Disusun oleh :
Kelompok 3 / Kelas 3A
Dosen Pembimbing :
Jalan Raya Ragunan No.29, RT.6/RW.1, Pasar Minggu, RT.6/RW.1, Jati Padang,
Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 3
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita. Dengan demikian
kami selaku penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Korupsi dan
Sejarah Korupsi di Era Orde Baru”.
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyampaian materi, susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala
masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kedepannya
kami dapat membuat makalah lebih baik lagi.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bisa
memberi manfaat bagi pembaca.
(Penyusun)
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai
suatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama
ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang
yang terlibat sejak dari perencanaan sampai pada pelaksanaan) dan
pembiayaan.
1
dan aji mumpung. Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak
ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika
kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi
sampai pada titik nadir yang paling rendahmaka jangan harap negara ini
akan mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk
menjadi sebuah negara yang maju. Karena korupsi membawa dampak
negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.
Sorotan masyarakat yang demikian tajam tersebut harus difahami sebagai
bentuk kepedulian dan sebagai motivator untuk terus berjuang mengerahkan
segala daya dan strategi agar maksud dan tujuan pemberantasan korupsi
dapat lebih cepat, dan selamat tercapai. Selain itu, diperlukan dukungan
yang besar dari segenap kalangan akademis untuk membangun budaya anti
korupsi sebagai komponen masyarakat berpendidikan tinggi.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah berasal dari bahasa latin corruption yaitu dari
kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok.secara harfiah, korupsi diartikan sebagai perilaku
pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang
dekat dengannya, dengan menyalahgunakan publik yang dipercayakan
kepada mereka.
3
uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting
untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan. Tergantung dari
negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap
korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal
di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.
Dari beberapa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang melekat
pada korupsi. Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan,
menggelapkan harta negara atau masyarakat. Kedua, melawan norma-
norma yang sah dan berlaku. Ketiga, penyalahgunaan kekuasaan atau
wewenang atau amanah yang ada pada dirinya. Keempat, demi kepentingan
diri sendiri, keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga instansi tertentu.
Kelima, merugikan pihak lain, baik masyarakat maupun negara.
4
baru (new pardigm) yang merupakan perubahan paradigma (shifting
paradigm) ke arah yang lebih baik dan komprehensif dalam memahami
upaya pemberantasan korupsi.
Pada masa Orde Lama, semua pajak yang disematkan dalam setiap
perdagangan, baik ekspor maupun impor disesuaikan dengan nilai barang
yang dikirim. Besaran nilai ditentukan oleh pemerintah daerah setempat.
5
Dalam kebijakan awal, perizinan ekspor impor barang harus
dilakukan di Jakarta. Kondisi ini membuat sejumlah perusahaan
membangun kantor cabang di ibu kota. Namun, pemerintah Orde Baru
memutuskan mengubah sistem perpajakan di mana perhitungan pajak
ditentukan sepenuhnya oleh pusat.
Selain itu pada awal era ini muncul kebijakan pemerintah untuk para
pemodal asing masuk ke Indonesia dalam berbagai bidang karya, termasuk
untuk penambangan. Pada masa ini seluruh kekayaan alam Indonesia mulai
dikuras habis-habisan.
Mulai dari minyak bumi, nikel, tembaga, emas, mangan, batu bara
dan seluruhnya, dikuasai pemodal asing. Begitu pula perusahaan-
perusahaan asing lainnya yang mulai masuk menguasai berbagai bidang
stragegis lain. Beberapa diantaranya membuat perusahaan bernama
Indonesia agar terlihat seperti perusahaan nasioal agar tak kentara.
Masyarakat akan susah untuk merubah watak, sikap dan sifat, serta
mental dan cara berpikirnya. Semua akan memiliki jiwa korupsi dalam
berbagai cara. Inilah yang tak diketahui oleh pejabat di era Orde Baru.
6
Pada masa ini struktur pemerintahan sangat kuat namun tak terbuka
kepada rakyat. Dimana dari kepala negara, dewan legislatif, dewan
yudikatif, menteri dan gubernur hingga walikota dan bupati semua dipilih
langsung dari atas, bukan dari bawah.
Pada masa Orde Baru ini, kasus korupsi begitu merebak dari warga
ultra kaya hingga komunitas yang bisa dibilang semi primitive.
7
mulai ada istilah “korupsi berjama’ah”, dan tak ada satupun yang berani
melawan mereka karena strukturnya kuat dan tertutup.
Bicara pejabat yang korupsi pada masa ini adalah suatu ketabuan
bahkan dapat mengancam nyawa. Bahkan di ruang tertutup, seakan tembok
pun bisa tahu dan seakan dapat menjadi mata-mata untuk mengadu. Rakyat
tahu semuanya, namun tetap tutup mulut tak berani bersuara, apalagi
bertindak.
Sejarah kelam orde baru dengan bentuk korupsinya tak boleh kita
lupakan begitu saja. Karena warisan korupsi era orde baru masih bisa kita
rasakan hingga kini terutama masalah pungli dilingkungan PNS.
Pemerintah saat ini melalui revolusi mental yang diharapakan bisa
diterapkan di periode kedua, juga diharapkan bisa merevolusi budaya
korupsi warisan orba. Kalau tidak jangan harap Indonesia mengalami
perubahan ke arah negara maju.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan
dalam suatu masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan.
Korupsi merupakan tindakan tak terpuji yang saat ini sudah begitu mendarah
daging dalam kehidupan. Korupsi tak hanya menyinggung permasalahan
dalam politik namun juga hal kecil lainnya yang merugikan orang lain.
Dalam hal ini, korupsi yang dilakukan pada era orde baru, kasus korupsi
begitu merebak dari warga ultra kaya hingga komunitas yang bisa dibilang
semi primitive. Budaya “uang rokok” sogok-menyogok dan sejenisnya,
semua cuci otak dan terjadi pembiaran, dimana gaji dan kemewahan
seseorang tidak sebanding walau pakai rumus matematika sekalipun yang
banyak menimbulkan tanda tanya.
Hal yang terus berlanjut itu akan mengubah cara pandang dan sikap
masyarakat, masyarakat seakan abai akan korupsi yang merugikan
masyarakat itu sendiri.
3.2 Saran
Sadar diri untuk tidak melakukan korupsi adalah hal yang wajib diterapkan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebaiknya pendidikan budaya
anti korupsi diajarkan kepada masyarakat Indonesia sejak dini.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://piuskarel.wordpress.com/2017/01/22/makalah-korupsi-
pengantar-ilmu-sosial/
https://www.academia.edu/10027417/Contoh_Makalah_Korupsi
https://seword.com/umum/sejarah-awal-mula-korupsi-di-indonesia-
era-orde-baru-VHPYEXXF1B
https://batam.tribunnews.com/2019/12/04/sejarah-pemberantasan-
korupsi-di-indonesia-dari-masa-orde-baru-hingga-reformasi?page=3
10