang disingkat "Jumat Bersepeda KK". Tidak hanya bagi diri sendiri,
nilai integritas ini juga harus kita ajarkan kepada lingkungan, terutama keluarga
sebagai yang terdekat.

3. Melaporkan tindak pidana korupsi

"Lihat, Lawan, Laporkan" sebagai salah satu jargon KPK bukannya tanpa
arti. Dengan jargon tersebut, KPK mengajak masyarakat untuk melaporkan kepada
aparat penegak hukum jika mendapati kasus korupsi.

Pelaporan masyarakat merupakan penyumbang terbesar dalam


terbongkarnya kasus-kasus korupsi di Indonesia, mulai dari kasus kecil hingga
kakap. Maka dari itu, peran masyarakat dalam pelaporan tindak pidana korupsi
sangat penting.

Masyarakat yang antikorupsi tidak akan diam saja jika melihat korupsi di
depan matanya. Namun ada keengganan masyarakat untuk melapor, salah satu
alasannya karena khawatir keselamatannya terancam. Kekhawatiran itu seharusnya
dapat ditepis karena KPK akan melindungi identitas pelapor.
4. Memperbaiki sistem sehingga antikorupsi

Masyarakat juga bisa berperan memberantas korupsi dengan berkontribusi


dalam perbaikan sistem. Perbaikan sistem dimaksudkan untuk menutup celah-celah
korupsi yang bisa dimanfaatkan para koruptor menilap uang negara.

Masyarakat yang memiliki kedudukan di pemerintahan atau perusahaan,


bisa melakukan perbaikan sistem secara langsung. Mereka bisa mengidentifikasi
celah-celah korupsi, misalnya pada pengadaan barang dan jasa atau rekrutmen serta
promosi pegawai, dan menutupnya dengan kekuasaan yang dimiliki.

Namun untuk masyarakat umum, kontribusi untuk perbaikan sistem bisa


dilakukan membantu pemantauan layanan publik, melakukan kajian terkait layanan
publik, menyampaikan rekomendasi kepada pemerintah, atau membangun
manajemen antikorupsi di lingkungan masing-masing.

5. Kampanye dan menyebarkan nilai integritas

Dengan prinsip pemberantasan korupsi tidak bisa dilakukan seorang diri,


maka nilai-nilai antikorupsi dan integritas harus disebarluaskan. Seorang yang
memegang teguh integritas harus menularkan nilai-nilai luhur tersebut ke
sekitarnya, mulai dari keluarga, teman, kampus, atau rekan kerja.

Seseorang yang memiliki tekad kuat menjadi agen perubahan, sudah


seharusnya memiliki pola kampanye antikorupsi. Tidak selalu harus dengan
sosialisasi yang serius, bisa juga melalui aksi kreatif sebagai pemantik kesadaran
antikorupsi, seperti puisi, lagu, atau dongeng.

KPK memiliki solusi bagi masyarakat yang ingin terlibat aktif dalam
kampanye antikorupsi, yaitu dengan menjadi menjadi Penyuluh Antikorupsi
(Paksi) atau Ahli Pembangun Integritas (API). Paksi dan API adalah insan yang
kompeten dalam menyampaikan kampanye antikorupsi karena telah tersertifikasi
oleh Lembaga Sertifikasi Profesi KPK.
Sejatinya setiap masyarakat Indonesia berpotensi menjadi agen perubahan
antikorupsi, hanya perlu memunculkan kesadaran bahwa Indonesia yang lebih baik
bisa diwujudkan dengan bantuan kita. Dengan peran serta masyarakat, bukan tidak
mungkin korupsi akan jadi barang langka lalu punah di negeri ini.

f. Apa saja tantangan audit internal/inspektorat dalam menangani kasus korupsi?


