Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI


”KORUPSI DIDESA”

DISUSUN OLEH:
1. Theny Tirta
2. Arrijalu Bahrul Huda
3. Arfian ditya setya permana
4. Kunti Hanifah Fitrianingrum
5. Theky Desi Indriastuti
6. Rika siti fatmawati
7. Dian Fatmasari

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji kami syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah Swt., yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya kepada kita semua sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktunya. Tugas ini kami buat
untuk melatih kami agar dapat membuat makalah yang baik dan benar. Karena
hasil yang memuaskan membutuhkan kerja keras dan bersungguh-sungguh. Kami
sadar apabila di dalam maklah ini masih banyak kesalahan penulisan dan tanda
baca yang jauh dari harapan dosen pembimbing. Namun sebagai awal
pembelajaran dan penambah semangat belajar tidak ada salahnya jika kami
mengucapkan rasa syukur dan hamdalah.

     Terima kasih kepada dosen telah mempercayai kami untuk mengerjakan tugas
ini. Kesalahan yang ada di dalam makalah ini bukanlah disengaja namun karena
kekhilafan, kelupaan dan kurang ketelitian kami dalam mengerjakannya. Kami
telah berusaha dan semaksimal mungkin untuk memberikan makalah ini
selengkap-lengkapnya. Kami telah berusaha dan semaksimal mungkin untuk
memberikan makalah ini selengkap -lengkapnya dan sebaik-baiknya. Saya harap
dosen dan teman-teman dapat menerima makalah dari kami ini.. Demikian,  saya
harap makalah ini berguna untuk dapat menambah ilmu dan referensi  teman-
teman sekalian.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR …………………………………………………………... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ……….…………………………………………………1,2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian dan penyebab korupsi……………….……………………..2,3,4


2. Jenis dan dampak korupsi tingkat desa………...…………………..…....6,7

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara pasti terdapat korupsi. Korupsi paling banyak dijumpai di


tingkat lokal. Menurut sebuah penelitian di Jepang, jumlah pegawai
pemerintah provinsi bahkan desa ternyata tiga kali lipat jumlah pegawai pusat.
Tetapi kasus korupsi yang dilaporkan limabelas kali lipat dan jumlah pejabat
yang ditangkap empat kali lipat.1 Selain itu, Pemerintah Kota New York
menderita kerugian ratusan juta dolar akibat korupsi dalam pembangunan
gedung-gedung sekolah.

Begitu pula yang ada di Indonesia, korupsi berkembang mulai pemerintah


pusat sampai derajat pemerintah lokal. Layaknya gurita, korupsi semakin kuat
melilit dan mencengkeram sendi-sendi negeri ini. Segala upaya yang telah
dilakukan untuk menahan dan memberantas pergerakan korupsi belum
menunjukkan tanda -tanda kemenangan. Menurut hasil jajak pendapat Kompas
terdapat jawaban pembenaran empiris betapa perilaku korupsi semakin massif
dan tak terkendali.

Korupsi pada masa reformasi jauh lebih menyebar, massif dan kasusnya
sangat banyak. Sedangkan korupsi pada masa Orde Baru lebih terkendali
karena korupsi menjadi bagian dari korupsi Soeharto. Sentralisasi ini
menjadikan teori korupsi waralaba. Sedangkan desentrali sasi, setiap orang
memanfaatkan waktu dan jabatan untuk mengeruk keuntungan sebanyak-
banyaknya. Hal ini terjadi di tingkatan pusat dan daerah di semua lembaga
tinggi negara.4 Sekiranya dikaitkan dengan pergeseran pemaknaan tindak
pidana korupsi dari kejahatan biasa menjadi kejahatan luar biasa.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian korupsi

Pada dasarnya tidak ada definisi tunggal tentang korupsi. Korupsi bisa
berarti menggunakan jabatan untuk keuntungan pribadi. Jabatan adalah
kedudukan kepercayaan. Korupsi bisa berarti memungut uang bagi layanan yang
sudah seharusnya diberikan, atau menggunakan wewenang untuk mencapai tujuan
yang tidak sah

Menurut Kamus Oxford, korupsi adalah perilaku tidak jujur atau ilegal,
terutama dilakukan orang yang berwenang. Arti lain korupsi adalah tindakan atau
efek dari membuat seseorang berubah dari standar perilaku moral menjadi tidak
bermoral.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi adalah


tindakan setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Korupsi juga diartikan sebagai tindakan setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Juga
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.

