Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

Dosen Pembimbing : Wawan Fransisco M.H


Kelompok 1
1. Dicky Andika (2202020094)
2. Aman Syukur (2202020096)
3. Dima (2202020095)
4. Wulandari (2202020097)

FAKULTAS ILMU TEKNIK


JURUSAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS BINA INSAN LUBUKLINGGAU
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
"Upaya Pemberantasan Korupsi: Strategi dan Tantangan".

Korupsi merupakan salah satu penyakit sosial yang merusak tatanan


kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Korupsi merugikan tidak
hanya individu atau kelompok tertentu, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemberantasan korupsi menjadi
salah satu prioritas utama dalam upaya membangun masyarakat yang adil,
transparan, dan berkeadilan.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam


mengenai korupsi, upaya-upaya pemberantasannya, serta tantangan yang dihadapi
dalam proses tersebut. Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan dan
inspirasi bagi pembaca dalam mengambil bagian aktif dalam pemberantasan
korupsi.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengacu pada berbagai literatur,


peraturan perundang-undangan, dan sumber-sumber terpercaya lainnya. Namun
demikian, kami menyadari bahwa korupsi merupakan masalah yang kompleks dan
dinamis, sehingga tidak semua aspek dan isu dapat tercakup secara menyeluruh
dalam makalah ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


memberikan dukungan dan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Semoga
upaya pemberantasan korupsi terus ditingkatkan, baik melalui langkah-langkah
pencegahan maupun penindakan, agar kita dapat mewujudkan masyarakat yang
bersih, berintegritas, dan berkeadilan.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menjadi pijakan bagi kita semua dalam memperkuat komitmen dan tekad untuk
memerangi korupsi. Bersama-sama, kita dapat mewujudkan masa depan yang lebih
baik bagi generasi mendatang, di mana korupsi tidak lagi merusak tatanan sosial
dan negara kita.

Terima kasih.
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Latar belakang upaya pemberantasan korupsi sangat penting untuk memahami


mengapa langkah-langkah tersebut diperlukan dan bagaimana korupsi dapat
merusak tatanan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara. Berikut adalah beberapa
contoh latar belakang yang dapat dijadikan acuan:

1. Kerusakan sosial: Korupsi memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap


masyarakat. Uang yang seharusnya digunakan untuk memperbaiki
infrastruktur, layanan publik, dan kesejahteraan masyarakat sering kali
disalahgunakan oleh para koruptor. Akibatnya, pendidikan, kesehatan, dan
keamanan masyarakat terancam, mengakibatkan ketimpangan sosial yang
lebih besar dan ketidakadilan.
2. Pembangunan ekonomi terhambat: Korupsi menghambat pertumbuhan
ekonomi dan investasi. Praktek korupsi seperti suap dan nepotisme merusak
iklim bisnis, mengurangi kepercayaan investor, dan menciptakan
ketidakadilan persaingan. Sumber daya publik yang semestinya digunakan
untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat justru teralihkan
ke tangan segelintir orang yang melakukan korupsi.
3. Penyimpangan kekuasaan: Korupsi erat kaitannya dengan penyalahgunaan
kekuasaan oleh pejabat publik. Ketidaktransparan dan kekurangan
akuntabilitas dalam institusi pemerintahan menyebabkan para pejabat dapat
dengan mudah memperkaya diri sendiri atau melindungi diri mereka sendiri
dari pengawasan dan pertanggungjawaban. Hal ini merusak kepercayaan
publik terhadap pemerintah dan lembaga-lembaga negara.
4. Pelanggaran hak asasi manusia: Korupsi dapat memperburuk pelanggaran
hak asasi manusia. Uang yang seharusnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan perumahan sering kali
disalahgunakan oleh para koruptor. Hal ini menyebabkan kemiskinan,
ketidakadilan, dan memperparah kesenjangan sosial, yang merupakan
pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
5. Pengaruh negatif terhadap stabilitas politik: Korupsi merusak stabilitas
politik suatu negara. Ketidakpuasan dan ketidakpercayaan publik terhadap
pemerintah yang korup menciptakan ketegangan sosial dan konflik.
Ketidakstabilan politik tersebut dapat mengganggu proses demokrasi,
menghambat reformasi, dan memperlemah lembaga-lembaga demokrasi.

Dengan memahami latar belakang ini, upaya pemberantasan korupsi dapat


dilakukan dengan tekad yang kuat untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, dan
politik negara. Upaya tersebut melibatkan pembentukan lembaga anti-korupsi yang
efektif, peningkatan transparansi dan akuntabilitas, serta partisipasi aktif
masyarakat dalam memantau dan melaporkan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang relevan terkait upaya pemberantasan korupsi dapat
meliputi:

1. Apa saja faktor-faktor utama yang menyebabkan tingginya tingkat korupsi di


suatu negara atau lembaga pemerintahan?
2. Bagaimana strategi yang efektif dalam mencegah korupsi di sektor publik
maupun swasta?
3. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya dan
dampak negatif korupsi?
4. Apa saja peran dan tanggung jawab institusi hukum dan penegak hukum
dalam pemberantasan korupsi?
5. Apakah pendekatan pemberantasan korupsi yang telah dilakukan efektif?
Jika tidak, apa yang perlu diperbaiki dan diubah?
6. Bagaimana memastikan adanya transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan dana publik untuk mengurangi risiko korupsi?
7. Apakah sistem pengawasan internal di lembaga pemerintahan sudah
memadai untuk mencegah tindakan korupsi? Jika tidak, bagaimana
memperbaikinya?
8. Apa saja peran media dalam mendukung upaya pemberantasan korupsi dan
bagaimana meningkatkan peran media tersebut?
9. Bagaimana mengatasi tantangan hukum dan praktik korupsi lintas negara?
10.Apa saja inisiatif dan langkah konkret yang dapat diambil oleh masyarakat,
pemerintah, dan sektor swasta untuk secara efektif melawan korupsi?

C. Tujuan Pembahasan
Berikut adalah beberapa contoh tujuan pembahasan yang relevan terkait upaya
pemberantasan korupsi:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat korupsi dan


mengidentifikasi solusi yang efektif untuk mengurangi dan mencegah
korupsi.
2. Menjelaskan strategi dan kebijakan yang dapat diadopsi oleh pemerintah
untuk memperkuat sistem anti-korupsi di tingkat nasional.
3. Membahas peran lembaga penegak hukum dalam pemberantasan korupsi dan
mengevaluasi keefektifan langkah-langkah yang telah diambil.
4. Menganalisis hubungan antara transparansi, akuntabilitas, dan pengelolaan
dana publik dalam upaya mengurangi risiko korupsi.
5. Mengidentifikasi peran media dan masyarakat dalam memberantas korupsi
serta mengevaluasi upaya yang telah dilakukan.
6. Menyusun rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan kerjasama
internasional dalam pemberantasan korupsi lintas negara.
7. Mengevaluasi keberhasilan inisiatif anti-korupsi yang telah dilaksanakan dan
mengidentifikasi kelemahan serta solusi yang dapat diterapkan.
8. Menjelaskan pentingnya pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat
mengenai korupsi serta mengidentifikasi pendekatan yang efektif dalam
meningkatkan kesadaran tersebut.
9. Membahas tantangan hukum yang dihadapi dalam pemberantasan korupsi
dan mencari solusi untuk mengatasi hambatan tersebut.
10.Mengevaluasi peran sektor swasta dalam upaya pemberantasan korupsi dan
mengidentifikasi praktik terbaik yang dapat diterapkan.

BAB II : ISI
1. Pengertian Korupsi
Berikut adalah beberapa definisi korupsi menurut beberapa ahli di Indonesia:

a) KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi): "Korupsi adalah penyalahgunaan


kekuasaan, jabatan, atau wewenang dalam suatu posisi untuk memperoleh
keuntungan pribadi atau kelompok dengan merugikan kepentingan publik."
b) Soekanto: "Korupsi adalah suatu tindakan yang melanggar kaidah-kaidah
moral dan etika, di mana seorang pejabat yang memiliki kekuasaan
mempergunakan wewenangnya secara melawan hukum untuk memperoleh
keuntungan pribadi atau kelompok, dengan merugikan kepentingan umum."
c) Saldi Isra: "Korupsi adalah tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh
seseorang yang menggunakan kedudukannya dalam pemerintahan, baik
secara politik maupun administratif, untuk memperkaya diri sendiri,
keluarganya, atau golongan tertentu."
d) Haryono Suyono: "Korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang
pejabat publik atau swasta yang memanfaatkan kekuasaan, jabatan, atau
pengaruhnya untuk memperoleh keuntungan secara tidak sah, baik berupa
uang, barang, atau jasa."

Definisi-definisi tersebut menggambarkan korupsi sebagai tindakan


penyalahgunaan kekuasaan, jabatan, atau wewenang untuk memperoleh
keuntungan pribadi atau kelompok dengan merugikan kepentingan publik.

2. Faktor-faktor penyebab korupsi


Terdapat beberapa faktor penyebab korupsi yang dapat mempengaruhi dan memicu
terjadinya tindakan korupsi. Beberapa faktor tersebut antara lain:

a) Lemahnya tata kelola pemerintahan: Ketidaktransparan, kurangnya


akuntabilitas, dan kelemahan sistem pengawasan dalam pemerintahan dapat
menciptakan lingkungan yang rentan terhadap korupsi. Sistem birokrasi yang
rumit dan prosedur yang tidak efisien juga dapat memperburuk masalah ini.
b) Budaya korupsi: Budaya yang meremehkan nilai integritas dan etika dapat
menciptakan lingkungan yang mempermudah terjadinya tindakan korupsi.
Budaya nepotisme, favoritisme, dan saling melindungi antarindividu juga
dapat menjadi faktor yang memperkuat korupsi.
c) Rendahnya upah dan insentif: Upah yang rendah bagi pejabat pemerintahan
atau karyawan publik dapat menjadi motivasi bagi mereka untuk melakukan
praktik korupsi guna memperoleh tambahan pendapatan. Ketidakadilan
dalam sistem penggajian dan kurangnya insentif yang sesuai juga dapat
mempengaruhi tingkat korupsi.
d) Ketidakpastian hukum: Ketidakpastian dalam implementasi hukum,
termasuk lemahnya penegakan hukum dan sistem peradilan yang rentan
terhadap intervensi politik atau kepentingan pribadi, dapat menciptakan
lingkungan yang menguntungkan bagi praktik korupsi.
e) Kemiskinan dan ketimpangan ekonomi: Ketimpangan ekonomi yang tinggi,
ketidakadilan sosial, dan kemiskinan dapat memperburuk praktik korupsi.
Kondisi ini dapat menciptakan tekanan ekonomi yang memaksa individu
untuk terlibat dalam tindakan korupsi sebagai cara untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka.
f) Kurangnya kesadaran dan pendidikan: Kurangnya kesadaran tentang dampak
negatif korupsi dan kurangnya pendidikan tentang etika, integritas, dan tata
kelola yang baik dapat mempengaruhi tingkat korupsi. Meningkatkan
kesadaran dan pendidikan mengenai korupsi serta mempromosikan nilai-
nilai integritas sejak dini dapat membantu mengurangi praktik korupsi di
masyarakat.
g) Korupsi dalam sektor swasta: Selain korupsi di sektor publik, praktik korupsi
juga dapat terjadi di sektor swasta. Kolusi, suap, atau praktik korupsi dalam
bisnis dapat merusak iklim investasi, menghambat pertumbuhan ekonomi,
dan merugikan masyarakat secara luas.

Penting untuk memahami faktor-faktor penyebab korupsi ini guna merumuskan


strategi dan kebijakan yang tepat dalam upaya pemberantasan korupsi.