PERAN AUDIT DALAM MEMERANGI KORUPSI
Korupsi merupakan kategori fraud yang menyalahgunakan kewenangan atau
kepercayaan dengan melakukan tindakan yang melanggar ketentuan hukum dan
regulasi untuk memperoleh manfaat langsung atau tidak langsung bagi pelaku (ACFE,
2016). Korupsi merupakan tindakkan melanggar hukum yang dimaksudkan untuk
memperkaya diri sendiri atau pihak lain. Konflik kepentingan (conflict of interest)
merupakan faktor yang dapat mendorong pelaku untuk menyalahgunakan kewenangan
atau kepercayaan bagi kepentingan pribadi atau pihak lain secara melanggar hukum
misalnya kecurangan dalam skema pembelian (pengadaan barang dan jasa). Selain itu,
korupsi juga meliputi suap (bribery), pemberian ilegal (illegal gratuity), dan
pemerasan (economic extortion). Dalam terminologi fraud, korupsi merupakan
tindakan ilegal, sehingga dikategorikan sebagai kejahatan (crime) karena mengandung
unsur penuntutan.
Oleh karena itu, korupsi dalam bentuk suap dan gratifikasi atau pemberian
ilegal menjadi hal yang umum ditemukan, disamping mark-up biaya, atau mark-down
penerimaan. World Bank (2016) memberikan contoh skema korupsi pada pengadaan
barang yaitu :
1. Permintaan pembayaran, dimana seorang pejabat pemerintah menuntut suap
(bribe) atau pembayaran kembali (kickback) dari perusahaan atau individu,
atau ; perusahaan atau individu menawarkan suap dengan imbalan
memenangkan kontrak. Dalam kebanyakan kasus, pejabat yang korup akan
mengijinkan pembayar suap untuk menaikan harga guna menutup biaya suap
atau mempertahankan keuntungan.
2. Untuk memastikan bahwa kontrak akan diberikan kepada pemberi suap,
pejabat pemerintah memanipulasi proses penawaran (bid-rigging) untuk
menyingkirkan pesaing.
3. Untuk mendapatkan kembali biaya suap (mempertahankan keuntungan), dan
untuk memanfaatkan hubungan yang korup, perusahaan (biasanya dengan
sepengetahuan dan keterlibatan pejabat pemerintah) akan menaikan harga,
melakukan penagihan untuk pekerjaan yang tidak dilakukannya, dan atau
mengganti produk standar (gagal memenuhi spesifikasi kontrak). Hal tersebut
sering dikuti dengan pembayaran suap berikutnya kepada pengawas atau
auditor.
Auditor, merupakan pihak berikutnya yang menjadi incaran pelaku korupsi,
atau pejabat yang korup untuk menutupi kecurangannya, terutama bila auditor
diperkirkan akan mampu mendeteksi tindak kecurangan tersebut. Salah satu
aparat pengawas fungsional yang menjadi garda terdepan dalam menghalangi
tindak korupsi pada sektor publik adalah fungsi audit internal yang dikenal
dengan istilah Aparat Pengawas Intern Pemerintah – APIP yang terdiri atas
BPKP, Inspektorat Jendral, Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Satuan
Pengawas Internal.

Transpormasi Peran Audit Internal.


