Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

“Tantangan Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam Menanggulangi Faktor-Faktor


Penyebab dan Dampak Korupsi”

Disusun Oleh :

1. WA ODE SUYARTI (162301058)


2. FARIDA (162301044)
3. MUH. ABDUL WAHID (162301010)
4. RIFAN (162301163)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan dengan lancar. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga sahabat dan pengikutnya hingga
akhir zaman .Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah, Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami dan khususnya para mahasiswa .Kami
sadar bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pengampu kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah kami dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia................................................................................3
B. Korupsi di Indonesia..................................................................................................................3
C. Penyebab dan Dampak Korupsi.................................................................................................4
D. Peran Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai Lembaga Anti Korupsi di Indonesia.................7
E. Implementasi Nilai Pancasila Dalam Menyikapi Korupsi Di Indonesia....................................8
BAB III................................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam segi bahasa, kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio. Kata ini
sendiri memiliki kata kerja corrumpere yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalikkan atau menyogok. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara, perusahaan,
dsb, untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi bukan menjadi persoalan baru
dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sebab sejak zaman Belanda menjajah Indonesia,
korupsi sudah berkembang pesat sehingga menyebabkan kongsi dagang Belanda bangkrut
pada tahun 1602. Ketika Indonesia memperoleh kemerdekaan, persoalan korupsi belum
juga selesai mengingat karakter dasar manusia yang tidak pernah puas. Sehingga meski
sudah memperoleh kedudukan tinggi sekalipun, ketika ada peluang melakukan korupsi
ditambah system hukum yang lemah, menyebabkan korupsi masih berkembang pesat.
(Saputra, 2017)

Pada saat Indonesia mengalami masa Orde Baru, korupsi semakin berjalan sistemik
dan melibatkan para pejabat yang berkuasa dan mendapatkan pembiaran dari penegak
hukum. Koruptor dengan berbagai cara menguras anggaran negara demi memperkaya
kepentingan pribadi dan kelompoknya. Kondisi ini masih berlanjut sampai sekarang
ketika nafas kebebasan di era reformasi sudah berhembus kencang. Pasca reformasi tidak
menyurutkan berbagai tindakan korupsi bahkan semakin terasa marak korupsi yang
terjadi.

Bentuk korupsi di negara ini juga bermacam-macam, dimulai dari pungli di jalan-
jalan, mark up proyek, mafia peradilan, illegal loging sampai kredit macet yang
merugikan negara triliunan rupiah. Maka tidak salah kalau ada yang mengatakan bahwa
penyakit korupsi di negeri ini telah berkembang dalam tiga tahap, yaitu elitis, endemic,
dan sistemik. Pada tahap elitis, korupsi masih menjadi patologi sosial yang khas di
lingkungan para elit atau pejabat. Pada tahap endemic, korupsi mewabah menjangkau
lapisan masyarakat luas. Lalu taham yang kritis, ketika korupsi menjadi sistemik, setiap
individu di dalam system terjangkit korupsi di bangsa ini telah sampai pada tahap
sistemik. Praktek korupsi terjadi karena individu tidak mempunyai nilai-nilai moral yang
dapat mencega korupsi yang akan dilakukannya.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti pancasila sebagai dasar Negara Indonesia?
2. Bagaimana korupsi di Indonesia?
3. Apa penyebab dan dampak dari korupsi?
4. Bagaimana Peran Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai Lembaga Anti Korupsi
di Indonesia?
5. Bagaimana implementasi nilai pancasila dalam menyikapi korupsi di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti pancasila sebagai dasar Negara Indonesia.
2. Untuk mengetahui korupsi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui penyebab dan dampak dari korupsi.
4. Untuk mengetahui Peran Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai Lembaga Anti
Korupsi di Indonesia.
5. Untuk mengetahui implementasi nilai pancasila dalam menyikapi korupsi di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia

Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam pulau, suku, bahasa daerah, agama, ras
dan kebudayaan atau adat istiadat. Keanekaragaman ini yang menjadi latar belakang bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang multicultural. Kekayaan yang dimiliki oleh negara Indonesia
akan diwariskan kepada para generasi penerus bangsa untuk dijaga, dilestarikan dan
dipelihara dengan baik. Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau, suku, bahasa
daerah, agama, ras dan kebudaayaan, tetap bisa bersatu dengan dasar negara yang sama yaitu
Pancasila. Perbedaan yang ada dalam bangsa Indonesia, dan tetap dapat hidup bersama
dan berdampingan sehingga muncul semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, yakni berbeda-
beda tetapi tetap satu.

Pancasila ditawarkan Soekarno sebagai philosofische Grondslag (dasar, filsafat, atau


jiwa) dari Indonesia merdeka. Soekarno mau mengatakan bahwa niat dan keinginan
merdeka itu haruslah bulat, akan tetapi dasar yang akan dipakai bagi Indonesia
merdeka haruslah sesuatu yang sudah mendarah daging dan ada dalam semua sanubari rakyat
Indonsia. Dalam kerangka inilah Soekarno menyebut bahwa dasar negara Indonesia yang ia
pikirkan sudah ada dalam renungannya sejak 1918. Soekarno menguraikan dasar-dasar apa
saja yang perlu dimiliki bagi bangunan Indonesia merdeka. Dasar-dasar yang ia sebutkan
adalah kebangsaan Indonesia, internasionalisme (kemanusiaan), mufakat/permusyawaratan,
kesejahteraan (keadilan sosial), dan akhirnya Ketuhanan. Kelima prinsip itulah yang dia
namakan Pancasila dan diusulkan sebagai dasar negara Indonesia merdeka. (Dewantara,
2017)

B. Korupsi di Indonesia

Korupsi berasal dari Bahasa latin “corruption” atau “corruptus” yang berarti
kerusakan atau kebobrokan. Secara harafiah korupsi adalah kebusukan, keburukan,
kebejatan korupsi adalah perbuatan buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang dan
sebagainya. Korupsi dapat pula dijelaskan sebagai korup, artinya busuk, suka menerima suap,
memakai kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan sebagainya. Koruptor artinya orang yang
melakukan korupsi. (Saputra, 2017).

3
Korupsi merupakan penyakit sosial yang menggerogoti sendi-sendi bangsa dan
merusak tatanan hidup bernegara. Korupsi di Indonesia sudah tergolong extra ordinary crime
karena telah merusak, tidak hanya keuangan negara dan juga potensi ekonomi suatu negara,
namun juga sudah merusak pilar-pilar sosial budaya, moral, politik, dan tatanan hukum dan
keamanan nasional negara. Oleh karena itu, pemberantasannya tidak bisa hanya oleh
instansi tertentu saja dan tidak bisa dengan pendekatan parsial. Hal itu harus dilakukan secara
komprehensif dan bersama-sama, oleh lembaga penegak hukum, lembaga pemasyarakatan,
dan setiap individu sebagai anggota masyarakat. (Suroto, 2015)

Banyak komentar negatif bahkan sampai umpatan-umpatan terhadap perilaku dan


pelaku tindak pidana korupsi. Muak, jengkel, putus asa, marah, dan hal-hal negatif lain atas
langgeng dan menjamurnya perilaku korupsi. Terlebih dalam tayangan televisi, tersangka,
terdakwa, dan bahkan terpidana seakan-akan menunjukkan show force maupun berperilaku
sebagai celebrity.

Menjamurnya tindak pidana korupsi tentu membuat segenap bangsa Indonesia gundah
gulana. Ternyata korupsi terjadi pada pelbagai sektor dan juga kekuasaan eksekutif, legislatif,
dan yudikatif serta sektor swasta (private sector). Oleh karena itu pemberantasan korupsi
merupakan salah satu fokus utama Pemerintah dan Bangsa Indonesia. Upaya-upaya telah
ditempuh, baik untuk mencegah maupun memberantas korupsi secara serentak, mengingat
tindak pidana korupsi sebagai white collar crime serta sebagai kejahatan luar biasa (extra
ordinary crime). Upaya-upaya itu sebenarnya telah dilakukan dan diupayakan agar
membuahkan hasil berupa tumbuhnya itikad pemberantasan korupsi hingga ke pelosok
Indonesia. Pada masa reformasi, selain Kepolisian dan Kejaksaan sejumlah instansi
pelaksanaan dan pendukung pemberantasan korupsi juga dibentuk, antara lain Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK),
dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), juga telah dibentuk pengadilan khusus
tindak pidana korupsi. Semua itu dilakukan dalam rangka mengoptimalkan upaya
pemberantasan korupsi. (Waluyo, 2014)

C. Penyebab dan Dampak Korupsi


a) Faktor penyebab korupsi
1. Faktor penyebab internal
- Aspek sifat tamak
- Gaya hidup konsumtif
- Moral
2. Faktor penyebab eksternal
4
- Aspek social
- Aspek politik
- Aspek hokum
- Aspek ekonomi
- Aspek organisasi

Salah satu persoalan mendasar bangsa ini adalah masih maraknya perilaku koruptif
dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara oleh para penyelenggara Negara
selaku pelayan masyarakat.