3. Strategi Pemberantasan Korupsi


Berikut adalah beberapa strategi yang dapat digunakan dalam upaya pemberantasan
korupsi:

1. Penguatan hukum dan penegakan hukum:


 Meningkatkan efektivitas hukum yang mengatur tindak korupsi.
 Memperkuat lembaga penegak hukum yang berperan dalam
pemberantasan korupsi.
 Memastikan adanya sanksi yang tegas dan proporsional bagi pelaku
korupsi.
2. Transparansi dan akuntabilitas:
 Mendorong transparansi dalam pengelolaan keuangan dan anggaran
publik.
 Menerapkan sistem pelaporan keuangan yang transparan dan
mekanisme pengawasan yang ketat.
 Memperkuat akuntabilitas dan audit internal di lembaga pemerintahan
dan sektor swasta.
3. Pendidikan dan kesadaran masyarakat:
 Mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif korupsi dan
pentingnya integritas.
 Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hak-hak mereka dan
pentingnya partisipasi dalam pemberantasan korupsi.
 Membangun kesadaran etika dan integritas sejak dini melalui
pendidikan formal dan informal.
4. Peran media dan teknologi informasi:
 Mendukung kebebasan media untuk melaporkan kasus korupsi dan
mengungkap praktik korupsi.
 Memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan transparansi
dan aksesibilitas informasi publik.
 Mendorong jurnalisme investigasi dan liputan yang berfokus pada
pemberantasan korupsi.
5. Kolaborasi dan kerjasama internasional:
 Membangun kerjasama dengan negara lain dalam pemberantasan
korupsi, termasuk pertukaran informasi dan pengalaman.
 Melakukan kerjasama dengan organisasi internasional dan regional
yang berfokus pada pemberantasan korupsi.
 Menandatangani dan mematuhi konvensi internasional yang berkaitan
dengan pemberantasan korupsi.
6. Pencegahan korupsi:
 Menerapkan sistem pengadaan barang dan jasa yang transparan dan
berintegritas.
 Memperkuat sistem manajemen risiko dalam lembaga pemerintahan
dan sektor swasta.
 Mendorong partisipasi publik dalam pengawasan dan pengendalian
korupsi.
7. Pembentukan lembaga anti-korupsi yang independen:
 Mendirikan lembaga anti-korupsi yang memiliki mandat, kewenangan,
dan independensi yang kuat.
 Memastikan lembaga tersebut memiliki sumber daya yang memadai
dan mekanisme pengawasan yang efektif.

Strategi ini perlu diimplementasikan secara komprehensif dan berkelanjutan dalam


upaya pemberantasan korupsi. Selain itu, dukungan politik, partisipasi aktif
masyarakat, dan komitmen yang kuat dari semua pihak juga sangat penting dalam
mencapai hasil yang optimal.
Studi kasus pemberantasan korupsi di Indonesia:

Studi Kasus 1: Kasus Century Bank (Bank Century) (2008)

Pada tahun 2008, terjadi skandal yang melibatkan Bank Century, sebuah bank
swasta di Indonesia. Bank ini mengalami kebangkrutan yang disebabkan oleh
tindakan korupsi dan kecurangan dalam pengelolaan dana publik. Dana talangan
sebesar Rp 6,7 triliun (sekitar USD 700 juta pada saat itu) disetujui oleh pemerintah
untuk menyelamatkan bank tersebut.

Namun, investigasi kemudian mengungkapkan adanya praktik korupsi yang


melibatkan para pejabat pemerintah, politisi, dan pemilik Bank Century. Dana
talangan yang seharusnya digunakan untuk kepentingan publik justru digunakan
untuk kepentingan pribadi.

Kasus ini menarik perhatian publik dan memicu kemarahan masyarakat. Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) turun tangan dalam menyelidiki kasus ini. Beberapa
pejabat pemerintah dan pemilik Bank Century diadili dan divonis bersalah atas
tindak korupsi.

Studi Kasus 2: Kasus E-KTP (Kartu Tanda Penduduk Elektronik) (2013)

Kasus E-KTP merupakan salah satu skandal korupsi terbesar yang pernah terjadi di
Indonesia. Kasus ini melibatkan korupsi dalam proyek pembuatan dan pengadaan
Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP) yang dilaksanakan oleh Kementerian
Dalam Negeri.
Dalam kasus ini, terdapat praktik korupsi yang melibatkan pejabat pemerintah,
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dan pihak swasta. Proyek yang seharusnya
memperoleh dana sekitar Rp 5,9 triliun (sekitar USD 450 juta pada saat itu)
mengalami pelebihan biaya yang mencapai triliunan rupiah.