Tata kelola yang baik dengan birokrasi yang jujur merupakan solusi untuk
mengatasi masalah korupsi dan kejahatan. Semua negara harus menetapkan
tujuan jangka panjang untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang baik
melalui pengelolaan ekonomi dan lingkungan yang transparan dan efisien
Ghosh dan Siddique (2015). Konsep tersebut mengandung makna bahwa pada
sektor publik, aspek pengelolaan sumber daya ekonomi (keuangan negara)
harus berada dalam lingkup sistem governance yang transparan, akuntabel,
responsibel, mandiri dan fair, serta dilandasi dengan integritas yang tinggi
yang direfleksikan dengan kepatuhan pada ketentutan hukum dan regulasi serta
nilai etika. Dalam perspektif yang lebih spesifik, manajemen
bertanggungjawab untuk menerapkan prinsipprinsip governance, manajemen
risiko, dan pengendalian internal, serta mengimplementasikan program anti-
fraud (fraud control plan), sebagai upaya untuk terciptanya good governance
dan clean government. Fungsi audit internal sebagai bagian dalam struktur
governance organisasi pemerintahan harus mampu menjadi mitra manajemen
dengan menjalankan tanggungjawabnya dalam pengawasan keuangan negara
yang semakin kompleks dan rentan terhadap risiko terjadinya korupsi. Oleh
karena itu, untuk memastikan efektivitas peran audit internal, perlu adanya
sinergi antara unsur manajemen, organisasi audit internal dan pemangku
kepentingan lainnya.
Pentingnya upaya pencegahan korupsi atau fraud secara umum didasarkan
kepada pertimbangan bahwa bila fraud terjadi, maka :
1. Kerugian, kerusakan, dan kegagalan akibat korupsi umumnya besar,
sedangkan pemulihan sistem memerlukan waktu, dan penggantian kerugian
sangat kecil dimana sebagian besar tidak dapat ditarik kembali.
2. Penyelesaian hukum atas kasus korupsi memerlukan biaya yang besar dan
waktu yang lama.
3. Merusak reputasi organisasi dan manajemen yang berdampak terhadap
menurunnya kepercayaan masyarakat dan pemangku kepentingan terhadap
organisasi dan manajemen.
4. Korupsi atau fraud secara umum yang terlambat ditemukan cenderung
membuka peluang bagi pelakunya untuk menutupi kecurangannya dengan
kecurangan yang lain, sehingga kerugiannya semakin besar.
Peran Audit Internal dalam Pencegahan dan Pendeteksian Korupsi.
Moeller (2009) mengemukakan bahwa auditor internal sering berada dalam
posisi yang lebih baik daripada auditor eksternal untuk mencegah dan
mendeteksi fraud dengan pertimbangan :
1. Auditor internal melakukan audit secara terus-menerus sehingga pencegahan
dan pendeteksian fraud lebih mudah dilakukan.
2. Auditor internal dipandang lebih mengenal dan menguasai aktivitas dan
sistem organisasi, sehingga melalui observasi dapat berada dalam posisi yang
lebih baik untuk mendeteksi red flags dari suatu fraud.
3. Auditor internal dapat melakukan review secara lebih terinci dan berulang
terhadap transaksi dan dokumen terkait selama fase audit berjalan, sehingga
potensi fraud lebih dapat dideteksi.
Tanggungjawab auditor internal dalam mencegah terjadinya korupsi
merupakan aktivitas penjaminan (assurance activity). Meskipun faktanya
korupsi tidak mungkin dapat dihilangkan, tetapi bila auditor mampu
menjalankan aktivitas auditnya secara efektif maka dapat memberikan efek
yang kuat dalam menghalangi tindak korupsi yang dimaksud. Auditor harus
mengembangkan program audit yang berisi prosedur audit untuk pencegahan
fraud yang meliputi :
1. Evaluasi proses governance organisasi pemerintahan dengan tujuan