Pancasila sebagai dasar negara belum mampu menjadi pedoman dalam menuntun para
penyelenggara negara dalam mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur atau
masyarakat sejahtera sebagaimana amanat UUD 1945. Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia merupakan asas kerohanian yang meliputi suasana kebatinan atau
cita-cita hukum, sehingga merupakan sumber nilai, norma serta kaidah baik moral
maupun hukum negara dan menguasai hukum dasar baik tertulis maupun tidak tertulis.
Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum di
Indonesia Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 kemudian dijabarkan
dalam pasal-pasal UUD 1945 serta hukum positif lainnya. Dengan demikian nilai-nilai
Pancasila, melalui peraturan-peraturan yang dibuat mengikat seluruh kehidupan
kenegaraan di Indonesia.

Dalam praktiknya tantangan implementasi Pancasila sebagai dasar negara tidak


mudah. Derasnya arus global yang berpaham individualistis. Negara adalah masyarakat
hukum yang disusun atas kontrak semua individu dalam masyarakat. Di sini kepentingan
harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi. Hak kebebasan individu hanya dibatasi
oleh hak yang sama yang dimiliki individu lain, bukan oleh kepentingan masyarakat. Di
samping itu, paham golongan (Class Theory). Negara adalah suatu susunan golongan
(kelas) untuk menindas kelas lain. Paham ini berhubungan dengan paham materialisme
sejarah (suatu ajaran yang bertitik tolak pada hubungan-hubungan produksi dan
kepemilikan sarana produksi serta berakibat pada munculnya dua kelas yang
bertentangan, kelas buruh dan kelas majikan dan semua itu terjadi dan berada dalam
sejarah kehidupan manusia). Juga dalam bentuk-bentuk ancaman lain seperti isu
penyebaran berita bohong, pola hidup konsumtif, kemalasan, kurang disiplin, pola hidup
konsumtif, perilaku negatif seperti menghasut, perbuatan atau tingkah laku yang
melanggar hukum, tindakan subversif dan lain sebagainya.

5
b) Dampak korupsi pada berbagai bidang
 Dampak Korupsi pada Bidang Ekonomi
Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat kalau uang rakyat dalam
praktek APBN dan APBD menguap oleh perilaku korupsi. Sekitar 30-40 persen
dana menguap karena dikorupsi, dan korupsi terjadi 70 persennya pada pengadaan
barang dan jasa oleh pemerintah.

 Dampak Korupsi terhadap Sosial dan Kemiskinan


Praktek korupsi menciptakan ekonomi biaya tinggi yang membebankan pelaku
ekonomi. Kondisi ekonomi biaya tinggi ini berimbas pada mahalnya harga jasa
dan pelayanan public karena harga yang ditetapkan harus dapat menutupi kerugian
pelaku ekonomi akibat besarnya modal yang dilakukan karena penyelewengan
yang mengarah ke tindak korupsi.

 Dampak Korupsi terhadap Birokrasi Pemerintah


Aparat hukum yang semestinya menyelesaikan masalah dengan adil dan tanpa
adanya unsur pemihakan, seringkali harus mengalahkan integritasnya dengan
menerima suap, iming-iming, gratifikasi atau apapun untuk memberikan
kemenangan.

 Dampak Korupsi terhadap Politik dan Demokrasi


Konstituen didapatkan dan berjalan karena adanya suap yang diberikan oleh
calon-calon pemimpin partai, bukan karena simpati atau percaya terhadap
kemampuan dan kepemimpinannya. Korupsi yang menyandera pemerintahan akan
menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi (system politik yang dikuasai
pemilik modal/kapitalis).

 Dampak Korupsi terhadap Penegakan Hukum


Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintahan sebagai
pengampu kebijakan negara diantaranya menghambat peran negara dalam
pengaturan alokasi dan menghambat negara melakukan pemerataan akses dan
aset.

 Dampak Korupsi terhadap Pertahanan Keamanan


Dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanandi antaranya melemahkan
alat utama sistem pertahanan (alutsista) dan SDM karena anggaran HANKAM
menguap siasia. Seringkali kita mendapatkan berita dari berbagai media tentang
bagaimana Negara lain begitu mudahnya menerobos batas wilayah Negara
Indonesia.

 Dampak Korupsi terhadap Kerusakan Lingkungan


Dampak korupsi terhadap lingkungan diantaranya menurunnya kualitas
lingkungan. Akibat yang dihasilkan oleh perusakan alam ini sangat merugikan

6
khususnya bagi kualitas lingkungan itu sendiri. Dari kasus ilegal loging saja
disinyalir kerugian negara yang terjadi sampai Rp30-42 triliun per tahun.

Kesimpulan

Korupsi mengakibatkan:

1. Melambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara;


2. Menurunnya investasi;
3. Meningkatnya kemiskinan;
4. Meningkatnya ketimpangan pendapatan; dan
5. Menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat di suatu negara.

D. Peran Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai Lembaga Anti Korupsi di Indonesia

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah serangkaian kegiatan untuk


mencegah dan memberantas terjadinya tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi,
supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang
pengadilan, dengan peran serta masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pemberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya sudah dilakukan sejak empat


dekade silam. Sejumlah perangkat hukum sebagai instrument legal yang menjadi dasar
proses pemberantasan korupsi di Indonesia juga telah disusun sejak lama. Sejak tahun
2002, KPK secara formal merupakan lembaga anti korupsi yang dimiliki Indonesia.
Pembentukan KPK didasari oleh UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi. Sesuai dengan UU tersebut, KPK memiliki tugas melakukan tugas kordinasi
dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi; penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan melakukan
pemantauan (monitoring) penyelenggaraan pemerintahan negara. (Badjuri, 2011)

Kewenangan yang dimiliki KPK adalah mengkoordinasikan penyelidikan,


penyidikan, penuntutan terhadap tindak pidana korupsi; meletakkan sistem pelaporan
dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi terkait;
melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, meminta laporan instansi terkait
mengenai pencegahan tindak pidana korupsi. Dengan demikian tugas dan kewenangan

7
yang dimiliki oleh KPK, maka KPK merupakan ujung tombak pemberantasan korupsi di
Indonesia.

E. Implementasi Nilai Pancasila Dalam Menyikapi Korupsi Di Indonesia

Pancasila merupakan cerminan kepribadian rakyat Indonesia sejatinya adalah


nilai ideal yang digariskan secara baik oleh pendiri bangsa. Ketika merumuskan Pancasila,
terdapat perdebatan yang mengarah kepada bagaimana model terbaik manusia Indonesia
di masa mendatang. Melalui diskusi intensif dan perdebatan intelektualitas, lahir konsepsi
Pancasila yang agung dan memiliki cita-cita luhur. Untuk itu, segala bentuk penyimpangan
dalam masyarakat Indonesia selayaknya dapat dikembalikan kepada lemahnya pemahaman
dan pengalaaman masyarakat Indonesia atas Pancasila. (Saputra, 2017)

Seperti yang diketahui, Indonesia berkembang enam agama resmi (Islam, Kristen
Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu) dan semuanya menolak korupsi.
Penolakan hadir disebabkan perilaku korupsi sangat berlawanan dengan semangat manusia
yang memiliki Tuhan dalam hidupnya. Secara nyata koruptor sudah menafikan adanya
tindakan yang merugikan orang lain dan perbuatan dosa yang kelak akan mendapatkan
pembalasannya.

Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini menegaskan tindakan korupsi
mengabaikan pengakuan persamaan derajat, saling mencintai, sikap tenggang rasa,
membela kebenaran dan keadilan. Seorang koruptor tidak memiliki rasa keadilan dan
keadaban, sebab hak yang seharusnya dimiliki rakyat diambil secara sepihak untuk
kepentingan pribadinya.

Persatuan Indonesia. Seorang koruptor mementingkan nafsu dan urusan pribadinya


saja, mengabaikan betapa kesalahan yang diperbuatnya merusak sendi kehidupan
perekonomian, pembangunan sosial, melemahkan budaya positif di masyarakat dan
melunturkan rasa kecintaan kepada bangsa dan negara. Dengan melakukan korupsi, maka
dirinya merusak persatuan nasional karena perbuatan yang dilakukannya berdampak
kepada seluruh masyarakat Indonesia yang tidak dapat merasakan kenikmatan dan hasil
pembangunan di Indonesia.

Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan. Munculnya perilaku koruptif khususnya di kalangan parlemen
jelas menabrak sila keempat. Kepercayaan masyarakat kepada parlemen luntur padahal

8
amanah mereka dalam sistem demokrasi dititipkan kepada para wakil rakyat. Ketika
wakil rakyat justru sibuk menguras anggaran negara, maka pelanggaran terhadap sila
keempat sudah terjadi dan mengundang sinisme masyarakat bahwa gedung wakil rakyat
tak ubahnya tempat pertemuan para koruptor.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tak ada lagi keadilan ketika
kesenjangan sosial semakin lebar disebabkan anggaran negara tidak lagi pro rakyat.
Kepentingan umum terganggu akibat tidak selesainya pembangunan karena dana
pembangunan tertahan di tangan para koruptor. Kemajuan pembangunan yang merata dan
kesempatan menikmati keadilan sosial hilang sudah ketika banyak sekali agenda
pembangunan tidak berjalan sesuai harapan.

Pancasila bukan sebuah bentuk aturan yang kaku dan bersifat terbuka. Sehingga
dalam implementasiannya dapat dikembangkan dalam berbagai dimensi kehidupan dan
melibatkan banyak pihak yang memiliki kepentingan sama menjaga dan mengamalkan nilai
Pancasila. Konteks mengatasi persoalan korupsi, implementasi nilai Pancasila dapat
dimulai dari kehidupan keluarga dengan membiasakan kewajiban menjalankan ajaran
agama sehingga mampu menjadi banteng moralitas dan garda terdepan dalam menilai
sebuah perbuatan baik-buruk maupun benar-salah kelak di mata Tuhan Yang Maha Esa.

Bagaimanapun korupsi bagaikan kata pepatah nila setitik, rusak susu sebelanga. Satu
orang manusia Indonesia melakukan korupsi maka dampaknya dirasakan seluruh masyarakat
Indonesia. Perbuatan korupsi akan merusak persatuan nasional karena mengakibatkan
pembangunan nasional terhenti disebabkan dana pembangunan dikorupsi oknum tertentu.
Seorang koruptor juga menjadi teladan buruk bagi generasi penerus, karena menciptakan
nilai negatif bahwa jika ingin kaya maka korupsilah. (Saputra, 2017)

Implementasi sila pertama sampai kelima dapat menggunakan banyak unsur


kehidupan seperti keluarga, masyarakat, pemerintah atau negara dan institusi pendidikan.
Semua ini bersinergi dalam mencegah dan menindak tegas perilaku korup di berbagai bidang
kehidupan. Selain itu perlu ditampilkan pula apresiasi terhadap personal maupun lembaga
sehingga dapat menjadi teladan bagi manusia Indonesia lainnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

9
Korupsi adalah salah satu tindakan atau penyakit berbahaya dalam kehidupan
masyarakat Indonesia karena sudah masuk ke dalam berbagai sendi kehidupan bangsa
Indonesia baik masyarakat atas maupun bawah, masuk ke dalam struktur pemerintahan baik
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dengan adanya korupsi dapat menghambat pembangunan
sosial, ekonomi, memperlemah karakter bangsa dan menghasilkan banyak dampak negatif
lainnya.

Usaha untuk menghadapi korupsi, rakyat Indonesia harus kembali memperkuat dan
menginternalisasikan nilai Pancasila dalam kepribadian dan sikap kesehariannya. Setiap
orang beragama pasti menolak perbuatan korupsi karena merusak nilai keadilan dan
keadaban sebagai makhluk Tuhan yang memiliki nilai kemanusiaan untuk tidak mudah
merampas hak orang lain. Korupsi juga membuat rakyat tidak percaya kepada pemimpinnya
sehingga jelas melanggar sila keempat. Dengan adanya korupsi pula sisi keadilan sosial
masyarakat Indonesia terusik karena menciptakan kesenjangan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia yang menjauhkan kita dari cita-cita negara adil dan Makmur sebagaimana
mimpi para pendiri bangsa ketika mendeklarasikan negara Indonesia.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang makalah
dengan sumber-sumber yan lebih banyak dan dapat lebih dipertanggung jawabkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Saputra, I. (2017). Implementasi Nilai Pancasila dalam Mengatasi Korupsi di Indonesia.


PPKn, 2(1), 9–17.
Suroto. (2015). Terapi Penyakit Korupsi : Peran Pkn. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan,
5(10), 766–772.
Waluyo, B. (2014). OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI DI
INDONESIA Bambang Waluyo Kejaksaan Agung Republik Indonesia Email.
Jurnal Yuridis, 1(2),
169–182.
Yustisia. (2014). Pemahaman Masyarakat Tentang Korupsi. Yustisia Jurnal Hukum, 3(1),
80–88. https://doi.org/10.20961/yustisia.v3i1.10124

Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi. (2018). Pendidikan Anti Korupsi untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Tim Penulis Buku Pendidikan Kewarganegaraan. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan


untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

11
12

Anda mungkin juga menyukai