A. PENDAHULUAN
Dalam analisis isu kontemporer yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan isu
Korupsi menjadi prioritas pembahasan utama, hal ini didukung dari nilai Urgency,
Seriosness dan Growth yang paling tinggi dari kedua isu lainnya, ditinjau dari penyebab
masalah terjadinya korupsi menggunakan metode fish bone maka didapatkan sebab yang
paling mungkin terjadinya korupsi, yaitu adanya peluang atau kesempatan sesorang dalam
melakukan Tindak Pidana Korupsi (TPK), dari analisa penyebab masalah tersebut, kita
mengidentifikasi dampak apa yang ditimbulkan apabila TPK terus menerus terjadi.
1. Adanya sistem yang lebih transparan terkait dengan pengawasan yang dilakukan oleh
Kementerian/Lembaga terkait.
2. Pengawasan dapat juga dilakukan melalui peran serta masyarakat.
3. Setiap orang memahami nilai-nilai bela negara dalam setiap tugas yang di emban.
4. Sosialisasi sejak dini terkait bahaya dan dampak korupsi secara masif.
5. Setiap orang untuk menjalankan kewajiban agama sesuai dengan kepercayaan
masing-masing.
D. KEKUATAN
Kementerian PUPR memiliki beberapa kekuatan yang bertujuan mengantisipasi
tindakan korupsi, berikut kekuatan dari Kementerian PUPR :
1. Adanya Inspektorat Jenderal
Sesuai tugas dan fungsinya, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas
menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian PUPR. Salah satu
fungsi dari Inspektorat Jenderal sendiri adalah melaksanakan pengawasan intern di
Kementerian PUPR terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Inspektorat Jenderal disini
berhubungan langsung dengan Menteri.
2. Adanya Balai Pelaksanaan Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK)
BP2JK di bawah Direktorat Jenderal Bina Konstruksi ini dibentuk menggantikan Unit
Layanan Pengadaan dalam upaya meningkatkan kualitas dan profesionalisme
Pengadaan Barang/Jasa (PBJ). Dengan unit kerja dan sumber daya manusia yang
independen serta proses bisnis yang lebih baik diharapkan menghasilkan proses dan
hasil PBJ yang lebih efektif, efisien, transparan, berkualitas dan akuntabel.
3. Adanya Sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
BP2JK membangun kolaborasi dengan unit kerja pengelola layanan pengadaan
secara elektronik (electronic proqurement) yaitu Pusat Data dan Informasi sehingga
kegiatan pengadaan barang/jasa berjalan efektif. Layanan pengadaan secara
elektronik yang dimaksud disini adalah Sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik
(LPSE) yang merupakan sistem pengadaan barang/jasa pemerintah yang
dilaksanakan secara elektronik dengan memanfaatkan dukungan teknologi informasi.
Sistem LPSE ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, mutu, dan
transparansi dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.
4. Pembentukan Unit Kepatuhan Internal (UKI)
Unit Kepatuhan Internal atau yang lebih sering kita kenal dengan UKI merupakan unit
khusus pada suatu organisasi yang bertugas melakukan pemantauan atas fungsi
pengendalian intern. Pembentukan UKI mengacu pada konsep three lines of defense
dimana Manajemen operasional merupakan lini pertahanan pertama dalam
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Jalan Pattimura No. 20, Kebayoran Baru – Jakarta Selatan 12110, Telp : (021) 7203165, Fax. (021) 7393938
E. KELEMAHAN
Dalam meberantas korupsi tentu kita harus memahami kelemahan-kelemahan yang
dapat menghambat upaya-upaya pemberantasan korupsi. Dengan memahami kelemahan-
kelemahan tersebut, kita dapat menghindari dan memperbaiki kelemahan tersebut.
Kelemahan dapat berasal dari faktor internal dan eksternal. Kelemahan-kelemahan yang
mungkin dapat terjadi pada upaya pemberantasan korupsi, yaitu:
1. Faktor internal
● Lemahnya keimanan
Masih banyak para pelaku yang tidak mentaati ajaran agama/kurang ibadah
sehingga mudah tergoda untuk melakukan tindak pidana korupsi.
● Pemahaman
Lemahnya pemahaman para pelaku tentang nilai-nilai dasar anti korupsi.
● Sifat
Tingginya rasa egoisme untuk mementingkan diri sendiri dibandingkan kepentingan
negara, kurangnya rasa displin dan tanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai kewenangannya.
2. Faktor Ekstrernal
● Pengawasan instansi
Setiap instansi tentu memiliki badan/divisi pengawasan sebagai bentuk defense
instansi untuk mencegah tindak pidana korupsi. Namun, dengan masih terjadinya
tindak pidana korupsi artinya pengawasan badan instansi masih lemah.
● Efektivitas dan efisiensi kerja
Efektivitas dan efisiensi kerja yang masih kurang tentu akan memengaruhi upaya
pengawasan pencegahan tindak pidana korupsi.
● Peraturan perundang-undangan yang berlaku
Indonesia memilki perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana
korupsi. Tujuan dibuatnya undang-undang tersebut untuk membuat rasa takut
kepada pelaku agar tidak melakukan tindak pidana korupsi. Namun lemahnya
peraturan perundang-undangan korupsi (hukuman yang kurang berat) tidak akan
membuat pelaku takut dan jera.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Jalan Pattimura No. 20, Kebayoran Baru – Jakarta Selatan 12110, Telp : (021) 7203165, Fax. (021) 7393938
F. PELUANG
Pemberantasan korupsi membutuhkan kesamaan pemahaman mengenai tindakan
pidana itu sendiri. Dengan adanya persepsi yang sama, pemberantasan korupsi dapat
dilakukan secara tepat dan terarah. Agar pemberantasan korupsi dan peluang untuk
meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi korupsi yaitu :
1. Strategi represif
Strategi represif adalah upaya penindakan hukum untuk menyeret koruptor ke
pengadilan, dengan cara penangan laporan pengaduan masyarakat ( KPK melakukan
proses verifikasi dan penelaahan ),penyelidikan,penyidikan,penuntutan dan
eksekusi/jatuhkan hukaman yang merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dengan tujuan para pelaku korupsi takut melakukan korupsi .
2. Perbaikan sistem
Banyak sistem yang diterapkan di Indonesia memberikan peluang tindak pidana
korupsi. Sistem yang baik bisa meminimalisir terjdinya tindakan korupsi. Maka dengan
itu perlu perbaikan sistem,misalnya mendorong transparansi penyelenggara negara.
seperti KPK menerima pelaporan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara) dan juga gratifikasi,memberikan rekomendasi kepada kementerian dan
lembaga terkait untuk melakukan langkah-langkat perbaikan dan memodrenisasikan
pelyanan publik dengan online dan sistem pengawasan yang terintegrasi agar lebih
transparan dan efektif.
3. Edukasi dan Kampanye
Edukasi dan Kampenye adalah strategi pembelajaran pendidikan antikorupsi dengan
tujuan membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai dampak korupsi. Mengajak
masyarakat untuk terlibat dalam gerakan pemberantasan korupsi, serta membangun
perilaku dan budaya Antikorupsi. Tidak hanya bagi mahasiswa dan masyarakat
umum,namun juga bagi anak usia dini,taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
G. ANCAMAN
Tindakan untuk memberantas korupsi tidak semudah yang dibayangkan.
Pemberantasan terhadap kasus kejahatan korupsi dinilai belum optimal. Terbukti masih
banyaknya kasus kejahatan korupsi yang terjadi. Tindakan pemberantasan korupsi
mempunyai beberapa ancaman yaitu :
1. Ancaman dari dari pihak lain yang lebih tinggi kedudukannya yang memaksa untuk
melakukan tindak kejahatan korupsi;
2. Keinginan untuk memiliki gaya hidup mewah karena melihat orang lain yang
mempunyai gaya hidup mewah membuat seseorang menempuh jalan pintas dengan
melakukan kejahatan korupsi;
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Jalan Pattimura No. 20, Kebayoran Baru – Jakarta Selatan 12110, Telp : (021) 7203165, Fax. (021) 7393938
3. Penegakkan hukum yang kurang tegas bagi para pelaku korupsi karena adanya
gratifikasi atau tekanan politik membuat sesorang tidak takut untuk melakukan korupsi;
4. Makin banyaknya orang yang acuh terhadap tindak kejahatan korupsi jika masih
dalam skala yang kecil. Padahal tindak kejahatan korupsi dengan skala besar bisa
dimulai dari tindak kejahatan korupsi dengan skala kecil;
5. Semakin majunya teknologi membuat munculnya strategi baru untuk
menyembunyikan tindakan korupsi sehingga menyulitkan tim penyidik dalam
mengusut kasus korupsi.
6. Adanya upaya melemahkan sistem pengawasan terhadap tindak kejahatan korupsi
dari pihak luar