Anda di halaman 1dari 11

PERAN MAHASISWA DALAM MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU

Dosen Pengampu :

Drs. Hariyono, M.Pd

Oleh :

Siti Fadillah Musyarofah

(051361461)

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVRSITAS TERBUKA TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga penulis dapat menyusun makalah Pendidikan
Kewarganegaraan ini dengan baik. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Makalah ini berisi tentang "Penguatan Identitas Nasional
Generasi Muda Di Era Digital ”.

Makalah ini disusun secara cepat dengan bantuan dan dukungan pihak, bapak Drs.
Hariyono, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu
penulis sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa hasil makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Jakarta,07 November 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 2

BAB I ......................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3

1.1.1 Model Pendidikan Anti Korupsi ................................................................................ 4

1.1.2 Analisis Situasi .......................................................................................................... 4

1.1.3 Kompleksitas Pembangunan Nasional ................................................................. 6

BAB II ....................................................................................................................................... 7

KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................................ 7

2.1 Metode Penelitian ............................................................................................................. 7

BAB III...................................................................................................................................... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................................. 7

BAB IV ...................................................................................................................................... 8

PENUTUP................................................................................................................................. 8

4.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 8

4.2 Saran ................................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi adalah sebuah tindakan yang tidak terpuji dikalangan bermasyarakat maupun
penjabat negeri, dimana kasus korupsi semakin bertebaran dimana-mana, dengan tindakan
korupsi tersebut banyak kalangan yang harus di rugikan tertuma merugikan diri sndiri serta
keluarga, Hal ini tidak dapat dipungkiri karena Indonesia memiliki begitu banyak kasus korupsi
dan terlihat rusak, hilang dan dewasa. Korupsi yang tiap saat terjadi dan selalu muncul
kepermukaan memberikan kesan bahwasanya korupsi adalah hal yang lumrah bahkan telah
menjadi budaya yang mengakar dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia. Korupsi telah
menjadi salah satu penyakit dalam negri ini, sebagaimana kita ketahui negara Indonesia adalah
negara hukum sedangkan tindak korupsi tersebut seaakan tidak meamandang negri ini sebagai
negara hukum, pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang harus kita terapkan di kehidupan
sehari-hari bahkan dalam berprilaku, dengan adanya tindak pidana korupsi ini seakan-akan
pancasila itu telah musnah dengan banyak orang yang telah melanggar sumpah atau melangar
semua sila yang ada didalamnya.

Sebagaimana kita ketahui pemberantasan korupsi di Indonesia sudah ada sejak pada
Tahun 1999 yang di terbitkannya Undang-Undang No. Pencegahan tindak pidana korupsi
tersebut sudah banyak melawati revisi sampai terlahirnya Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) di Indonesia guna mewujudkan Indonesia yang bersih dari penyakit korupsi ini. Dalam
hal pencegahan korupsi, sebenarnya program antikorupsi sudah ada, namun masih terlihat
belum optimal. Hal ini menunjukkan bahwa penanaman perilaku anti korupsi yang ditujukan
kepada masyarakat belum dapat terlaksana dengan baik, terutama pada generasi mudanya.
Salah-satu cara atau tindak perubahan adalah bagaimana kita genarasi muda mampu membawa
kebiasaan anti korupsi sejak dini dengan keterbiasaan serta langkah-langkah yang di wujudkan
pada generasi muda. Generasi muda Indonesia adalah suatu langkah mewujudkannya sila sila
yang sudah di tetapkan sebagaimana generasi muda mampu membawa perubahan untuk
indonesia maju yang bersih akan tindak pidana korupsi, Agent Of Chage atau agent perubahan
bisa kita terapkan dengan metode metode mulai dari hal kecill contohnya kita bersikap jujur,
pada masa 2022 ini terbilang masa masa sulit bagi generasi muda untuk mewujudkan itu semua,
genersi yang bisa kita sebut generasi x ini masih labil atau tidak memperdulikan hal-hal yang
berdampak besar bagi masyarakat serta kemajuan bangsa. Sebagaimana umum diketahui,
generasi muda merupakan harapan suatu bangsa untuk di masa yang akan datang.

