Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

PERAN DAN KETERLIBATAN DALAM PEMBERANTASAN ANTI KORUPSI

Disusun oleh:
Kelompok 7 (2A)
1. Aditya Pratiwi (2201001)
2. Arif Putra Sanjaya (2201017)
3. Anisa Vernanda (2201013)
4. Pooja Desya T.P (2201062)
5. Saarah Syariif (2201076)
6. Siti Nabila Yulianti (2201086)

Dosen pembimbing:
Ns. Hemma Siti Rahayu. M.Kep

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN FATMAWATI
JAKARTA
2023
KATA PENGATAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat-Nya, sehingga
kelompok dapat berbagai inspirasi dan dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERAN
DAN KETERLIBATAN DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI” Penyusunan makalah
ini bertujuan sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Antropologi. Kelompok menyadari
bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak
terkait. Atas moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Fatmawati Jakarta
2. Ns. Deny Prasetyanto M. Kep., Sp.Kep.MB selaku wali kelas angkatan XXV Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan Fatmawati Jakarta
3. Ns. Hemma Siti Rahayu. M.Kep selaku penanggung jawab, dosen pengajar mata kuliah Pendidikan
Budaya Anti Korupsi
4. Orang tua tercinta yang telah membantu dalam segi material maupun dalam segi motivasi selama
dalam penyusunan makalah ini.
5. Rekan-rekan kelompok yang membantu selesainya pembuatan makalah. Kelompok menyadari bahwa
makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, kelompok menerima kritik dan saran yang
membangun dari rekan-rekan untuk penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kata korupsi sekarang adalah sesuatu yang sangat akrab. Korupsi dianggap sebagai hal
yang buruk, sesuatu yang menjadi penyebab kemerosotan bangsa. Karena itu, masalah ini
harus diatasi bersama, dan dilawan bersama. Korupsi bukanlah budaya nasional, itu
bukan kebiasaan, juga bukan manajemen salah yang selalu dipertimbangkan. Korupsi
adalah kejahatan, kejahatan adalah tindakan manusia yang melanggar hukum tertentu,
merugikan diri sendiri, orang lain,masyarakat, bangsa, dan bahkan negara.Kejahatan
diatur dalam Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP) dan hukum lain yang berisi
sanksi pidana. Jika pelakunya bukan manusia, maka itu tidak termasuk dalam kategori
kejahatan meskipun telah menyebabkan kerugian. Misalnya, bencana alam dan
kecelakaan yang disebabkan oleh hewan dan teknologi.1Jadi, korupsi jelas termasuk
dalam kategori kejahatan. Pelakunya adalah administrator negara atau pegawai negeri.
Pada dasarnya, tindakan penyalahgunaan wewenang publik merugikan negara atau
masyarakat dan tindakan yang melanggar hukum. Di beberapa negara ketentuan korupsi
juga dapat diterapkan pada individu atau kelompok swasta. Berikut ini adalah
serangkaian tindakan korupsi, yaitu pemerasan, penggelapan aset negara dikantor,
gratifikasi, suap, suap, konflik kepentingan dalam pengadaan, tindakan curang,
pelanggaran hukum yang merusak kekayaan nasional atau penyalahgunaan wewenang.
Dalam Undang-Undang No. 31Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi bersamaan dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2001, tujuhkelompok utama
dan 30 jenis pelanggaran korupsi dibedakan. Uang korup besar dan kecil tidak
menghilangkan sifat korupsi. Meskipun sedikit contoh pemerasan, pembayaran uang
pelicin, uang baik atau uang, dan lain-lain, masih dianggap sebagai korupsi.Jangan
dianggap jika karena jumlah kecil bisa digunakan untuk alasan bertahan hidup.
Analoginya adalah, bisakah orang merampok atau menjarah hutan untuk bertahan hidup.
Tentu saja tidak, jika dibiarkan dalam waktu yang lama, maka ini akan mempengaruhi
perilaku masyarakat sehingga orang tidak bisa lagi membedakan antara tidak korupsi dan
korupsi.
B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengetahui peran dan keterlibatan dalam pemberantasan anti
korupsi.