untuk :
Menilai tingkat kepatuhannya setiap unsur organsiasi pemerintahan
terhadap ketentuan hukum, regulasi, etika, dan perikatan.
Menilai tingkat kepatuhan operasional terhadap kebijakan dan prosedur
yang telah ditetapkan.
Menilai respon manajemen terhadap risiko dalam kaitannya dengan
pengendalian yang berkenaan dengan pengamanan asset, reliabilitas informasi
berikut teknologi informasi yang digunakan.
Mengembangkan perencanaan audit untuk mencegah dan mendeteksi
fraud.
2. Mereview program pengelolaan risiko fraud atau fraud control plan,
atau anti-fraud policy. Pickett (2005) mengemukakan bahwa pengelolaan
risiko fraud merupakan isu utama, dimana audit internal dapat menggunakan
waktu untuk membantu manajemen memastikan bahwa risiko fraud dipahami
dan ditekan sedemikian rupa. Review terhadap program pengelolaan risiko
fraud tersebut dilakukan untuk :
Memastikan bahwa manajemen merancang dan mengimplementasikan
program pengelolaan risiko fraud.
Memastikan bahwa prinsip-prinsip pengelolaan program risiko fraud
diterapkan dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Memastikan mekanisme whistleblowing berfungsi sebagaimana
mestinya dan setiap informasi yang diterima ditindaklanjuti oleh manajemen.
Menyediakan informasi yang berguna sebagai dasar bagi manajemen
untuk melakukan perbaikan berkelanjutan atas program pengelolaan risiko
fraud
Kasus korupsi yang terjadi di sektor publik banyak yang dapat dikategorikan
sebagai white collar crime yang menimbulkan kerugian materi (keuangan
negara) yang besar, kerusakan sistem, bahkan kegagalan suatu program/proyek
mencapai tujuannya. Disamping itu, kasus korupsi yang melibatkan banyak
pihak dalam skema kolusi sulit untuk diungkapkan atau dibongkar sampai
keakarnya. Disisi lain nilai realisasi recovery aset negara dari kasus korupsi
yang terungkap sangat rendah dibanding jumlah kerugian yang diperhitungkan.
Berbagai upaya dengan pendekatan holistik dilakukan oleh manajemen dan
pemangku kepentingan lainnya untuk memerangi korupsi. Manajemen
bertanggungjawab untuk merancang dan menerapkan good governance,
manajemen risiko, pengendalian internal, dan kebijakan anti-fraud atau fraud
control plan. Namun faktanya hal tersebut tidak cukup untuk menekan risiko
fraud khususnya korupsi. Fungsi audit internal sebagai mitra manajemen
memegang peran strategis dalam memerangi korupsi. Transformasi peran audit
internal dalam hal pencegahan, pendeteksian dan investigasi fraud khususnya
korupsi dilakukan sejalan dengan meningkatkan kematangan organisasi audit
internal yang dicirikan dengan peningkatan kapabilitas auditor internal.
Tranformasi peran audit internal tersebut harus dilakukan guna mewujudkan
konsep masa datang dalam upaya memerengi korupsi yaitu mengedepankan
upaya preventif dan mengurangi upaya investigatif. Peran audit internal yang
dimaksud di atas dapat terealisasi bila ada komitmen dan dukungan nyata dari
manajemen senior untuk memperkuat organisasi audit internalnya dengan
melaksanakan ketentuan peraturan dan regulasi terkait fungsi audit internal,
menempatkan orang yang kompeten dan berintegritas, mengembangkan dan
membina sumber daya manusia (auditor) secara berkelanjutan, dan
menyediakan sumber daya pendukung yang memadai. Disamping itu, dalam
melaksanakan fungsinya, auditor internal harus melaksanakan kecakapan
profesional dengan semestinya dan bersikap objektif yang dilandasi dengan
integritas yang tinggi.
BAB III
PENUTUP

