Anda di halaman 1dari 14

Korupsi dan Sejarah Korupsi di Era Orde Baru

Disusun oleh :

Kelompok 3 / Kelas 3A

Dosen Pembimbing :

Netty Thamaria Pakpahan, SH, MH

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

D-III ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN

Jalan Raya Ragunan No.29, RT.6/RW.1, Pasar Minggu, RT.6/RW.1, Jati Padang,
Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 3

1. Achtoni Akbar Al Ghifari (P24840419001)

2. Alifia Ningrum (P24840419005)

3. Annisa Viryal (P24840419009)

4. Dhea Permatasari (P24840419019)

5. Indah Novita (P24840419032)

6. Kevin Audy (P24840419036)

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita. Dengan demikian
kami selaku penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Korupsi dan
Sejarah Korupsi di Era Orde Baru”.

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyampaian materi, susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala
masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kedepannya
kami dapat membuat makalah lebih baik lagi.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bisa
memberi manfaat bagi pembaca.

Jakarta, 19 Agustus 2020

(Penyusun)

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II .....................................................................................................................3
PEMBAHASAN .....................................................................................................3
2.1 Pengertian Korupsi ..................................................................................... 3
2.2 Sejarah Korupsi di Era Orde Baru ........................................................... 5
BAB III ....................................................................................................................9
PENUTUP ...............................................................................................................9
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 9
3.2 Saran ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai
suatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama
ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang
yang terlibat sejak dari perencanaan sampai pada pelaksanaan) dan
pembiayaan.

Diantara dua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor


manusianya.indonesia merupakan salah satu negara terkaya di asia dilihat
dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya,
negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan asia
bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara
yang miskin. mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah
rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya
dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas
moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat
kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan terjadinya
korupsi.korupsi di indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social
(penyakit social) yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah
mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar.
Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan
pengurasankeuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan
anggota legislatif dengan dalih studi banding, thr, uang pesangon dan
lainsebagainya di luar batas kewajaran.

Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi


hampir di seluruh wilayah tanah air. Hal itumerupakan cerminan rendahnya
moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan

1
dan aji mumpung. Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak
ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika
kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi
sampai pada titik nadir yang paling rendahmaka jangan harap negara ini
akan mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk
menjadi sebuah negara yang maju. Karena korupsi membawa dampak
negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.
Sorotan masyarakat yang demikian tajam tersebut harus difahami sebagai
bentuk kepedulian dan sebagai motivator untuk terus berjuang mengerahkan
segala daya dan strategi agar maksud dan tujuan pemberantasan korupsi
dapat lebih cepat, dan selamat tercapai. Selain itu, diperlukan dukungan
yang besar dari segenap kalangan akademis untuk membangun budaya anti
korupsi sebagai komponen masyarakat berpendidikan tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan korupsi?


2. Bagaimana sejarah korupsi di era orde baru ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian korupsi


2. Mengetahui sejarah korupsi di era orde baru

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah berasal dari bahasa latin corruption yaitu dari
kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok.secara harfiah, korupsi diartikan sebagai perilaku
pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang
dekat dengannya, dengan menyalahgunakan publik yang dipercayakan
kepada mereka.

Korupsi adalah suatu kejahatan yang luar biasa, maka metode


pemecahannya tidak bisa dipakai dengan cara-cara konvensional. Banyak
para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jika dilihat dari struktrur
bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi
sebagi tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan
guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan
negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari
kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber
kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan
formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk
memperkaya diri sendiri.

Semua bentuk pemerintah-pemerintahan rentan korupsi dalam


prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam
bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya.
Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan
oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama
sekali. Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk
sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering
memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian

3
uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting
untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan. Tergantung dari
negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap
korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal
di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

 Menurut Undang - Undang : Menurut Undang-Undang No.31 Tahun


1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk
dalam tindak pidana korupsi adalah:

“Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum,


melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.”

 Menurut Para Ahli : Haryatmoko : Korupsi adalah upaya campur


tangan menggunakan kemampuan yang didapat dari posisinya untuk
menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang atau
kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.

Dari beberapa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang melekat
pada korupsi. Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan,
menggelapkan harta negara atau masyarakat. Kedua, melawan norma-
norma yang sah dan berlaku. Ketiga, penyalahgunaan kekuasaan atau
wewenang atau amanah yang ada pada dirinya. Keempat, demi kepentingan
diri sendiri, keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga instansi tertentu.
Kelima, merugikan pihak lain, baik masyarakat maupun negara.

Upaya pemberantasan korupsi adalah bagian dari akuntabilitas sosial, dalam


artian bukan hanya tanggung jawab milik pemerintah dan lembaga lainnya.
Akan tetapi peran serta masyarakat adalah yang paling urgen dalam
mencegah dan memberantas korupsi. Oleh karenya, perlu ada paradigma

4
baru (new pardigm) yang merupakan perubahan paradigma (shifting
paradigm) ke arah yang lebih baik dan komprehensif dalam memahami
upaya pemberantasan korupsi.

2.2 Sejarah Korupsi di Era Orde Baru


Masa Orde baru dapat dibilang masa yang paling banyak
mengeluarkan peraturan soal pemberantasan korupsi karena masa
pemerintahannya juga panjang. Kendati banyak mengelurkan peraturan-
peraturan, tidak banyak yang dapat berlaku efektif untuk memberantas
korupsi.

Menyambung pidatonya di hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus


1970, pemerintahan Soeharto juga mengeluarkan UU No. 3 tahun 1971
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Peraturan tersebut menyatakan bahwa akan diterapkan pidana


penjara maksimum seumur hidup dan denda maksimum Rp 30 juta bagi
semua delik yang masuk kategori korupsi..

Presiden Soeharto pernah membuat kebijakan anti-korupsi tentang


Penyelenggara Negara yang bersih. Tapi karena kuatnya dari KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), serta tak adanya restu politik, progam ini
kurang efektif membasmi koruptor.

Apalagi mereka yang berada di posisi strategis. Korupsi dimulai dari


penguasaan tentara atas bisnis-bisnis strategis. Hal inilah yang membuat
pemberantasan korupsi justru menjadi tumpul.

Pada masa Orde Lama, semua pajak yang disematkan dalam setiap
perdagangan, baik ekspor maupun impor disesuaikan dengan nilai barang
yang dikirim. Besaran nilai ditentukan oleh pemerintah daerah setempat.

Namun usai tragedi gerakan 30 September, dan Orde Baru berkuasa,


kebijakan berubah. Kebijakan ekspor tak lagi dipegang daerah, melainkan
pemerintah pusat. Kondisi ini menyebabkan perpindahan besar-besaran
kantor pusat yang bermula berada di daerah ke Jakarta.

5
Dalam kebijakan awal, perizinan ekspor impor barang harus
dilakukan di Jakarta. Kondisi ini membuat sejumlah perusahaan
membangun kantor cabang di ibu kota. Namun, pemerintah Orde Baru
memutuskan mengubah sistem perpajakan di mana perhitungan pajak
ditentukan sepenuhnya oleh pusat.

Itulah yang menjadi awal mula korupsi, kebijakan yang sebelumnya


didasarkan kepada daerah masing-masing diubah dengan sistem sentralistik.
Kondisi itu menyebabkan terjadinya kongkalikong antara pengusaha dan
birokrat agar cepat merealisasikan permintaan mereka. Sejak saat ini
korupsi justru semakin mewabah dan mengakar kuat di segala sendi-sendi
penting pemerintahan dan swasta layaknya kanker.

Selain itu pada awal era ini muncul kebijakan pemerintah untuk para
pemodal asing masuk ke Indonesia dalam berbagai bidang karya, termasuk
untuk penambangan. Pada masa ini seluruh kekayaan alam Indonesia mulai
dikuras habis-habisan.

Mulai dari minyak bumi, nikel, tembaga, emas, mangan, batu bara
dan seluruhnya, dikuasai pemodal asing. Begitu pula perusahaan-
perusahaan asing lainnya yang mulai masuk menguasai berbagai bidang
stragegis lain. Beberapa diantaranya membuat perusahaan bernama
Indonesia agar terlihat seperti perusahaan nasioal agar tak kentara.

Hal ini terjadi selama berpuluh-puluh tahun lamanya dan


menjadikannya bak “cuci otak” bagi rakyat Indonesia. Dimana ketika terjadi
korupsi di depan mata, orang sudah menganggapnya sebagai suatu hal yang
biasa karena sudah terbiasa. Keadaan ini sangat tidak baik, karena selain di
cuci otak ke dalam alam bawah sadar, juga akan membuat suatu “generasi
yang hilang” di masa depan.

Masyarakat akan susah untuk merubah watak, sikap dan sifat, serta
mental dan cara berpikirnya. Semua akan memiliki jiwa korupsi dalam
berbagai cara. Inilah yang tak diketahui oleh pejabat di era Orde Baru.

6
Pada masa ini struktur pemerintahan sangat kuat namun tak terbuka
kepada rakyat. Dimana dari kepala negara, dewan legislatif, dewan
yudikatif, menteri dan gubernur hingga walikota dan bupati semua dipilih
langsung dari atas, bukan dari bawah.