3
1.1.1 Model Pendidikan Anti Korupsi
Ada tiga model penyelenggaraan pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai antikorupsi
yang dapat dilakukan di SD - SMU, yaitu dengan nilai-nilai anti korupsi dapat ditanamkan
melalui beberapa pokok atau sub pokok bahasan yang berkaitan dengan nilai-nilai hidup.
Dengan model seperti ini, semua guru adalah pengajar pembelajaran anti korupsi tanpa kecuali.
Model pembudayaan, pembiasaan nilai dalam seluruh aktivitas Penanaman nilai-nilai anti
korupsi dapat juga ditanamkan melalui pembudayaan dalam seluruh aktivitas dan suasana
sekolah. Untuk menumbuhkan budaya anti korupsi sekolah perlu merencanakan suatu budaya
dan kegiatan pembiasaan. Pendidikan antikorupsi memberi pemahaman yang berkaitan dengan
moral seperti kejujuran, keadilan, hak, tanggungjawab, diskriminasi, dan implikasi buruk
korupsi terhadap kehidupan.
Dalam konteks ini, pendidikan antikorupsi adalah penumbuhan kesadaran dan gerakan
praksis di kalangan individu, peserta didik atau anggota masyarakat untuk tidak mentolerir
tindakan korupsi dalam bentuk apapun. Sebagai wujud nyata dalam rangka menumbuhkan
kesadaran anti korupsi, Kejaksaan Agung menggunakan pendekatan edukasi kepada pihak
sekolah dengan cara membentuk 864 kantin kejujuran di sekolah tingkat SMP dan SMA
seluruh Indonesia. Maksud dan tujuan Kantin Kejujuran adalah untuk membangun jiwa
kejujuran sedini mungkin pada anak didik guna membentuk sikap mental dalam upaya
mencegah perbuatan melanggar hukum diantaranya korupsi (Supanji 2008).
1.1.2 Analisis Situasi
Bicara tentang permasalahan korupsi, akan selalu menarik karena yang terjadi adalah
angka korupsi itu terus meningkat di Indonesia.Hal ini dapat dibuktikan dari tahun 1998
Indonesia berada dalam peringkat “sepuluh besar” untuk negara dengan angka korupsi tertinggi
di dunia. “Menurut data yang dipaparkan oleh Transparency International (TI), bahwa skor IPK
Indonesia dalam masalah pencegahan dan pemberantasan korupsi terus membaik dari skor 32
pada tahun 2013 menjadi skor 37 pada tahun 2017.

Banyak pemberitaan tentang korupsi yang terus saja terjadi di Indonesia, semuanya bisa
dilihat dari keadaan yang terjadi di Indonesia dimana lebih dari separuh Provinsi yang ada di
Indonesia dimana Kepala daerahnya dari tingkatan Gubernur, Wakil Gubernur, Walikota,
Bupati banyaknya yang tersangkut kasus korupsi dan menjadi tersangka. Berita tentang
banyaknya terjadi Operasi Tertangkap Tangan (OTT) yang dilakukan KPK untuk mengungkap
kasus korupsi yang dilakukan para Kepala Daerah, bahkan para akademisi dan kalangan
Rektorat di beberapa Perguruan Tinggi pun banyak yang juga tersangkut dengan masalah

4
korupsi. Bahkan yang juga menarik juga bahwa para anggota dewan terhormat pun tidak luput
dari kasus korupsi, termasuk di Propinsi Jambi, yang melibat Gubernur dan anggota dewan
yang terciduk OTT oleh KPK dan dikenal dengan istilah “Uang Ketok Palu”, hal ini juga
banyak terjadi pula di daerah-daerah lainnya di Indonesia Melihat berbagai permasalahan
korupsi yang terjadi di Indonesia banyak faktor yang menyebabkan Negara Indonesia angka
korupsi juga tinggi, diantaranya masyarakat bersifat dan berprilaku materialistik, menjadikan
pola hidup konsumtif dalam kehidupan sehari hari, menilai orang lain dari barang-barang yang
dimilikinya, hal lain perpolitikan di Indonesia yang masih mendepankan uang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.