2. Penyebab Korupsi

a) Teori Triangle Fraud (Donald R. Cressey) Ada tiga penyebab mengapa


orang korupsi yaitu adanya tekanan (pressure), kesempatan (opportunity) dan
rasionalisasi (rationalization).
b) Teori GONE (Jack Bologne) Faktor-faktor penyebab korupsi adalah
keserakahan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (needs) dan
pengungkapan (expose).

c) Teori CDMA (Robert Klitgaard) Korupsi (corruption) terjadi karena faktor


kekuasaan (directionary) dan monopoli (monopoly) yang tidak dibarengi dengan
akuntabilitas (accountability).

d) Teori Willingness and Opportunity Menurut teori ini korupsi bisa terjadi
bila ada kesempatan akibat kelemahan sistem atau kurangnya pengawasan dan
keinginan yang didorong karena kebutuhan atau keserakahan.

e) Teori Cost Benefit Model Teori ini menyatakan bahwa korupsi terjadi jika
manfaat korupsi yang didapat atau dirasakan lebih besar dari biaya atau risikonya.

3. Korupsi Tingkat Desa

a. Modus terjadinya korupsi tingkat desa

1. Pengurangan alokasi Alokasi Dana Desa (ADD), misalnya, dana ADD


dijadikan “kue” pegawai desa untuk kepentingan pribadi.

2. Pemotongan alokasi Bantuan Langsung Tunai (BLT), misalnya, pemotongan


tersebut karena azas pemerataan, keadilan untuk didistribusikan keluarga miskin
yang tidak terdaftar. Namun yang jamak terjadi bahwa pemotongan BLT lebih
banyak disalahgunakan pengurusnya di tingkat desa.

3. Pengurangan jatah beras untuk rakyat miskin (raskin), misalnya, pemotongan 1-


2 kg per Kepala Keluarga (KK). Apabila dikalkulasikan maka akan menghasilkan
jumlah yang besar yang kemudian hasilnya dimanfaatkan untuk memperkaya diri
sendiri.

4. PenjualanTanahKasDesa(Bengkok)16.

5. Penyewaan Tanah Kas Desa (TKD) yang bukan haknya, misalnya, TKD
untuk perumahan.

6. Pungutan liar suatu program padahal program tersebut seharusnya gratis,


misalnya, sertifikasi (pemutihan) tanah, Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda
Penduduk (KTP).

7. Memalsukan proposal bantuan sosial, misalnya, menyelewengkan bantuan sapi.

b. Dampak adanya korupsi Tingkat Desa

Menurut Gunnar Myrdal menjelaskan bahwa daya rusak korupsi sebagai berikut:

1. Korupsi menciptakan dan memperbesar masalah-masalah yang disebabkan oleh


berkurangnya hasrat untuk terjun ke sektor usaha dan pasar nasional yang
mengalami kelesuan.

2. Permasalahan masyarakat yang majemuk semakin dipertajam oleh korupsi dan


bersamaan dengan itu kesatuan negara juga melemah. Martabat pemerintah
menurun maka korupsi juga bertendensi turut membahayakan stabilitas politik.

3. Adanya kesenjangan di antara para pejabat untuk menerima suap dan


menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) yang mereka miliki, maka disiplin
sosial menjadi kendur sementara efisiensi akan merosot. Implementasi rencana-
rencana pembangunan yang telah dirumuskan akan dipersulit dan diperlambat
karena alasan-alasan yang sama. Korupsi dalam hal ini sama sekali tidak
berfungsi sebagai semir atau pelicin bagi proses pembangunan. Justru sebaliknya,
korupsi dapat menjadi penghambat (bottleneck) bagi proses pembangunan yang
direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Cri stensen, Terry, Local Politics: Governing at the Grassroots, Belmont,


California: Wadsworth Publishing Company, 1994.

Dwiyanto, Agus, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008.

Klitgaard Robert, et.al, Corrupt Cities: Apractical Guide to Cure and Prevention,
Oakland, California: Institute for Contemporary Studies and World Bank Institute,
2000.

Myrdal, Gunnar, Asian Drama: An Inquiry into Poverty of Nations, Sydney:


Penguin Books, 1997.

Ocampo, Luis Moreno, 1993, En Defensa Propia: Cómo Salir de la Corruptión,


Buenos Aires: Editototial Sudamericana, 1993.

Anda mungkin juga menyukai