Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PAPER PANCASILA

KORUPSI DAN IMPLEMENTASI SILA DALAM PANCASILA :


PANCASILA SEBAGAI LANDASAN HUKUM BAGI PARA
KORUPSI

Dosen : Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si.

Disusun oleh:

Dinda Yunita Sari

2214181015

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNNIVERSITAS LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah Swt. Tuhan pencipta semesta alam yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta yang telah memberikan kami karunia kesehatan
sehingga dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah ini dengan sebaik-baiknya. Tak lupa pula
kami kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah
hingga akhir zaman.

Alhamdullilahi Robbil Alamin tugas karya ilmiah ini dapat saya selesaikan
dengan sebaik – baiknya, Sehingga dapat memenuhi tugas akhir mata kuliah pendidikan
pancasila dan dapat sebagai bahan penambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang
bermanfaat.

Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
pendidikan pancasila. penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu penulis
sebagai penyusun kaya tulis ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca
makalah ini terutama dosen mata kuliah Pendidikan pancasila yang kami harapkan sebagai
bahan koreksi untuk Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu issue terbesar untuk dituntaskan oleh negara Indonesia yaitu korupsi.
Korupsi telah muncul disegala aspek kehidupan negara Indonesia, Bahkan dari sektor
terkecilpun korupsi bisa saja terjadi. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan
kehidupan masyarakat, kini korupsi makin luas dalam hal bentuk-bentuknya, serta metode
tindak pidana korupsi, perbuatan korupsi yang makin berkembang bentuk dan metode
tersebut, menjadikan korupsi sebagai masalah negara yang sangat masih banyak dilakukan.

Indonesia telah memiliki sistem hukum positif yang mengakomodasikan untuk


memberantas tindak pidana korupsi. Bahkan telah dibuat lembaga untuk memberantas
korupsi, namun sejauh ini, justru para penegak hukumlah yang melakukan tindakan
korupsi. Bahkan kejaksaan dianggap sebagai lembaga paling tinggi kedudukan didalam
hukum. Kenyataannya, dapat dilihat bahwa masih banyak kasus-kasus korupsi yang belum
tuntas, hal ini menjadi indikator bahwa lembaga yudikatif Indonesia belum dapat maksimal
untuk memberantas tindak pidana korupsi. Apabila hal ini makin berlanjut, maka dapat
berdampak pada berkurangnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap lembaga hukum di
Indonesia untuk memberantas korupsi, melambatnya pertumbuhan ekonomi Negara dan
meningkatnya kemiskinan di Indonesia.

Indonesia memiliki Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Yang
didalamnya memuat mengenai dasar-dasar moral dan karakter yang seharusnya dimiliki
bangsa Indonesia, meskipun zaman makin berkembang. Pancasila menjadi suatu dasar
moral dan karakter yang diambil dari budaya dan kemurnian bangsa Indonesia untuk
bertindak. Karena nilai- nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila merupakan
kristalisasi dari kebudayaan dan kepribadian luhur bangsa Indonesia. Pancasila sudah
menjadi bagian dari proses tatanan kehidupan bermasyakat, berbangsa dan bernegara
sehingga sudah tepat jika pancasila merupakan kepribadian bangsa.
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari korupsi


2. Untuk mengetahui dampak dari korupsi
3. Untuk mengetahui peran pancasila dalam tindakan korupsi
BAB II

ISI

1. Pengertian Korupsi

Menurut sitepu (2004), korupsi adalah Perilaku koruptif manusia yang


dimaksudkan untuk menguntungkan diri sendiri atau kelompoknya, dan memiliki variasi
yang beranekaragam, sehingga pola-pola tindakan korupsi juga banyak variasinya. Itulah
yang kompleks, sekompleks persoalan yang dihadapi oleh suatu masyarakat atau
pemerintahan. Demikian pula, mendefinisikan korupsi bukan pekerjaan yang mudah.
Sebagaimana dinyatakan oleh Phil Williams, meningkatnya ragam korupsi akibat
kecanggihan para pelaku yang menyebabkan pendefinisian korupsi terus dikaji ulang agar
mendapat pemahaman yang sistematis.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi berasal dari kata korup artinya:
buruk, rusak, busuk; suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat
disogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi (Pusat Bahasa Depdiknas,
2002: 596-596). Dalam kamus tersebut, korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau
orang lain (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002: 597). Dari istilah-istilah tesebut, korupsi
dipahami sebagai perbuatan busuk, rusak, kotor, menggunakan uang atau barang milik lain
(perusahaan atau negara) secara menyimpang yang menguntungkan diri sendiri.

Korupsi menurut beberapa ahli berpendapat sebagai berikut :

a. Webster’s Third New International Dictionary mengartikan korupsi sebagai


ajakan dari seorang pejabat politik dengan pertimbangan-pertimbangan yang
tidak semestinya (misalnya suap) untuk melakukan pelanggaran tugas
(Klitgaard, 2005: 29).
b. Oxford English Dictionary mengartikan korupsi sebagai perbuatan tidak wajar
dari integritas melalui penyuapan atau penyogokan. Korupsi juga bermakna
pervert, defile, make venal, bribe (Tarling, 2005: 5). Dalam konteks ini, korupsi
diartikan sebagai perbuatan tidak wajar, kotor, cemar, dapat disogok dan
menyogok.
c. Joseph Nye mengartikan korupsi sebagai behavior which deviates from the
normal duties of a public role because of private regarding (personal, close
family, private clique) pecuniary or status gains or vialotes rule against the
exercise of certain types of private-ragarding influence (Wibowo, 2006: 5).
Definisi tersebut menjelaskan bahwa korupsi merupakan perilaku menyimpang
dari tugas-tugas normal pejabat publik..
d. Kuper dan Kuper sebagaimana dikutip Nugroho D dan Tri Hanurita S (2005:
113) mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan wewenang oleh pejabat
pemerintah atau politisi bagi keuntungan mereka sendiri. Tidak jauh berbeda
dengan pengertian tersebut, Senturia memberi batasan korupsi sebagai
penyalahgunaan kekuasaan yang dipercayakan untuk kepentingan pribadi
(Nugroho D dan Tri Hanurita S., 2005: 113).

2. Dampak Korupsi

Akibat yang terjadi sebagai dampak dari korupsi adalah sebagai berikut:
a. Demokrasi

Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena


pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan
jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit
legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
suap.

b. Kesejahteraan Umum Negara


Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga
negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan
pemberi sogok, bukannya rakyat luas.

c. Korupsi berdampak padapenurunan kualitas moral dan akhlak

Baik individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan


ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan korupsi juga
akan menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama.

d. Ekonomi

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan


ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos
niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi
dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan..

3. Korupsi Dalam Kaitan Nilai – Nilai Pancasila

Hakikat sila-sila pancasila (substansi pancasila) merupakan nilai-nilai,


sebagai pedoman Negara yang berupa norma, dan aktualisasinya. Korupsi sebagai
perilaku yang menyimpang dari tugas formal sebagai pegawai publik untuk
mendapatkan keuntungan finansial atau meningkatkan status kualitas hidup bangsa
Indonesia realitanya, bila melaksanakan prinsip-prinsip dasar pancasila yang
nantinya akan memberikan pola bagi sikap, tingkah laku dan perbuatan bangsa
Indonesia .untuk itu maka dalam pamahaman terhadap nilai-nilai Pancasila akan
membentuk:

a. Rasa Kebangsaan

Rasa kebangsaan merupakan suatu perasaan rakyat, masyarakat dan bangsa.