Memperoleh kekuasaan dengan menghalalkan segala cara termasuk melakukan


berbagai bentuk korupsi yang menjadikan prilaku korupsi tumbuh subur di negara Indonesia.
Hal ini diperparah dengan sikap masyarakat yang merasa tidak cukup dengan apa yang sudah
dimiliki, rakus, serakah dan moral yang tidak baik yang menyebabkan orang dengan mudah
melakukan korupsi dengan berbagai bentuk seolah-olah hal yang dibenarkan oleh aturan,
padahal sesungguh melakukan tindakan melanggar hukum yaitu melakukan korupsi.
Banyaknya kesempatan yang diciptakan berbagai pihak yang berkepentingan ditunjang dengan
lemahnya imam masyarakat menganggap mengambil hak orang lain, tidak jujur, tidak memiliki
rasa malu dan melakukan hal-hal menyimpang lainnya menjadi hal yang biasa dan dibenarkan
di lingkungan masyarakat mejadi alasan suburnya angka korupsi di Indonesia. Prilaku korupsi
bisa terjadi karena adanya kesempatan, kondisi dan situasi yang mendukung, Masalah yang
berkenaan dengan pencegahan dan pemberantasan prilaku korupsi di Indonesia, bukan hanya
menjadi tanggung jawab atau harus dibebankan kepada para penegak hukum saja, namun
diperlukan juga peran serta semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama melakukan hal
tersebut, sehingga Indonesia bisa menurunkan angka korupsi di Indonesia.

Peran masyarakat sangat diperlukan dalam hal pencegahan dan pemberantasan korupsi,
karena banyak kasus korupsi terungkap juga adanya peran serta masyarakat didalamnya dengan
memberikan laporan adanya tindak pidana korupsi di lingkungan sekitar mereka. Mayarakat
yang dimaksud adalah semua lapisan, baik pelajar, mahasiswa, akademisi dan masyarakat
umum lainnya termasuk Lembaga Masyarakat Masyarakat (LSM) yang memang fokus pada
permasalahan korupsi. Pemberantasan korupsi memang perlu terus ditingkatkan untuk
memberikan efek jera pada pelaku dan mengembalikan kerugian negara yang sudah di korupsi,
namun yang tidak kalah pentingnya masalah pencegahan korupsi juga harus terus di laksanakan
dan melibatkan masyarakat, agar masyarakat memiliki pemahaman yang sama pentingnya

5
pencegahan prilaku korupsi dalam masyarakat yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat dan pembangunan di satu negara.

Budaya anti korupsi pada saat ini belum berkembang dengan baik ditengah masyarakat,
apalagi didukung sifat “permisif”, ditengah masyarakat yaitu masyarakat mengetahui ada yang
melakukan korupsi dengan berbagai bentuk, namun ada pembiaran karena dianggap hal yang
biasa dan wajar. Pendidikan anti korupsi harusnya terus dikembangkan dan harus didukung
dengan pendidikan karakter dan humanistik yang memang sedang gencar didegungkan oleh
Pemerintah dan sebagai masyarakat harus mendukung hal tersebut.

1.1.3 Kompleksitas Pembangunan Nasional


Sesuai Undang – Undang Dasar 1945 bahwa Pembangunan Nasioanal mempunyai
tujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia seutuhnya dan masyarakat yang adil,makmur
dan sejahtera. Namun dalam usaha mewujudkan amanat tersebut terdapat berbagai kendala dan
hambatan, Adapun yang menjadi kendala utamanya adalah masalah korupsi. Dalam era
globalisasi yang semakin maju ini, Indonesia juga dihadapkan pada masalah – masalah dan
tantangan ekonomi – politik dan pembangunan yang dapat menjadi peluang maupun
tantangan,diantaranya :
a. Globalisasi, Isu globalisasi menuntut Indonesia untuk mengejar ketinggalannya dengan
negara-negara maju baik dari sisi pendapatan Nasional, Sistem politik dan sosial
kemasyarakatan.
b. Kemiskinan dan Pengangguran, Tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran
merupakan masalah terbesar pada semua negara khususnya Indonesia dan perlu dicari
formula yang tepat dan jitu agar dapat mengejar ketertinggalannya dengan negara maju.
c. Utang Luar Negeri, Indonesia dalam melaksanakan Program Pembangunan masih
dengan menghandalkan pinjaman dari luar negeri.
d. Lingkungan Hidup, Tingkat kerusakan lingkungan hidup seperi pencemaran
lingkungan(darat, air dan udara)serta global warming menjadi isu yang hangat sebagai
akibat proses industrialisasi yang tidak diiringi sikap tanggung jawab para pelaku
industri
e. Birokrasi, Sistem birokrasi masih kental dengan aroma KKN oleh karena itu
dibutuhkan kembali reformasi birokrasi

