Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

KASUS KORUPSI DANA IBADAH HAJI OLEH SURYADHARMA ALI


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PBAK
Dosen Pengampu : Yamtana, SKM. M.kes

Disusun oleh :

Asila Hanunnisa

P07133216032

DIV KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul “KASUS
KORUPSI DANA IBADAH HAJI OLEH SURYADHARMA ALI”. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah berikutnya.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga
amal baik dan bantuan dari semua pihak mendapatkan pahala dari Allah SWT, Amin.

Yogyakarta, 17 Oktober 2017


Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari


keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya,
negaratercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah
merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin.
Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya.
Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi
juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan
rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan
terjadinya korupsi.Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi
sosial (penyakit sosial) yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah
mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar. Namun
yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan
pengurasankeuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan
anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan lain
sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan
negara demikian terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan
cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah
sikap kerakusan dan aji mumpung.
Masyarakat Indonesia bahkan dunia terus menyoroti upaya Indonesia
dalam mencegah dan memberantas korupsi. Masyarakat dan bangsa Indonesia
harus mengakui, bahwa hal tersebut merupakan sebuah prestasi, dan juga harus
jujur mengatakan, bahwa prestasi tersebut, tidak terlepas dari kiprah KPK sebagai
lokomotif pemberantasan dan pencegahan korupsi di Indonesia. Berbagai upaya
pemberantasan korupsi, pada umumnya masyarakat masih dinilai belum
menggambarkan upaya sunguh-sunguh dari pemerintah dalam pemberantasan
korupsi di Indonesia. Berbagai sorotan kritis dari publik menjadi ukuran bahwa
masih belum lancarnya laju pemberantasan korupsi di Indonesia. Masyarakat
menduga masih ada praktek tebang pilih dalam pemberantasan korupsi di
Indonesia.
Sorotan masyarakat yang demikian tajam tersebut harus difahami sebagai
bentuk kepedulian dan sebagai motivator untuk terus berjuang mengerahkan
segala daya dan strategi agar maksud dan tujuan pemberantasan korupsi dapat
lebih cepat, dan selamat tercapai. Selain itu, diperlukan dukungan yang besar dari
segenap kalangan akademis untuk membangun budaya anti korupsi sebagai
komponen masyarakat berpendidikan tinggi.
Salah satu kasus korupsi yang terjadi di Indonesia adalah kasus korupsi
dana ibadah haji oleh mantan menteri agama yang sudah ditetapkan sebagai
tersangka dan telah menjalani hukuman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari korupsi ?
2. Bagaimana kronologi contoh kasus korupsi di Indonesia ?
3. Apa saja undang – undang dan pasal yang menjerat kasus tersebut ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui kronologi kasus korupsi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui undang – undang dan pasal yang yang menjerat kasus
korupsi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang


bermakna busuk,rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupunpegawai negeri, serta pihak lain yang
terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidaklegal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari
struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi
tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan
pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan
menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan
hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan
rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang
paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi
dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan
sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada
sama sekali.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan
jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim
menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia
menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia
mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah.
Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiah dalam bentuk balas jasa
juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas
jasa dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk
diteruskan kepada keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-orang
yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai
korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di
dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan
pribadi dengan masyarakat.

B. Contoh Kasus Korupsi di Indonesia

Kasus korupsi dana ibadah haji oleh Suryadharma Ali.


Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si. (lahir di Jakarta, 19 September 1956;
umur 61 tahun) adalah Menteri Agama Indonesia dari 22 Oktober 2009 hingga 28
Mei 2014. Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah pada Kabinet Indonesia Bersatu. Ia menyelesaikan pendidikan
sarjananya di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada tahun 1984. Pada
tahun 1985 ia berkarier di PT. Hero Supermarket, hingga tahun 1999 di mana ia
menduduki posisi Deputi Direktur perusahaan ritel tersebut. Selain itu, ia juga
aktif di berbagai organisasi ritel di Indonesia.
Pada 23 Mei 2014 Suryadharma Ali dinyatakan oleh KPK sebagai
tersangka dalam kasus korupsi dana haji. Menghadapi proses hukum yang
menunggunya, Suryadharma Ali menyatakan mundur dari jabatannya pada
Senin, 26 Mei 2014 dan resmi mengirimkan surat pengunduran diri kepada
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 28 Mei 2014.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bergerak cepat mengusut kasus
dugaan korupsi dana penyelenggaran haji 2012-2013. Kamis (22/5/2014), KPK
menetapkan Menteri Agama Suryadharma Ali sebagai tersangka. KPK juga
mengeledah ruang kerja Suryadharma Ali dan Dirjen Haji-Umrah, Anggita
Abimanyu. Penetapan tersebut berdasarkan pengembangan kasus dugaan korupsi
penyelenggaraan ibadah haji tahun 2012-2013 di Kementerian Agama.

Suryadharma diduga memanfaatkan dana setoran awal haji oleh


masyarakat untuk membiayai pejabat Kementerian Agama dan keluarganya naik
haji. Keluarga yang ikut diongkosi antara lain para istri pejabat Kementerian
Agama. Kuota haji diduga juga diberikan kepada wartawan. Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan menemukan adanya transaksi mencurigakan yang
memperlihatkan bahwa Suryadharma mengajak 33 orang untuk berangkat haji.
KPK juga menduga ada penggelembungan harga terkait dengan katering,
pemondokan, dan transportasi jemaah haji. Terkait penyidikan kasus ini, KPK
juga telah memeriksa sejumlah anggota DPR, keluarga Suryadharma, dan politisi
PPP yang ikut dalam rombongan haji gratis.

Dalam penyelenggaraan haji tersebut, Suryadharma menunjuk orang-


orang tertentu yang tidak memenuhi persyaratan menjadi petugas panitia
penyelenggara ibadah haji di Arab Saudi.

Suryadharma mengakomodasi permintaan Komisi VIII DPR untuk


memasukkan orang-orang tertentu supaya bisa naik haji gratis dan menjadi
petugas panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) Arab Saudi.

Tidak hanya itu, dia juga memasukkan orang-orang dekatnya, termasuk


keluarga, ajudan, pengawal pribadi, dan sopir terdakwa ataupun sopir istri
terdakwa agar dapat menunaikan ibadah haji secara gratis.

Suryadharma juga dianggap menggunakan dana operasional menteri


(DOM) untuk kepentingan pribadinya.

Selama menjadi menteri, DOM yang bersumber dari anggaran pendapatan


dan belanja negara yang diterima Suryadharma berjumlah Rp 100 juta per bulan.

Suryadharma menggunakan DOM untuk biaya pengobatan anaknya


sebesar Rp 12,4 juta. Selain itu, ia juga membayar ongkos transpornya beserta
keluarga dan ajudan ke Singapura untuk liburan sebesar Rp 95.375.830.

Dalam penyelenggaraan haji tahun 2015, Suryadharma meloloskan


penawaran penyewaan rumah jemaah haji yang diajukan pengusaha di Arab
Saudi, Cholid Abdul Latief Sodiq Saefudin. Sementara itu, dia tahu bahwa
pemondokan tersebut sudah berkali-kali ditolak oleh tim penyewaan perumahan
haji. Sebagai imbalan, Suryadharma menerima kiswah atau kain penutup Kakbah
dari Cholid.

Suryadharma di vonis 6 tahun penjara. Majelis hakim menjatuhkan vonis


enam tahun penjara terhadap mantan Ketua Umum Partai Persatuan
Pembangunan itu. Vonis Suryadharma lebih ringan daripada tuntutan jaksa
penuntut umum. Jaksa menuntut Suryadharma hukuman 11 tahun penjara. Hakim
menganggap perbuatan Suryadharma menyebabkan kerugian negara hingga Rp
1,8 miliar.Dengan demikian, Suryadharma juga diwajibkan membayar uang
pengganti sebesar nilai kerugian negara tersebut.

Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta menolak permohonan banding yang


diajukan mantan Menteri Agama Suryadharma Ali. Pengadilan Tinggi justru
memperberat hukuman bagi Suryadharma.
Juru bicara Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Heru Pramono mengatakan,
majelis hakim justru menambah hukuman bagi Suryadharma menjadi 10 tahun
penjara.

Selain itu, Pengadilan Tinggi juga menambah hukuman berupa


pencabutan hak politik Suryadharma selama lima tahun setelah pidana penjara
selesai dijalani. Sementara itu, denda Rp 300 juta subsider tiga bulan kurungan
kepada Suryadharma Ali tidak berubah.

Majelis Hakim Tindak Pidana Korupsi menyatakan, Suryadharma terbukti


menyalahgunakan jabatannya selaku menteri dalam penyelenggaraan ibadah haji
tahun 2010-2013 dan dalam penggunaan dana operasional menteri.

Atas penyalahgunaan wewenangnya, Suryadharma dianggap merugikan


keuangan negara sebesar Rp 27.283.090.068 dan 17.967.405 riyal Saudi.

C. Analisa Kasus Korupsi

Menteri Agama Suryadharma Ali disangka melanggar dua pasal dalam


Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait penyelenggaraan haji.

“Pasal 2 dan Pasal 3,” kata Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dalam
pesan singkat yang diterima wartawan di Jakarta, Kamis (22/5/2014) malam.

Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001 berbunyi
setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 2 ayat (2) berbunyi, dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat
dijatuhkan.
Sedangkan Pasal 3 UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001
berbunyi Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan atau denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

- korupsi merupakan penyalahgunaan kekuasaan terhadap sumber-sumber


kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan - kekuatan
formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk
memperkaya diri sendiri.

- korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan


jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum
dan negara.

- Salah satu korupsi yang terjadi di indonesia yaitu kasus korupsi dana ibadah
haji oleh mantan menteri agama , Suryadharma Ali.

- Suryadharma diduga memanfaatkan dana setoran awal haji oleh masyarakat


untuk membiayai pejabat Kementerian Agama dan keluarganya naik haji da
dianggap menggunakan dana operasional menteri (DOM) untuk kepentingan
pribadinya.

- Suryadharma Ali melanggar dua pasal dalam Undang-Undang Nomor 31


tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait penyelenggaraan haji yaitu pasal 2 dan
pasal 3.

B. Saran

Kesadaran untuk tidak menyalahgunakan wewenang ataupun jabatan


memang harus menjadi suatu hal yang ditanamkan pada diri sendiri. Pendidikan
budaya anti korupsi dinilai mampu menanamkan nilai – nilai anti korupsi secara
dini sebagai suatu pencegahan terhadap tindak pidana korupsi. Pencegahan
korupsi dimulai dari menanamkan nilai – nilai anti korupsi pada diri sendiri.
Selain itu harus bisa memperkuat iman agar selalu bersyukur dengan apa yang
sudah dimiliki dan tidak tergoda dengan apa yang bukan seharusnya milik kita.
DAFTAR PUSTAKA

http://nasional.kompas.com/read/2015/12/23/14043601/Kasus.Korupsi.Haji.Suryadhar
ma.Ali.Dituntut.11.Tahun.Penjara

http://nasional.kompas.com/read/2016/06/02/17231101/pt.dki.perberat.vonis.suryadhar
ma.jadi.10.tahun.penjara

http://www.sayangi.com/2014/05/22/23434/news/ini-dua-pasal-yang-menjerat-
suryadharma-jadi-tersangka-kasus-haji

http://news.liputan6.com/read/2409525/terbukti-korupsi-haji-suryadharma-ali-divonis-
6-tahun-penjara

http://news.liputan6.com/read/2409525/terbukti-korupsi-haji-suryadharma-ali-divonis-
6-tahun-penjara

http://www.antaranews.com/berita/539210/suryadharma-ali-hadapi-vonis-hari-ini
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai