Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih


‘’ 1. program kementrian kesehatan dalam upaya pencegahan korupsi
2. Program pendidikan dan kebudayaan dalam upaya pencegahan korupsi’’

DOSEN PENGAMPU:

Elizabeth Purba, S.Pd.,SST.,M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :

1. Rani Pangemanan

2. Gracia Wensen

3. Sisiliana Wenas

4. Windy Kalalo

5. Hanna Najoan

6. Livio Tanauma

7. Andreas Assa

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA TOMOHON

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dalam mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi dengan
materi: “Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
1. program kementrian kesehatan dalam upaya pencegahan korupsi
2. Program pendidikan dan kebudayaan dalam upaya pencegahan korupsi’’
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik segi penulisan, isi, dan
sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan untuk pembuatan
makalah di lain hari.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana
ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Khususnya bagi mahasiswa - mahasiswi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bethesda Tomohon untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengembangan keterampilan kependidikan demi terciptanya pendidik profesional. Atas
selesainya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Tomohon, 13 september 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.................................................3

2.2 program kementrian kesehatan dalam upaya pencegahan korupsi....................3

2.3 program pendidikan dan kebudayaan dalam upaya pencegahan korupsi……..7

BAB III..................................................................................................................11

PENUTUP..............................................................................................................11

3.1 Kesimpulan......................................................................................................11

3.2 Saran………………………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alam yang tersedia,
namun di lihat secara nya, rakyat Indonesia banyak yang menderita. Penderitaan ini seperti:
kemiskinan kelaparan dan kesengsuram. Penderitaan yang di jalani rakyat tidak lain dun tidak,
bukam adalah dampak dari otonomi daerah yang kurang tersuktur. Hal ini di karenakan
rendahnya moral- moral para pejabat yang memegang kekuasaan di Indonesia Rendahnya moral
para pejabat yang ada di Indonesia menyebabkan Indonesia menempati rangking ke-3 dalam
Negara terkorub di dunia. Hal ini sangat mencoreng nama bungsu Indonesia sebagai egara yang
memiliki kekayaan lebih. Di era reformasi sekarang ini, Indonesia mengalami banyak perubahan.
Perubahan sistem politik reformasi ekonomi, sampai reformasi birokrasi menjadi agenda utama
di negeri ini. Yang paling sering dikantandangkan adalah masalah reformasi birokrasi yang
menyangkut masalah-masalah pegawai pemerintah yang dinilai korup dan sarat dengan
nepotisme Reformasi birokrasi dilaksanakan dengan harapan dapat menghilangkan budaya-
budaya buruk birokrasi seperti praktik korupsi yang paling sering terjadi di dalam instansi
pemerintah. Reformasi birokrasi ini pada umumnya diterjemahkan oleh instansi-instansi
pemerintah schagai perbaikan kembali sistem remunerasi pegawai. Anggapan umum yang sering
muncul adalah dengan perbaikan sistem penggajian a remunerasi, maka aparatur pemerintah
tidak akam lagi melakukan korupsi karena dianggap penghasilannya sudah mencukupi untuk
kehidupan sehari-hari dan untuk masa depannya. Namun pada kenyataannya, tindakan korupsi
masih terus terjadi walaupun secara logika gaji paru pegawai pemerintah dapat dinilai tinggi
Korupsi dari yang bernilai jutaan hingga miliarum rupiah yang dilukakam para pejabat
pemerintah terus terjadi sehingga dipal disinyalir egara mengalami kerugian hingga triliunan
rupiah, Tentunya ini bukan angka yang sedikit, melihat kebutuhan kenegaraan yang semakin
lama semakin meningkat. Jika ung yang dikorupsi tersebut benar-benar dipakai untuk
kepentingan masyarakat demi mengentuskan kemiskinan dan meningkatkan kualitas pendidikan,
mungkin cita-cita tersebut bisa saja terwujud. Dana-dana sosial akan sampai ke tangan yang
berhak dan tentunya kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

1
Saat ini, korupsi di Indonesia sudah mencapai puncaknya, setiap pejabat tinggi yang di periksa,
pasti terlibat korupsi, Jika hal ini tidak di tanggap dengan serius muka egara Indonesia tidak akan
mencapai puncak emus seperti yang di cita-citakan dalam penhuskann Undang-undang Dasar
1945. Permasalahannya adalah apakah korupsi di Indonesia dapat teratasi Maka dengan
penyusunan makalah ini kumi akan mengungkap strategi nasional pencegahan dan
pemberantasan korupsi dan upaya percepatan reformasi birokrasi

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana streegi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi

2. Apa saja upaya percepatan reformasi birokrasi?

C. Tujuan

1. Untuk dapat mengetahui strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi

2. Untuk dapat mengetahui upaya percepatan reformasi birokrasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Program kementrian kesehatan dalam upaya pencegahan korupsi


Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun
2012 tentang Straten Nasional (Stratums) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK)
dimplemen- tasikan ke dalam 6 (enam) strategi nasional yang telah dirumuskan, yakni:

1. Melaksanakan Upaya-upaya Pencegahan Korupsi

masih terjadi secara massif dan sistematis, Praktiknya bisa berlangsung dimanapun dilembaga
Negara, lembaga prival hingga dikehidupan sehari-hari Melihat kondisi seperti itu, maka
pencegahan menjadi layak didudukian schagai strategi peresnanys. Melalui strategi pencegahan,
diharapkan muncul langkah berkesinambungan yang berkontribusi bagi perbaikan ke depan.
Strategi ini merupakan jawaban utas pendekatan yang lebih terfokus pada pendekatan represit.
Paradigma dengan pendekatan represif yang berkembang, karena diyakini dapat memberikan
efek jera terhadap pelakn tindak pidana korupsi tipikor). Sayangnya, pendekatan represif ini
masili belum mampu mengurangi perilaku dan praktif koruptif secam sistematis-massif,
Keberhasilan strategi pencegahan diukur berdasarkan peningkatan nilai Indeks Pencegahan
Korupsi, yang hitungannya diperoleh dari dua sub indicator yaitu Control of Corruption Index
dan peringkat kemudahan berusaha (ese of doing business) yang dikeluarkan uleh World Bank.
Semakin tinggi angka indeks yang diperoleh, maku diyakini strategi pencegahan korupsi berjalan
semakin baik.

2. Melaksanakan Penegakan Hukum

Masih banyak kasus korupsi yang belam tuntas, padahal animo dan ekspektasi masyarakat sudah
tersedar sedemikian rupa hingga menanti- nanti adanya penyelesaian secara adil dan transparan
Penegakan egar yang inkonsisten terhadap egar positif dan prosesnya tidak transparan,pada
akhirnya berpengaruh pada tingkat kepercayaan (7) masyarakat terhadap egar dan aparatumya.

Dalam tingkat kepercayaan yang lemah, masyarakat tengiring kearuh opini bahwa egar tidak lagi
dipercaya sebagai wabuh penyelesaian konflik: Masyarakat cenderung menyelesaikan konflik
dan permasalahan mereka melalui caranya sendiri yang celakanya acap herscherangan dengan
egar. Belum lagi jika ada pihak-pihak lain yang memanfaatkan inkonsistensi penegakan egar
demi kepentingannya sendiri, keadaan bisa makan runyum.

3
Absenya kepercayaan ditengah-tengah masyarakat, tak ayal menumbuhkan rasa tidak puas dan
tidak adil terhadap lembaga egar beserta aparaturnya. Pada suatu tempo, manakala ada upaya-
upaya perbaikan dalam rampla penegakan egar di Indonesia, maka hal seperti ini akan menjadi
hambatan tersendiri. Unnik ini, penyelesaian kasus-kasus korupsi yang menarik perhatian
masyarakat mutlak perlu dipercepat. Tingkat keberhasilan strategi penegakan egar ini diukur
berdasarkan Indeks Penegakan Hukum Tipikor yang diperoleh dari persentase penyelesaian
setiap lahupun dalam proses penegaskan egar terkait kamus Tipikor mulai dari tahap
penyelesaian pengaduan Tipikor hinggan penyelesaian eksekusi putusan Tipikor. Semakin tinggi
angka Indeks Penegakan Hukam Tipikor, maka diyakin strategi penegakan egar berjalan semakin
baik.

3. Melaksanakan Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan Mensifikasi UNCAC, adalah


bukti kunsistensi dari kerimen Pemerintah Indonesia untuk mempercepat pemberantasan Korupsi
Schogai konsekuensinys, klausal-klausal didalam UNCAC harus dapat diterapkan dan mengikat
sebagai ketentuan egar di Indonesia. Beberapa klausal ada yang merupakan hal baru, sehingga
perlu disur diakomodasi lebih lanjut dalam regulasi terkait pemberantasan korupsi selain juga
merevisi ketentuan didalam regulasi yang masih tumpang- tindih menjadi prioritas dalam strategi
ini.

Tingkat keberhasilan strategi ini diukur berdasarkan persentase kesesuaian regulasi anti korupsi
Indonesia dengan klausal UNCAC. Semakin mendekati 100%, maka peraturan perundang-
undangan terkait pencegahan dan pemberantasan Korupsi di Indonesia semakin lengkap dan
sesuai dengan common practice yang terdapat pada Negara-negara lain.

4. Melaksanakan Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset Lasil Tipikor Berkenaan


dengan upaya pengembalian asset hasil tipikor, baik didalam maupun diluar negeri, perlu
diwujudkan suatu mekanisme pencegahan dan pengembalian asset secara langsung sebagaimana
ketentuan UNCAC Peraturan perundang-undangan Indonesia belum mengatur pelaksanaan dari
potusan penyitaan (perampasan) dari egara lain, lebih-lebih terhadap perampesan egara yang
dilakukan tanpa adanya pulisan pengadilan dari suatu kasus korupsi (Confiscation without a
criminal convictions. Penyelamatan sel perlu didukung oleh pengelolaan assel negar yang
dilembarskan secara professional agar kekayaan egara dari egar hasil tipikor dapat dikembalikan
kepada egara secara optimal Keberhasilan strategi ini diukur dari persentase pengembalian asset
tipikor ke kas egara berdasarkan putusan pengadilan dan persentasi tingkat keberhasilan (Sunce
rate) kerjasama internasional terkait pelaksanaan permintaan dan penerimaan permintaan Matal
Legal Assistance (MLA) dan ekstradisi. Semakin tinggi pengembalian asset ke kas Negara dan
keberhasilan kerjasama internasional, khususnya dibidang tipikor, maka strategi ini diyakini
berjalan dengan baik

4
5. Meningkatkan Pendidikan dan Budaya Antikorupsi Praktik-praktik korupsi yang kian mussif
memerlukan kad kolaboratif dari pettierintah beserta segenap pemangku kepentingan. Wujudnya
bisa berupa upaya menanamkan nilai budaya interitas yang dilaksanakan secam kolektif dan
sistematis, haik melalui akivitas pendidikan anti korupsi dan internalisasi budaya anti korups
dilingkungan public maupun swasta. Dengan kesamaan cara pandang pada setiap individu di
seluruh Indonesia hahwa korupsi in jahat, dan pada akhirnya para individu tersebut berperilaku
aktif mendorong terwujudnya tara-kepemerintahan yang bersih dari korupsi diharapkan
menumbuhkan prakarsa-prakarsa positif bagi upaya PKK pada khasnya, serta perbaikan ta
kepemerintahan pada umumnya Tingkar keberhasilan strategi ini diukur berdasarkan Indeks
Perilaku Anti Konipsi yang ada dikalangan rata-kepemerintahan maupun individu diseluruh
Indonesia. Semakin tinggi angku indels ini, maka diyakini nilai budaya unti korupsi semakin
terintemalisasi dan mewujud dalam perilaku nyata scrap individu untuk memerangi tipikor

6. Meningkatkan Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Upaya Pemberantasan KorupsiStrategi


yang mengedepankan penguatan mekanisme di internal Kementerian Lembaga swasta dan
masyarakat, tentu akan memperlancar aliran dara informasi terkait progress pelaksanaan
ketentuan LNCAC. Konsolidasi dan publikasi infurmasi di berbagai media, baik elektronik
maupu cetak, termasuk web portal PKK, akan mempermudah pengaksesan dan pemanfaatannya
dalam penyusunan kebijakan dan pengukuran kinerja PKK Keterbukaan dalam pelaporan
kegiatan PKK akan memudahkan para pemangku kepentingan berpartisipasi aktif mengawal
segenap upaya yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga public maupun sector swasta.

Keberhasilan diukur berdasarkan indeks tingkat kepuasan pemangku kepentingan terhadap


laporan PKK. Semakin tinggi tingkat kepuasan pemangku kepentingan, maka harapannya semua
kebutuhan informasi dan pelaporan terkait proses penyusunan kebijakan dan penilaian progress
PKK dapat semakin terpenuhi sehingga upaya PKK dapat dikawal secara herkesinambungan dan
tepat sasaran. Komisi Pemberantasan Korupsi dalam bukunya mengenai panduan memberantas
korupsi dengan mudah dan menyenangkan mengelompokkan strategi pemberantasan korupsi
tersebut ke dalam 3 strategi berikut:

1. Strategi Repres Strategi ini adalah strategi penindakan tindak pidana korupsi dimana
seseorang diadukan diselidiki, disidik dituntul dan di eksekusi berdasarkan saksi-saksi dan alat
bukti yang kuat.

2 Strategi Perbaikan Sistem Perbaikan system dilakukan untuk mengurangi potensi korupsi.
Caranya dengan kajian system, penatan layanan public melalui koordinasi, supervise.
Pencegahan serta mendorong transparansi penyelenggar egara.

5
3. Strategi Edukasi dan Kampanye

Strategi ini merupakan bagian dari upaya pencegahan yang memiliki peran strategis dalam
pemberantasan korupsi, Melalui strategi ini akam dibangun perilaku dan budaya antikorupsi.
Edukasi dilakukan pudu segenap lapisan masyarakat sejak usia dini.

B. Upaya Pecepatan Reformasi Birokrasi Sebagai tindak lungul dari Peraturan Presiden Nomor
55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional (Stratenas) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
(PPK), Kementerian Kesehatan telah melaksanakan upaya percepatan reformasi birokrasi
melalui berbagai cara dan bentuk, antara lain:

1. Disiplin kehadiran menggunakan system fingerprint, ditetapkan masuk pukul 730 dan pulang
kantor pukul 16.00, untuk mencegah pegawai melakukan korupsi waktu

2. Setiap pegawai negeri Kemenkes harus mengisi Susunan Kinerja Pegawai (SKP), dan
dievuluni setiap tahunnya, agar setiap pegawai mempunyai tugas pokok dan fungsi yang jela,
daput dikar dan di pertanggung jawabkan kinerjanya

3. Melakukan pelayanan kepada masyarakat yang lebih efisien dan efektif, rumah dan santun,
diwujudkan dalam pelayanan prima

4. Penandatangaman talta integritas hagi setiap pelantikan pejabat di kementrian kesehatan. Hal
ini untuk mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi (WBKO), Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM)

5. Terlaksananya Strategi Komunikasi pendidikan dan Budaya Anti- Korupsi melalui sosialisasi
dan kampanye antikorupsi di lingkungan internal seluruh Satker Kementerian Kesehatan.

6. Sosialisasi tentang larangan melakukan gratifikasi, egara dengan pasal 12 b ayat (1) Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999, menyalakan “Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri sipil atau
penyelenggara egara dianggap pemberian snap apabila herhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan kewajiban atau nugasnya”.

7. Pemberlakuan Sistem Layanan Pengaduan Barang dan Jus Securb Elektronik (LPSE)

8. Layanan Publik Rensasis Teknologi Informasi seperti seleksi pendataran

pegawai melalui online dalam rekrummen Calon Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT))

6
9. Pelaksimam LIIKPN di lingkungan Kementerian Kesehatan didukung

dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 03. 01/ Menkes 166-1:2010, tanggal 13
Januari 2010

10. Membentuk Unit Pengendalian Gratifikasi, berdasarkan Surat Kepumisan

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan Nomor 01. TPS. 17. 04. 215. 10.3445, tanggal 30
Juli 2010 11. “Tompa Korupsi, Korupsi Merampas Hak Masyarakat untuk Schar”,

“Hari ini Masih Terima Suap”, dan lain-lain

B. Program pendidikan dan kebudayaan dalam upaya pencegahan korupsi

Pencegahan Korupsi dalam Pemerintaha

Mengenai tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih dapat membahas program-program
pencegahan korupsi dari Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebagai contoh konkretnya.

Program Kementerian Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Korupsi:

Kementerian Kesehatan memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Dalam upaya pencegahan korupsi, Kementerian Kesehatan dapat mengambil
beberapa langkah, seperti:

Transparansi Anggaran: Menyediakan informasi anggaran secara terbuka dan mudah diakses
kepada publik. Hal ini dapat mengurangi risiko praktik korupsi dalam pengelolaan dana
kesehatan. Sistem Pengawasan Internal: Menerapkan sistem pengawasan internal yang kuat
untuk memastikan penggunaan dana kesehatan yang efisien dan tidak disalahgunakan. Pelatihan
dan Kesadaran: Memberikan pelatihan kepada staf mengenai etika dan integritas, serta
mempromosikan kesadaran akan bahaya korupsi dalam sektor kesehatan. Keterlibatan
Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam pemantauan dan evaluasi program kesehatan,
sehingga ada kontrol eksternal terhadap pelaksanaan program.

Program Pendidikan dan Kebudayaan dalam Upaya Pencegahan Korupsi:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga memiliki peran strategis dalam membangun tata
kelola yang baik dan bersih dalam sektor pendidikan. Beberapa langkah yang dapat diambil
meliputi:

7
Kurikulum Antikorupsi: Memasukkan materi mengenai integritas, etika, dan pencegahan korupsi
ke dalam kurikulum pendidikan formal. Hal ini akan membentuk generasi muda yang sadar akan
bahaya korupsi. Pengawasan Dana Pendidikan: Menerapkan pengawasan yang ketat terhadap
penggunaan dana pendidikan, termasuk transparansi dalam alokasi anggaran dan pelaporan
keuangan. Pelatihan Guru dan Staf: Memberikan pelatihan kepada guru dan staf pendidikan
mengenai tata kelola yang baik, etika, dan cara mengidentifikasi serta melaporkan praktik
korupsi. Partisipasi Orang Tua dan Masyarakat: Menggalakkan partisipasi aktif orang tua dan
masyarakat dalam pengawasan sekolah dan kebijakan pendidikan. Mengintegrasikan langkah-
langkah seperti ini ke dalam program Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan adalah langkah penting dalam memastikan tata kelola pemerintahan yang baik dan
bersih, serta dalam memerangi korupsi di sektor-sektor kunci tersebut. Sektor pendidikan formal
dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan pencegahan korupsi secara tidak langsung melalui
dua pendekatan yaitu:

1) menjadikan peserta didik sebagai target ; dan

2) menggunakan peserta didik untuk menekan lingkungan agar tidak permissive to corruption.
Pendekatan pertama dilakukan dalam bentuk peningkatan moral dan kepribadian peserta didik.
Peningkatan moral dan kepribadian melalui sektor pendidikan formal apabila sistem pendidikan
di Indonesia diubah tidak hanya mencetak manusia yang cerdas secara intelektual, tetapi juga
baik secara moral. Sedangkan pendekatan kedua dilakukan dengan memberikan materi-materi
pengayaan yang dapat mendorong peserta didik untuk menjadi pelaku pencegahan korupsi.

Dalam sistem pendidikan Indonesia, baik dalam kurikulum 1994 maupun dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) belum dimuat materi mengenai permasalahan korupsi di Indonesia
secara langsung. Kurikulum pendidikan dapat berperan dalam memberantas korupsi secara tidak
langsung berupa pengaitan materi pembelajaran dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan
berkenaan dengan korupsi. Wacana pembuatan mata pelajaran khusus atau jurusan khusus
program anti korupsi di sektor pendidikan formal kurang tepat. Hal ini disebabkan jumlah
kurikulum pendidikan formal di Indonesia sudah sangat padat dan materi korupsi dapat dibahas
dalam berbagai sudut keilmuan. Pendidik merupakan faktor yang sangat penting dalam sistem
pendidikan di Indonesia. Pendidik berperan sebagai saluran penyampai materi kurikulum kepada
peserta didik. Para pendidik juga merupakan penyampai nilai-nilai yang baik dan akan efektif
apabila disertai dengan keteladanan karena hal tersebut merupakan contoh langsung yang dapat
diserap oleh peserta didik. Pendidik di Indonesia saat ini belum berperan dalam memenuhi
kebutuhan pencegahan korupsi di Indonesia. Para pendidik tidak mempunyai pengetahuan yang
cukup mengenai materi pencegahan korupsi. Pemahaman pendidik terhadap permasalahan
korupsi hanya sebatas informasi umum yang dapat diperolehnya dari media massa.

8
Para pendidik tersebut dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan pencegahan korupsi apabila
mempunyai pengetahuan yang cukup berkaitan dengan masalah korupsi dan didukung dengan
sistem lingkungan yang baik. Buku-buku paket pelajaran dan buku-buku tambahan yang
digunakan dalam proses belajar mengajar sangat sedikit yang memuat secara langsung materi
permasalahan korupsi. Sumber belajar yang dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan
pemberantasan korupsi di Indonesia adalah sumber belajar yang membahas korupsi secara
kontekstual yang dikemas secara menarik dalam bentuk kaset video sehingga memudahkan
pendidik dan menarik bagi peserta belajar. Pendidikan Budaya Hukum Anti Korupsi

Lawrene Friedmann mengatakan ada 3 (tiga) komponen sistem hukum yaitu :[12]

1. Struktur

2. Substansi

3. Kultur (Budaya Hukum)

Suatu sistem hukum harus memenuhi, pertama struktur, dalam hal ini sistem hukum terus
berubah, namun bagian-bagian sistem itu berubah dalam kecepatan yang berbeda, dan setiap
bagian berubah tidak secepat bagian tertentu lainnya, ada pola jangka panjang yang
berkesinambungan struktur sistem hukum, dengan memberikan semacam bentuk dan batasan
terhadap keseluruhan. Kedua sistem hukum mempunyai substansi, yang dimaksud dengan
substansi adalah aturan, norma, dan pola perilaku manusia yang nyata dalam sistem hukum. Dan
yang ketiga, sistem hukum mempunyai kultur (budaya hukum) adalah sikap manusia terhadap
hukum dan sistem hukum, di dalamnya terdapat kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapan.

Berbicara soal budaya hukum maka akan diperlukan pastisipasi masyarakat, dan bagaimana
membentuk budaya hukum didalam masyarakat, dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi
dalam Bab V tentang Peran Serta Masyarakat Pasal 41 ayat (1) disebutkan; “masyarakat dapat
berperan serta membantu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi” peran ini
diwujudkan dalam bentuk :

a. Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tidak pidana
korupsi;

b. Hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan memberikan informasi
adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yang menangani
perkara tindak pidana korupsi;

c. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertangung jawab kepada penegak hukum
yang menangani perkara tindak pidana korupsi;

9
d. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yang diberikan kepada penegak
hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari;

e. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam hal :

1. Melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c

2. Diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan, dan di sidang pengadilan sebagai

3. saksi pelapor, saksi atau saksi ahli, sesuai ketentuan peraturan perudang-undangan yang berlak

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

upaya pencegahan Program kementerian kesehatan di korupsi Peraturan Presiden Nomor 55


Tahun 2012 tentang Strategi Nasional (Stranas) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK),
dirumuskan, yakni:

dimplementasikan ke dalam 6 (enam) strategi nasional yang

1. Pencegahan

2. Penegakan Hukum

3. Harmonisasi peraturan perundang-undangan

4. Kerjasama Internasional dan penyelamatan asset hasil tipikor

5. Pendidikan dan budaya antikorupsi

6.Mekanisme pelaporan pelaksanaan upaya pemberantasan korupsi.

B. Saran

Diharapkan makalah ini dapat dijadikan suatu referensi atau informai bagi mahasiswa
keperawatan khususnya. Maupun kalangan umum. Mohon maaf bila banyak kekurangan dalam
makalah ini, mohon kritik dan saran yang membangun.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/363986877/Program-Kementerian-Kesehatan-Dalam-
Upaya-Pencegahan-Korupsi

12

Anda mungkin juga menyukai