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Metode Penelitian
Metode merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan,sedangkan
penelitian merupakan sarana untuk mencari kebenaran. Pada dasarnya penelitian adalah upaya
mengumpulkan data yang akan dianalisis. Metode kualitatif berusaha memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu
menurut perspektif peneliti sendiri. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif
bertujuan untuk memahami obyek yang diteliti secara mendalam Bertujuan untuk
mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang
berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory) dan mengembangkan
pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


Korupsi tidak hanya terjadi dalam sektor pemerintahan dan lembaga pelayanan publik,
korupsi bahkan sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.Meski hanya mencoba-coba,
hal tersebut dapat menjadi kebiasaan yang terbawa sampai dewasa jika tidak diantisipasi
dengan pendidikan karakter yang menjunjung tinggi integritas dan kejujuran. Kebiasaan
praktik-praktik koruptif ini seakan sudah menjadi budaya dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Perkembangan kasus korupsi di indonesia sesungguhnya terus menunjukkan tren
positif sepanjang era reformasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai Indeks Persepsi Korupsi(IPK)
Indonesia terus mengalami peningkatan. Ini tentu saja menunjukkan keseriusan Indonesia
untuk memberantas korupsi.Yang otomatis akan semakin membuka peluang dan memperlebar
celah untuk memuluskan oknum-oknum yang ingin meraup keuntungan pribadi dari proyek-
proyek tersebut.
Bahkan, saat sudah terungkap dan sedang diproses pun, para tersangka korupsi itu pun
masih bebas bergerak dan berbicara untuk mengelak dari kasus yang sedang dihadapinya.
Ditambah lagi, saat sudah divonis dan sedang dalam status tahanan pun mereka masih memiliki
banyak ruang gerak. Lemahnya aturan perundangan yang ada dan penegak hukum mulai dari
polisi, jaksa, sampai hakim yang kurang tegas dan akurat dalam menegakkan hukum
menyebabkan hukum terasa terlalu tidak memiiki efek jera terhadap para pelaku kasus korupsi.
Belum lagi para penegak hukum yang kurang jujur dan berintegritas, akan menambah runyam

7
permasalahan korupsi di Indonesia. Segala permasalahan di atas hanyalah sebagian dari
penyebab-penyebab korupsi yang seakan membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Sebab-sebab tersebut mengakibatkan secara tidak langsung tertanamnya perilaku-
perilaku koruptif dalam kepribadian bangsa Indonesia dan membudaya hingga saat ini.
Sepanjang era reformasi saja, kerugian Negara akibat korupsi saja sudah lebih dari angka 200
triliun. Inilah yang menjadi tantangan kita untuk dapat memberantas korupsi secara lebih
efisien.Karena melakukan pencegahan akan lebih efisien dalam hal sumber daya daripada
menindak banyak kasus korupsi satu-persatu.Mahasiswa, aset berharga yang sangat
menentukan masa depan bangsa, sesungguhnya dapat menciptakan solusi atas segala
permasalahan di Negara ini.
Lunturnya idealisme mahasiswa masa kini disebabkan oleh arus globalisasi yang sangat
cepat sehingga mereka lebih cenderung memikirkan gaya hidup dan budaya konsumtif. Mereka
seakan tidak merasakan transformasi yang terjadi dari fase siswa menuju mahasiswa.Mereka
menjadi terlalu fokus terhadap kegiatan akademik mereka semata, sehingga seakan mereka tak
kritis dengan fenomena yang terjadi di sekitar mereka. Hal ini tak lain dan tak bukan adalah
akibat dari kebijakan dan mindset pendidikan masa kini. Hal yang sesungguhnya dapat
membentuk karakter seorang mahasiswa adalah kepekaan mereka terhadap fenomena yang
terjadi di sekitar mereka. Mereka harus dapat lebih reaktif terhadap segala yang terjadi di
bangsa ini.Sehingga peran mahasiswa sebagai Agent of Change dapat lebih terasa, baik oleh
masyarakat maupun pemerintah. Untuk mewujudkan hal tersebut, mahasiswa dapat memulai
dari lingkup yang lebih kecil. Oleh karena mereka adalah calon pemimpin bangsa di masa
depan, melatih diri sejak dini untuk menghilangkan perilaku-perilaku koruptif adalah termasuk
langkah dalam pencegahan korupsi di masa mendatang.Mahasiswa dapat mensosialisasikan
segala hal yang merupakan pencegahan terjadinya korupsi dan menghilangkan budaya perilaku
koruptif di dalam masyarakat.Kemudian yang lebih vital lagi adalah mahasiswa harus
mengontol segala kebijakan yang dihasilkan oleh pemerintah.