Rasa kebangsaan yang membara dapat dijadikan modal dasar bagi upaya untuk
membuat masyarakat bangsa dihormati, dan disegani oleh bangsa lain di
dunia.dan merupakan perekat paling dasar dari setiap komponen bangsa yang
karena sejarah dan budayanya.

b. Paham Kebangsaan

Paham Kebangsaan merupakan pengertian yang mendalam tentang apa dan


bagaimana suatu bangsa mewujudkan masa depannya. Paham Kebangsaan
tidak boleh dikekang secara konservatif, akan tetapi harus diberikan aktualisasi
sesuai dengan perkembangan zaman. Dan dilandasi oleh pemahaman yang baik
tentang Wawasan Nusantara yang bertujuan mewujudkan kesatuan dalam
segenap aspek kehidupan nasional.

c. Semangat Kebangsaan

Pengertian Semangat Kebangsaan atau nasionalisme, merupakan perpaduan atau


sinergi dari Rasa Kebangsaan dan Paham Kebangsaan. Dengan peningkatan
Semangat Kebangsaan pada seluruh komponen bangsa, akan semakin
meningkatkan kemampuan bangsa untuk tetap bertahan hidup menghadapi
perkembangan lingkungan strategis yang serba cepat dan dinamis.

4. Pancasila Sebagai Sumber Hukum Untuk Memberantas Korupsi

Indonesia telah memiliki sumber hukum yang mempunyai berupa Pancasila, yang
sejak awal kemerdekaan hingga detik ini menjadi sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia. Pancasila sebagai dasar falsafah Indonesia memberikan konsekuensi logis
berupa segala bentuk aturan hukum yang ada di Indonesia didasarkan Pancasila. pancasila
sebagai juga tolak ukur segala tindakan pemerintah dalam membuat kebijakan, dan
masyarakat dalam melakukan tindakan-tindakan kehidupan sehari-hari. Cita hukum
pancasila dalam membangun sistem hukum, mempunyai tiga nilai sebagai berikut:
a. Nilai Dasar

yaitu asas-asas yang diterima sebagai dalil yang sedikit banyak mutlak. Nilai
dasar Pancasila tersebut adalah keTuhanan, kemanusiaan, persatuan, nilai
kerakyatan, nilai keadilan.

b. Nilai Instrumental
yaitu pelaksanaan umum dari nilai-nilai dasar terutama berbentuk norma hukum
yang selanjutnya dikristalisasikan dalam peraturan perundang-undangan.

c. Nilai Praktis
Nilai praksis sesungguhnya menjadi batu uji apakah nilai dasar dan nilai
instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat indonesia. Misalnya
kepatuhan masyarakat terhadap hukum atau penegakan hukum.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
1) korupsi adalah Perilaku koruptif manusia yang dimaksudkan untuk menguntungkan
diri sendiri atau kelompoknya, dan memiliki variasi yang beranekaragam, sehingga
pola-pola tindakan korupsi juga banyak variasinya. Sedangkan menurut d alam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi berasal dari kata korup artinya: buruk,
rusak, busuk; suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat
disogok.
2) Banyak dampak yang ditimbulkan oleh pelaku korupsi di antarnya demokrasi,
ekonomi, dan memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap pejabat atau pelaku
korupsi, hal tersebut juga berdampak turunnya moral dan akhlak, dapat terjadi
generasi penerus mencontoh perilaku buruk tersebut .
3) Pancasila merupakan nilai nilai yang menjadi pedoman warga Negara Indonesia
yang telah diwariskan oleh para leluhur. Pancasila sebagai dasar falsafah Indonesia
memberikan konsekuensi logis berupa segala bentuk aturan hukum yang ada di
Indonesia, dan mengatur norma norma yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Fransisco, Wawan. 2017. Pancasila sebagai Landasan Hukum Di Indonesia. Jurnal Hukum
Progresif. Vol , 9 .No, 1.

Handoyo, Eko. 2013. Pendidikan Antikorupsi. Ombak Anggota IKAPI: Semarang.

Maharani, D, dkk. 2021. Implementasi Pancasila Dalam Mengatasi Korupsi Di Indonesia.


Jurnal Pendidikan Tambusai. Vol.5. No.1.

Nugrahaningsih, W, dkk. 2014. Pancasila Sebagai Sumber Hukum Bagi Anti Dan
Menjunjung Hak Asasi Manusia. Jurnal Serambi Hukum. Vol. 8. No.2.

Wahyuningsih, S, dkk. 2022. Pemahaman Hukum Pendidikan Anti Korupsi Persfektif


Nilai- Nilai Pancasila. Jurnal Solusi. Vol. 20. No. 3.

Anda mungkin juga menyukai