4.1.KESIMPULAN

Tata Pengelolaan Pertamina

Sesuai dengan Surat Menteri BUMN Nomor S-35/ MBU/01/2020 tentang Implementasi Sistem
Manajemen Anti-Suap di BUMN sebagai Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi, PERTAMINA berkomitmen menerapkan
ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP)

Peluang-peluang korupsi yang mungkin terjadi

1. Suap Menyuap
2. Penggelapan dalam Jabatan
3. Pemerasan
4. Perbuatan Curang
5. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
6. Gratifikasi
Tindakan korupsi yang terjadi merupakan ketidaktaatan terhadap apa?

Melakukan tindakan korupsi adalah melanggar ketaatan terhadap peraturan yang berlaku
menurut UU No.31 Tahun 1999 Jo UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri,
orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian negara secara
gamblang dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, tindak pidana korupsi di
jelaskan dalam 13 pasal. Tindakan korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan negara.
Korupsi mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi negara, menurunnya investasi,
meningkatnya kemiskinan serta meningkatnya ketimpangan pendapatan. Korupsi juga dapat
menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat di suatu negara.

Berikut beberapa program pencegahan korupsi yang ada, yang dapat mengurangi
tingkat korupsi

1. Pantang terlibat tindak pidana korupsi


"Mulai dari diri sendiri" adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan poin ini.
Bisa dibayangkan jika ratusan juta rakyat Indonesia sama-sama memegang teguh
prinsip kejujuran, maka korupsi akan tinggal cerita.

Namun kesamaan persepsi ini tidak akan muncul begitu. Agar dapat menolak dan tidak terlibat
dalam korupsi, seseorang harus memahami jenis-jenis tindak pidana korupsi yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

2. Berlatih untuk berintegritas

Seseorang yang antikorupsi haruslah memiliki integritas yang kokoh. Integritas adalah
bertindak dengan cara yang konsisten dengan apa yang dikatakan. Nilai integritas merupakan
kesatuan antara pola pikir, perasaan, ucapan, dan perilaku yang selaras dengan hati nurani dan
norma yang berlaku.

3. Melaporkan tindak pidana korupsi

Pelaporan masyarakat merupakan penyumbang terbesar dalam terbongkarnya kasus-kasus


korupsi di Indonesia, mulai dari kasus kecil hingga kakap. Maka dari itu, peran masyarakat
dalam pelaporan tindak pidana korupsi sangat penting.

Masyarakat yang antikorupsi tidak akan diam saja jika melihat korupsi di depan matanya.
Namun ada keengganan masyarakat untuk melapor, salah satu alasannya karena khawatir
keselamatannya terancam. Kekhawatiran itu seharusnya dapat ditepis karena KPK akan
melindungi identitas pelapor.

4. Memperbaiki sistem sehingga antikorupsi

Masyarakat juga bisa berperan memberantas korupsi dengan berkontribusi dalam perbaikan
sistem. Perbaikan sistem dimaksudkan untuk menutup celah-celah korupsi yang bisa
dimanfaatkan para koruptor menilap uang negara.

5. Kampanye dan menyebarkan nilai integritas

Dengan prinsip pemberantasan korupsi tidak bisa dilakukan seorang diri, maka nilai-nilai
antikorupsi dan integritas harus disebarluaskan. Seorang yang memegang teguh integritas harus
menularkan nilai-nilai luhur tersebut ke sekitarnya, mulai dari keluarga, teman, kampus, atau
rekan kerja.
KPK memiliki solusi bagi masyarakat yang ingin terlibat aktif dalam kampanye antikorupsi,
yaitu dengan menjadi menjadi Penyuluh Antikorupsi (Paksi) atau Ahli Pembangun Integritas
(API). Paksi dan API adalah insan yang kompeten dalam menyampaikan kampanye antikorupsi
karena telah tersertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi KPK.

PERAN AUDIT DALAM MEMERANGI KORUPSI

Korupsi merupakan kategori fraud yang menyalahgunakan kewenangan atau


kepercayaan dengan melakukan tindakan yang melanggar ketentuan hukum dan regulasi untuk
memperoleh manfaat langsung atau tidak langsung bagi pelaku (ACFE, 2016). Korupsi
merupakan tindakkan melanggar hukum yang dimaksudkan untuk memperkaya diri sendiri atau
pihak lain. Konflik kepentingan (conflict of interest) merupakan faktor yang dapat mendorong
pelaku untuk menyalahgunakan kewenangan atau kepercayaan bagi kepentingan pribadi atau
pihak lain secara melanggar hukum misalnya kecurangan dalam skema pembelian (pengadaan
barang dan jasa). Selain itu, korupsi juga meliputi suap (bribery), pemberian ilegal (illegal
gratuity), dan pemerasan (economic extortion). Dalam terminologi fraud, korupsi merupakan
tindakan ilegal, sehingga dikategorikan sebagai kejahatan (crime) karena mengandung unsur
penuntutan

Anda mungkin juga menyukai