2. Tujuan khusus

Tujuan penulisan makalah agar mahasiswa dan mahasiswi mampu:

1. Untuk mengetahui pengeretian dari korupsi


2. Untuk mengetahui penyebab korupsi
3. Unutk mengetahui dampak korupsi
4. Untuk mengetahui penanganan korupsi

C. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah menggunakan metode studi kepustakaan.Metode studi kepustakaan


yaitu menggunakan berbagai sumber literatur yang sesuai dengan
makalahkamiyangberjudul“peran dan keterlibatan dalam pemberantasan anti korupsi”. Adapun
teknik pengumpulan data dalampenulisan makalah ini adalah data sekunder, berupa data-data
pendukung yang diperolehdari buku-buku, jurnal ilmiah, tesis, dan sebagainya yang memuat
informasi-informasi yang diperlukan dalam penyusunan makalah.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian korupsi
corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan
keuangan negara (Subekti & Tjitrosoedibio, 1973). Korupsi adalah sesuatu yang busuk,
buruk dan merusak. Berdasarkan fakta tersebut, tindakan korupsi menyangkut: sesuatu yang
bersifat amoral, sifat, akhlak yang busuk dan keadaan yang berkaitan dengan kedudukan
penguasa atau aparatur Pemerintah, penyalahgunaan kekuasaan dalam jabatan yang telah
diamanahkan juga didasarkan atas alasan yang berbagai macam yang kompleks.

B. Penyebab Korupsi

Menurut Tanzi terdapat setidaknya 6 faktor penyebab langsung dari korupsi, yakni:

1) Pengaturan dan otorisasi


2) Perpajakan
3) Kebijakan pengeluaran/anggaran
4) Penyediaan barang dan jasa dibawah harga pasar
5) Kebijakan diskresi lainnya
6) Pembiayaan partai politik

C. Dampak Korupsi

Berikut dampak yang ditimbulkan oleh korupsi, diantaranya adalah:

a) Jika pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa kemiskinan menjadi salah
satu penyebab terjadinya korupsi, maka kemiskinan dapat pula menjadi dampak
yang diciptakan dari korupsi, terutama yang terjadi di negara berkembang. Korupsi
yang dilakukan menguras banyak sumber dana negara untuk kepentingan sediri dan
kelompoknya sehingga negara mengalami kerugian yang tidak sedikit (Wulandari &
Ahmad, 2019).
b) Menimbulkan stigma yang tidak baik di lingkungan masyarakat. Korupsi yang
dilakukan oleh pemerintah merupakan sebuah tindakan yang memiliki dampak yang
berbahaya, diantaranya dapat merubah persepsi masyarakat tentang bagaimana
pemerintah bekerja atas nilai kepercayaan yang semakin menurun kepada
pemerintah. Sebagaimana yang disampaikan (Sugiarti, 2014).
c) Korupsi bersifat “menular”, salah satunya menular melalui sektor swasta dalam
tujuan mengejar laba secara cepat (sehingga cenderung berlebihan). Karena itu,
untuk ASN dan pejabat public perlu dicegah, sebagaimana yang disampaikan
Waluyo bahwa pembangunan integritas dan etika aparatur negara tidak dapat
dilakukan secara singkat hanya melalui program reformasi birokrasi belaka.
Pembangunan integritas dan etika aparatur negara harus dilakukan secara simultan,
sejak di bangku sekolah hingga pendidikan-pendidikan kedinasan (Waluyo, 2014).
d) Korupsi menyebabkan kenaikan biaya administrasi dalam konteks pelayanan publik
sehingga bisa saja masyarakat sebagai pembayar pajak harus turut menyuap untuk
kepentingan membayar beberapa kali lipat biaya pelayanan tertentu.
e) Jika korupsi dilakukan secara masif dan menimbulkan banyak temuan bagi lembaga
pengawas, maka hal tersebut berpotensi menjadi stimulus dalam pengurangan
jumlah dana alokasi kementerian lembaga yang disediakan.
f) Jika terjadi pengurangan dana alokasi bagi kementerian lembaga, maka secara
otomatis alokasi bagi pemenuhan kebutuhan publik pun akan berkurang.
g) Korupsi yang terjadi, secara mental akan merusak aparat pemerintah bahkan dalam
lingkungan yang lebih luas sehingga pada tahap lebih lanjut berpotensi melunturkan
nilai-nilai ketaatan terhadap standar dan prinsip etika yang tinggi.
h) Jika korupsi terjadi di lingkungan pemerintah, maka akan berpotensi menurunkan
rasa hormat dan percaya terhadap kekuasaan sehingga akhirnya legimitilasi
pemerintah akan perlahan runtuh.
i) Jika pejabat politik dan pejabat tinggi pemerintah secara luas dianggap sebagai
korup, maka akan muncul stigma publik bahwa “tidak ada alasan bagi publik untuk
tidak korup juga”.
j) merupakan pribadi yang egois sehingga memikirkan kepentingannya sendiri, tidak
mau berkorban demi kemakmuran publik, sehingga menciptakan kerakusan secara
organisatoris.
k) Dalam konteks agamis, seorang yang korup tidak akan mendapatkan keberkahan
dalam hidupnya, baik bagi dirinya, keluarga maupun turunananya.
l) Dilihat dari faktor produksi, korupsi kerapkali menimbulkan kerugian besar dari. Hal
ini diakibatkan karena waktu dan sumber daya akan habis
m) Korupsi merupakan ketidakadilan yang ter-lembaga. Sehingga suka tak suka, jika
kasusnya diajukan sampai tahap ajudikasi, akan berpotensi menimbulkan
tuduhantuduhan palsu (fitnah) yang ditujukan pada pihak-pihak yang bahkan tidak
terkait dalam kasus tersebut
n) Korupsi menciptakan sebuah kebijakan yang tidak berkualitas. Hal ini disebabkan
karena kebijakan yang disusun tidak dipertimbangkan melalui kualitas (kebutuhan
publik), namun diukur dari seberapa banyak “kepentingan” yang harus diakomodir
penguasa melalui “suap” atau “pelicin”.

D. Penanganaan Korupsi

Penanganan korupsi merujuk pada upaya yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga
penegak hukum, dan masyarakat secara umum untuk mencegah, mendeteksi, menyelidiki,
menghukum, dan memberantas praktik korupsi. Penanganan korupsi melibatkan beberapa
aspek, antara lain :

1) Pencegahan: Upaya untuk mencegah terjadinya praktik korupsi melalui kebijakan,


regulasi, dan praktik transparansi, akuntabilitas, dan integritas. Pencegahan
korupsi melibatkan peningkatan kesadaran, pendidikan, dan pelatihan terkait etika,
antikorupsi, dan tata kelola yang baik.
2) Deteksi: Proses mengidentifikasi indikasi atau tanda-tanda adanya praktik
korupsi. Deteksi dapat melibatkan pengawasan internal, penggunaan teknologi,
pelaporan whistleblowing, dan audit yang cermat untuk mengungkap praktik
korupsi yang tersembunyi.
3) Penyelidikan: Langkah-langkah untuk menyelidiki kasus korupsi yang telah
terdeteksi. Penyelidikan korupsi melibatkan pengumpulan bukti, pemeriksaan
saksi, analisis keuangan, dan proses hukum untuk mengungkap fakta-fakta terkait
pelanggaran korupsi.
4) Penuntutan: Proses hukum untuk mengadili dan menghukum pelaku korupsi
berdasarkan bukti dan undang-undang yang berlaku. Penuntutan korupsi
melibatkan proses pengadilan yang adil, transparan, dan akuntabel untuk
memastikan bahwa pelaku korupsi bertanggung jawab atas tindakan mereka.
5) Sanksi dan pemulihan aset: Setelah terbukti bersalah, pelaku korupsi dapat dikenai
sanksi yang sesuai, termasuk hukuman pidana, denda, dan pengembalian aset yang
diperoleh secara korup. Pemulihan aset yang diperoleh dari praktik korupsi
bertujuan untuk mengembalikan kerugian yang ditimbulkan dan menghancurkan
insentif untuk melakukan korupsi.
BAB III
KASUS KORUPSI BANSOS
A. Kasus
Birokrasi di Indonesia di era reformasi masih belum menunjukkan perkembangan yang
positif. Masih banyak aparatur yang menunjukkan perilaku arogan dan penyalahgunaan
kekuasaan serta anggaran untuk kepentingan pribadi. Hal ini terjadi di berbagai tingkatan
pemerintahan, dari pusat hingga daerah, dan merupakan masalah yang telah berlangsung
sejak lama tanpa penyelesaian yang memadai. Aparatur pemerintah adalah bagian
penting dalam struktur negara, terutama dalam hal organisasi, manajemen, dan
administrasi yang bertanggung jawab untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan
sehari-hari (Sakinah, 2017).
Kejadian memprihatinkan ketika pandemic COVID-19 adalah kasus korupsi dalam
program bantuan sosial COVID-19. Pelaksanaan penyaluran bantuan sosial bukan hal
baru bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Namun, selalu terjadi permasalahan
dalam penyalurannya, begitu pun dengan penyaluran bantuan sosial yang terjadi saat
pandemi ini. Permasalahan yang terjadi dari jenis bansos ini kurang lebih dari kurun 2
bulan setelah pemerintah menetapkan program ini antra lain penerima BLT COVID-19
dipotong sehingga tidak menerima seluruh bantuan sosial yang diberikan kepada
pemerintah. Didalam hal ini berbagai macam bentuk korupsi yang telah terjadi di
Indonesia dan bahkan kasus korupsi yang terjadi ditengah pandemic COVID-19,
bantuan-bantuan sosial (Bansos) untuk rakyat Indonesia yang tengah terdampak COVID-
19 tidak luput terjadi dari praktik korupsi (Bisma, 2019).
B. Analisa kasus
Korupsi dana bantuan sosial ini melahirkan pelaku utama korupsi, Menteri Sosial Juliari
Batubara. Hal tersebut sangat ironis, karena korupsi akan menghambat pembangunan di
segala bidang apalagi ditengah pandemic COVID-19.17 Perkara itu diawali dengan
adanya pengadaan bansos penanganan COVID-19 berupa paket sembako di Kementrian
Sosial RI Tahun 2020 pengadaan tersebut bernilai sekitar Rp5,9 Triliun, dengan total 272
kontrak dilaksanakan dua priode. Pada pelaksaan bansos priode pertama, ujar firli, diduga
terima fee sebesar Rp12 miliar yang membaginya secara tunai oleh Matheus kepada
juliari melalui Adi dengan nilai sekitar Rp8,2 miliar. Pelaksaan priode kedua paket
bansos sembako, Firli berujar bahwa terkumpul uang fee dari bulan Oktober-Desembar
2020 sejumlah sekitar Rp8,8 miliar yang diduga akan dipergunakan untuk keperluan
juliari. Juliari disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal
11 Undang-undang telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
pemberantasan Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Matheus dan Adi disangkakan
melanggar pasal 12 huruf a atau Pasal 11 huruf b dan pasal 12 huruf (i) UU Tindak
Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Sedangkan Ardian I M dan Harry daru
unsur swasta, sebagai pemberi suap, disangkakan melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf b atau
Pasal 13 UU pemberantasan tindak pidana korupsi (Evi, 2019)

Dapat dipahami bahwa masalah utamanya adalah korupsi dalam distribusi bantuan sosial
yang menyebabkan bantuan yang seharusnya diterima tidak sesuai. Tindakan ini adalah
pelanggaran besar terhadap negara dan hak-hak masyarakat. Perilaku korupsi muncul
terkait dengan motivasi tertentu. Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang
untuk berperilaku dalam cara tertentu atau setidaknya mengembangkan kecenderungan
untuk berperilaku tertentu. Individu termotivasi tiga dorongan dasar, yaitu: kebutuhan
prestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan kekuasaan sehingga menyebabkan terjadi
penyelewengan atau pelanggaran atas kekuasaan karena kekuasaan menggiurkan (Evi,
2019).

C.Peran dan Keterlibatan Mahasiswa Dalam Pemberatasan Anti Korupsi


Peran Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi Peran Mahasiswa di lingkungan
kampus. Untuk dapat berperan secara optimal dalam pemberantasan korupsi adalah
pembenahan terhadap diri dan kampusnya. Dengan kata lain, mahasiswa harus
mendemonstrasikan bahwa diri dan kampusnya harus bersih dan jauh dari perbuatan
korupsi. Untuk mewujudkan hal tersebut, upaya pemberantasan korupsi dimulai dari awal
masuk perkuliahan. Pada masa ini merupakan masa penerimaan mahasiswa, dimana
mahasiswa diharapkan mengkritisi kebijakan internal kampus dan sekaligus melakukan
pressure kepada pemerintah agar undang-undang yang mengatur pendidikan tidak
memberikan peluang terjadinya korupsi. Di samping itu, mahasiswa melakukan kontrol
terhadap jalannya penerimaan mahasiswa baru dan melaporkan kepada pihak-pihak yang
berwenang atas penyelewengan yang ada. Selain itu, mahasiswa juga melakukan upaya
edukasi terhadap rekan-rekannya ataupun calon mahasiswa untuk menghindari adanya
praktik-praktik yang tidak sehat dalam proses penerimaan mahasiswa. Selanjutnya adalah
pada proses perkuliahan. Dalam masa ini, perlu penekanan terhadap moralitas mahasiswa
dalam berkompetisi untuk memperoleh nilai yang setinggi-tingginya, tanpa melalui cara-
cara yang curang. Upaya preventif yang dapat dilakukan adalah dengan jalan
membentengi diri dari rasa malas belajar. Hal krusial lain dalam masa ini adalah masalah
penggunaan dana yang ada dilingkungan kampus. Untuk itu diperlukan upaya investigatif
berupa melakukan kajian kritis terhadap laporan-laporan pertanggungjawaban realisasi
penerimaan dan pengeluarannya. Sedangkan upaya edukatif penumbuhan sikap anti
korupsi dapat dilakukan melalui media berupa seminar, diskusi, dialog. Selain itu media
berupa lomba-lomba karya ilmiah pemberantasan korupsi ataupun melalui bahasa seni
baik lukisan, drama, dan lain-lain juga dapat dimanfaatkan juga. Selanjutnya pada tahap
akhir perkuliahan, dimana pada masa ini mahasiswa memperoleh gelar kesarjanaan
sebagai tanda akhir proses belajar secara formal. Mahasiswa harus memahami bahwa
gelar kesarjanaan yang diemban memiliki konsekuensi berupa tanggung jawab moral
sehingga perlu dihindari upaya-upaya melalui jalan pintas.

BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Korupsi merupakan suatu kejahatan yang merugikan tidak hanya individu, tetapi juga
masyarakat, bangsa, dan negara. Meskipun dianggap sebagai sesuatu yang buruk, korupsi
masih menjadi permasalahan yang perlu diatasi secara bersama-sama. Dalam konteks
hukum, korupsi termasuk dalam kategori kejahatan yang diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) dan hukum lainnya.Dampak korupsi sangat merugikan,
termasuk kenaikan biaya administrasi dalam pelayanan publik, penurunan kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah, dan bahkan potensi pengurangan dana alokasi untuk
kebutuhan publik. Penanganan korupsi melibatkan pencegahan, deteksi, penyelidikan,
penuntutan, serta sanksi dan pemulihan aset.

B.Saran
• Institusi Pendidikan Jurusan Keperawatan STIKes Fatmawati
Karena adanya keterbatasan ruang lingkup penelitan ini, maka para institusi disarankan
agar dapat melakukan penelitian yang serupa dengan ruang lingkup yang berbeda. Para
institusi juga bisa turut serta dalam melakukan perbaikan kurikulum pendidikan di
berbagai tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi) agar dapat
mendorong masuknya kurikulum anti korupsi di dalam lembaga pendidikan. Peneliti juga
menyarankan kepada para institusi agar mendorong terciptanya lebih banyak kajian-
kajian anti korupsi agar dapat mewujudkan budaya antikorupsi.
•Bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fatmawati
Diharapkan Mahasiswa dapat melakukan peran preventif terhadap korupsi dengan
membantu masyarakat dalam mewujudkan ketentuan dan peraturan yang adil dan
berpihak pada rakyat banyak, sekaligus mengkritisi peraturan yang tidak adil dan tidak
berpihak pada masyarakat
•Bagi Masyarakat
Dibutuhkan peran masyarakat untuk secara aktif melakukan tindakan pencegahan
korupsi. Peran aktif tersebut dapat diawali dengan membangun kesadaran untuk
melakukan tindakan pencegahan korupsi. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa
menjadi referensi bagi masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan korupsi karena
dengan adanya penelitian ini masyarakat dapat memetakan kecenderungan perilaku dari
pelaku korupsi. Peran aktif dari masyarakat misalnya dengan mengubah sikap permisif
terhadap tindakan koruptif dengan selalu mewaspadai adanya korupsi dan tidak ragu
untuk melapor kepada pihak yang berwenang bila masyarakat mengetahui terjadinya
tindakan koruptif.
DAFTAR PUSAKA
Dian,m.(2023).buku pendidikan anti korupsi.global eksekutif teknologi.
Irfan dan cristin,p.(2022).analisis perilaku korupsi aparatur pemerintah di Indonesia(studi pada
pengelolaan bantuan sosial di era pandemi covid-19).jurnal media birokasi.vol 4,no 2
Fransisco,dkk.(2023).analisis ruridis pemidanaan kasus korupsi dana bantuan sosial covid-19
menteri Sosial juliari batu bara
Ridwan,a.& Devanda,p.(2018).korupsi kolektif(korupsi berjamaah di in di Indonesia:antara
faktor penyebab dan penegakkan hukum).jurnal hukum vol 1801

Anda mungkin juga menyukai