KORUPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Mata Kuliah Pendidikan Budaya
Anti Korupsi
Dibuat oleh :
AGUSTUS 2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah
ini berjudul “Program Kemenkes Dalam Upaya Pencegahan Korupsi”. Makalah ini
disusun sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas mata kuliah PBAK
(Pendidikan Budaya Anti Korupsi).
Kami selaku penyusun tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada ibu
Ir. Fauziah Djamilus, M.Kes selaku dosen mata kuliah PBAK (Pendidikan Budaya Anti
Korupsi), serta tidak lupa bagi pihak-pihak lain yang telah mendukung penyusunan
makalah ini kami mengucapkan terima kasih.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penyusun harapkan demi makalah yang lebih baik dimasa mendatang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, pemahaman yang kuat dalam mencegah tindakan korupsi di
sektor kesehatan sangat diperlukan dan harus diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-sehari untuk memastikan bahwa sumber daya yang terbatas perlu diarahkan
dengan benar agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
pelayanan kesehatan yang berkualitas.
2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian korupsi dalam berbagai prespektif?
2. Bagaimana strategi dalam memberantas korupsi di sektor kesehatan?
3. Bagaimana program kemenkes dalam melakukan pencegahan korupsi?
PEMBAHASAN
Dalam prespektif agama korupsi dipandang sebagai suatu perbuatan yang sangat
buruk. Dalam prespektif ajaran agama islam korupsi termasuk perbuatan yang
dapat merusak kemaslahatan, manfaat hidup, dan tatanan kehidupan. Dalam
konteks ajaran agama islam, korupsi merupakan tindakan yang bertentangan
dengan prinsip keadilan, akuntabilitas, dan tanggung jawab.
Dalam prespektif sosial, korupsi dipandang sebagai suatu perbuatan yang dapat
meningkatkan angka kemiskinan, perusakan moral bangsa, hilangnya kepercayaan
terhadap pemerintah serta menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan umum.
Dalam prespektif budaya, korupsi dipandang sebagai suatu perbuatan yang dapat
membentuk pandangan buruk terhadap reputasi negara yang secara perlahan
mengutus budaya luhur bangsa. Ahli ekonomi pernah mengatakan bahwa korupsi
adalah masalah budaya yang dapat diartikan bahwa korupsi di Indonesia tidak
mungkin diberantas jika masyarakat secara keseluruhannya tidak memiliki tekad
untuk memberantasnya. Masalah hukum dapat ditangani dengan hukum, sedangkan
masalah budaya tentu saja ditangani dengan cara melakukan tindakan-tindakan
dibidang kebudayaan juga. Sedangkan hal tersebut tidak bisa dilakukan dengan
mudah berbeda jika masyarakat secara keseluruhan sudah menganut rasa keadilan
maka usaha pengenalan dan pengendalian korupsi akan jauh lebih mudah.
Dalam prespektif politik, korupsi dapat mempersulit demokrasi dan tata cara
pemerintahan yang baik dengan cara menghancurkan proses dan sistem politik yang
dapat berdampak pada masyarakat yaitu membuat masyarakat tidak percaya,
timbulnya aklamasi-aklamasi yang menguatkan kekuatan politik dan
ketidakpercayaan rakyat terhadap lembaga politik.
Gaya hidup konsumtif yang tidak diimbangi dengan pendapat yang memadai
akan terus membuka peluang korupsi demi memenuhi tuntutan hidup konsumtif ini.
Individu yang melakukan korupsi karena sikap tamak dan materialistiknya perlu
ditindak tegas. Lemahnya keimanan serta moralitas ini membuat seseorang
gampang tergoda oleh gaya hidup yang konsumtif, tamak, dan memiliki kekayaan
berlebihan yang dapat membuat seseorang melakukan tindakan korupsi.
Secara prinsip pencegahan korupsi di sektor kesehatan dapat melalui berbagai cara,
antara lain:
1. Pembangunan karakter tenaga kesehatan, pimpinan pemerintahan dan
politik, serta konsultan yang dimulai sejak dini.
2. Rekrutmen pimpinan lembaga kesehatan dan rumah sakit serta sumber daya
manusianya harus dilakukan secara baik dan transparan.
3. Adanya pendampingan kegiatan yang memiliki potensi korupsi sejak awal
perencanaan pada proyek-proyek di sektor kesehatan yang rentan.
Contohnya seperti perencanaan pembangunan renovasi pada bangunan yang
tidak layak di suatu rumah sakit perlu didampingi agar memperkecil
terjadinya tindakan korupsi.
4. Cermat dalam melakukan kegiatan administrasi.
5. Dokter, tenaga kesehatan, manajer rumah sakit harus memahami peraturan
dan perundang-undangan mengenai korupsi melalui pendidikan dan
pelatihan.
1. Pendidikan (Preentif)
Tindakan untuk mengendalikan dan mengurangi korupsi keseluruhan untuk
mendorong generasi mendatang agar dapat mengembangkan sikap yang bisa
menolak secara tegas setiap bentuk korupsi. Upaya pemberantasan korupsi
tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan seperti di bawah ini:
a. E-learning anti korupsi KPK
b. Sertifikasi penyuluhan anti korupsi KPK bagi satuan pengawasan
intern (SPI)
c. Kampanye gratifikasi, benturan kepentingan (conflict of
interest/COI) dan pengaduan masyarakat wishtleblowing system
(WBS) secara berkelanjutan.
d. Sosialisasi massif terkait gratifikasi dan pengaduan masyarakat atau
WBS untuk pengguna layanan minimal 1 kali 1 tahun.
2. Pencegahan (Preventif)
Usaha pencegahan yang diarahkan untuk meminimalkan penyebab dan
peluang untuk melakukan korupsi. Upaya pemberantasan korupsi tersebut
dapat dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan seperti di bawah ini:
a. Penilaian rekam jejak pegawai melalui pengembangan sistem atau
aplikasi rekam jejak terintegrasi dan otomatis (sistem lintas individu
terintegrasi). Di mana yang memiliki akses hanya menkes,
wamenkes, dirjen, dan sekjen.
b. Membangun fraud control plan (FCP) dengan beberapa langkah
yakni membangun pengetahuan, mensosialisasikan, dan membangun
FCP serta memulai FCP dari unit layanan pengadaan (ULP).
c. Penilaian resiko fraud yang terdiri dari gratifikasi, penyuapan, dan
benturan kepentingan dengan cara mensosialisasikan ke setiap satker
terkait fraud risk.
d. Penguatan sistem pengaduan masyarakat atau WBS yang termasuk
perlindungan pelapor.
3. Pengawasan Represif
Usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah
diidentifikasi dapat diproses secara cepat, tepat, dengan biaya murah
sehingga para pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dapat menimbulkan efek jera.