Pada masa Orde Baru ini, kasus korupsi begitu merebak dari warga
ultra kaya hingga komunitas yang bisa dibilang semi primitive.

Budaya “uang rokok” sogok-menyogok dan sejenisnya, semua cuci


otak dan terjadi pembiaran, dimana gaji dan kemewahan seseorang tidak
sebanding walau pakai rumus matematika sekalipun yang banyak
menimbulkan tanda tanya.

Contoh kecil misalnya, pegawai negeri bisa punya rumah mewah,


polisi bisa punya mobil mahal, tentara bisa punya beberapa rumah. Memang
tidak mengapa untuk memiliki semua itu, namun tidak mungkin didapat
dengan gaji pada masa lalu. Hitungan matematika tidak berlaku.

Pegawai yang sebelumnya hanya berniat memiliki rumah kontrakan,


kini bisa membeli satu bahkan lebih. Rising demand ini juga menyebabkan
praktik kolusi antara pengusaha, birokrat dan politikus akibat proyek-
proyek yang seluruhnya ditangani kekuasaan.

Tak hanya itu, korupsi yang menjangkiti pejabat maupun PNS di


negeri ini terjadi akibat adanya perubahan gaya hidup akibat overcentralistic
atau sentralistik yang berlebihan.

Dimana akhirnya setiap orang terdorong menjadi konsumerisme


dengan berdirinya berbagai pusat perbelanjaan, serta tingginya keinginan
untuk memiliki sesuatu.

Budaya feodal juga diyakini masih mengikat sebagian besar


masyarakat. Ketika pejabatnya korupsi, tindakan serupa juga diikuti
bawahannya.

Alhasil, pengawasan tidak bisa dilakukan karena atasannya keburu


merasa berdosa. Korupsi yang dilakukan pusat juga diikuti daerah. Disinilah

7
mulai ada istilah “korupsi berjama’ah”, dan tak ada satupun yang berani
melawan mereka karena strukturnya kuat dan tertutup.

Bicara pejabat yang korupsi pada masa ini adalah suatu ketabuan
bahkan dapat mengancam nyawa. Bahkan di ruang tertutup, seakan tembok
pun bisa tahu dan seakan dapat menjadi mata-mata untuk mengadu. Rakyat
tahu semuanya, namun tetap tutup mulut tak berani bersuara, apalagi
bertindak.

Sejarah kelam orde baru dengan bentuk korupsinya tak boleh kita
lupakan begitu saja. Karena warisan korupsi era orde baru masih bisa kita
rasakan hingga kini terutama masalah pungli dilingkungan PNS.
Pemerintah saat ini melalui revolusi mental yang diharapakan bisa
diterapkan di periode kedua, juga diharapkan bisa merevolusi budaya
korupsi warisan orba. Kalau tidak jangan harap Indonesia mengalami
perubahan ke arah negara maju.

8
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan
dalam suatu masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan.
Korupsi merupakan tindakan tak terpuji yang saat ini sudah begitu mendarah
daging dalam kehidupan. Korupsi tak hanya menyinggung permasalahan
dalam politik namun juga hal kecil lainnya yang merugikan orang lain.

Dalam hal ini, korupsi yang dilakukan pada era orde baru, kasus korupsi
begitu merebak dari warga ultra kaya hingga komunitas yang bisa dibilang
semi primitive. Budaya “uang rokok” sogok-menyogok dan sejenisnya,
semua cuci otak dan terjadi pembiaran, dimana gaji dan kemewahan
seseorang tidak sebanding walau pakai rumus matematika sekalipun yang
banyak menimbulkan tanda tanya.

Hal yang terus berlanjut itu akan mengubah cara pandang dan sikap
masyarakat, masyarakat seakan abai akan korupsi yang merugikan
masyarakat itu sendiri.

3.2 Saran
Sadar diri untuk tidak melakukan korupsi adalah hal yang wajib diterapkan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebaiknya pendidikan budaya
anti korupsi diajarkan kepada masyarakat Indonesia sejak dini.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://piuskarel.wordpress.com/2017/01/22/makalah-korupsi-
pengantar-ilmu-sosial/

https://www.academia.edu/10027417/Contoh_Makalah_Korupsi

https://seword.com/umum/sejarah-awal-mula-korupsi-di-indonesia-
era-orde-baru-VHPYEXXF1B

https://batam.tribunnews.com/2019/12/04/sejarah-pemberantasan-
korupsi-di-indonesia-dari-masa-orde-baru-hingga-reformasi?page=3

10

Anda mungkin juga menyukai