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Budaya korupsi yang telah melekat di tubuh Indonesia harus diberantas. Budaya
korupsi yang mulai masuk ke sendi-sendi kehidupan masyarakat akan menjadi bumerang dan
menghancurkan bangsa Indonesia sendiri. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk

8
memberantas budaya korupsi di Indonesia tetapi belum mencapai hasil yang di inginkan. Salah
satu upaya pemberantasan adalah melalui penerapan pendidikan anti korupsi. Generasi muda
adalah generasi yang akan meneruskan dan mengembangkan kehidupan bernegara. Untuk itu
pemberian pendidikan anti korupsi adalah satu hal yang cukup efektif dikarenakan pendidikan
adalah salah satu pembentuk moral bagi generasi muda. Salah satu penerapannya yaitu melalui
pemberian pendidikan anti korupsi di perguruan tinggi.

a. Korupsi di Indonesia yang semakin merajalela bahkan memasuki sendi-sendi


kehidupan masyarakat. tiga penyebab yang dijelaskan yaitu, pertama dalam
perhitungan kualitatif yang dilakukan banyak perilaku-perilaku korupsi dalam berbagai
lembaga. kedua, masyarakat masih belum memahami mana perilaku korupsi dengan
perilaku kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Ketiga, tindakan korupsi dominan
dilalukan oleh aparatur pemerintahan.
b. Penerapan pendidikan anti korupsi di Perguruan tinggi akan menumbuhkan karakter-
karakter anti korupsi bagi mahasiswa. Pendidikan sebagai usaha untuk menanamkan
karakter cerdas, religius, dan akhlak mulia. Pendidikan juga menjadi sarana untuk
berproses diri agar menjadi baik dan menggali potensi diri guna diperlukan untuk diri
sendiri dan masyarakat.
c. Peran penting Perguruan tinggi juga menjadi suatu tonggak untuk membangun
transparan dan akuntabilitas sekaligus sebagai penggerak integritas dikarenakan
perguruan tinggi dapat berperan penting dalam menghentikan bibit-bibit koruptor.
d. Mahasiswa merupakan pendorong, agen perubahan serta bagian dari masyarakat yang
akan menjadi tonggak dalam meneruskan tujuan negara. Dalam hal memerangi korupsi
peran mahasiswa sangat penting.

4.2 Saran
Mengenai pelaksanaan pelatihan anti korupsi itu sendiri, dimana pelatihan ini harus diberikan
kepada generasi muda sejak dini. Dengan demikian, pembentukan karakter antikorupsi dimulai
sejak usia muda oleh generasi muda. Kebijakan antikorupsi perlu disusun dengan
mengembangkan pendidikan antikorupsi sebagai bagian dari kurikulum di Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, A. (2022). Kesadaran Generasi Muda Dalam Mewujudkan Tindakan Anti Korupsi
Sebagai Agent Perubahan Untuk Indonesia Lebih Maju. Ganesha Civic Education Journal,
4(2), 269-277.

Ma’ruf, M. A., Santoso, G. A., & Mufidah, A. M. (2019). Peran Mahasiswa dalam Gerakan
Anti Korupsi. UNES Law Review, 2(2), 205-215.

Supandi, A., & Vernia, D. M. (2015). Peran pendidikan anti korupsi dalam rangka mewujudkan
pembangunan nasional yang bersih dari korupsi. Research and Development Journal Of
Education, 1(2).

Monita, Y., Rosmidah, R., & Erwin, E. (2020). Sosialisasi Pendidikan Anti Korupsi Di
Kalangan Pelajar Di Kota Sungai Penuh. In Prosiding Seminar Hukum Dan Publikasi Nasional
(Serumpun) (Vol. 1, No. 2, pp. 323-341).

Permatasari, N. N. R. (2022). Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Melalui


Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi. Ganesha Civic Education Journal, 4(1), 108-120

10

Anda mungkin juga menyukai