KPK melakukan penyelidikan dan pengusutan secara intensif terhadap kasus ini.
Beberapa pejabat pemerintah dan anggota parlemen diadili dan divonis bersalah
atas tindak korupsi terkait kasus E-KTP. Kasus ini mengguncang Indonesia dan
menjadi sorotan nasional tentang pentingnya pemberantasan korupsi.

Dua studi kasus di atas mencerminkan pentingnya upaya pemberantasan korupsi di


Indonesia. Melalui pengusutan yang intensif, lembaga anti-korupsi seperti KPK
dapat mengungkap praktik korupsi dan memberikan sanksi kepada pelaku korupsi.
Studi kasus ini juga menunjukkan betapa korupsi dapat merugikan negara dan
masyarakat, serta pentingnya membangun sistem yang transparan, akuntabel, dan
berintegritas untuk mencegah terjadinya korupsi di masa depan.

BAB III: KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan: Pemberantasan korupsi merupakan tugas yang penting dan mendesak
bagi setiap negara. Korupsi memiliki dampak negatif yang merugikan
pembangunan, merusak kepercayaan publik, dan menyebabkan ketidakadilan
sosial. Dalam upaya pemberantasan korupsi, diperlukan strategi yang
komprehensif, melibatkan berbagai aspek seperti hukum, tata kelola pemerintahan,
pendidikan, dan partisipasi masyarakat.

Beberapa strategi yang telah disebutkan sebelumnya, seperti penguatan hukum dan
penegakan hukum, transparansi dan akuntabilitas, pendidikan dan kesadaran
masyarakat, peran media dan teknologi informasi, kolaborasi internasional,
pencegahan korupsi, dan pembentukan lembaga anti-korupsi, merupakan langkah-
langkah yang dapat diambil dalam upaya pemberantasan korupsi.

Saran: Berikut adalah beberapa saran dalam pemberantasan korupsi:

1. Peningkatan komitmen politik: Pemerintah dan pemimpin politik harus


memiliki komitmen yang kuat dalam melawan korupsi dan menunjukkan
teladan yang baik dalam perilaku dan integritas mereka.
2. Penguatan lembaga anti-korupsi: Mendirikan lembaga anti-korupsi yang
independen, memiliki kekuatan dan kewenangan yang cukup, serta sumber
daya yang memadai untuk melakukan penyelidikan dan penuntutan terhadap
kasus korupsi.
3. Pelibatan masyarakat dan pemantauan publik: Mendorong partisipasi aktif
masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintahan dan sektor publik,
serta memberikan perlindungan bagi whistleblower yang melaporkan tindak
korupsi.
4. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas: Menerapkan sistem pengelolaan
keuangan dan anggaran yang transparan, serta memperkuat mekanisme
pengawasan dan audit internal di lembaga pemerintahan dan sektor swasta.
5. Pendidikan dan kesadaran: Meningkatkan pendidikan dan kesadaran
masyarakat tentang bahaya korupsi, pentingnya integritas, dan peran setiap
individu dalam pemberantasan korupsi.
6. Sanksi yang tegas dan efektif: Memastikan adanya sanksi yang tegas dan
proporsional bagi pelaku korupsi, serta menjamin independensi dan
efektivitas sistem peradilan dalam menangani kasus korupsi.
7. Kolaborasi internasional: Membangun kerjasama dengan negara lain dalam
pemberantasan korupsi, termasuk pertukaran informasi dan pengalaman,
serta mendukung implementasi konvensi internasional yang berkaitan
dengan pemberantasan korupsi.

Pemberantasan korupsi adalah upaya yang berkelanjutan dan memerlukan


komitmen dari semua pihak. Dengan implementasi strategi yang tepat, diikuti
dengan dukungan aktif dari pemerintah, lembaga anti-korupsi, masyarakat, dan
sektor swasta, kita dapat memperoleh kemajuan signifikan dalam memerangi
korupsi.

BAB IV: PENUTUP


Pemberantasan korupsi merupakan tugas yang tak dapat diabaikan dalam
membangun masyarakat yang adil, transparan, dan berkeadilan. Korupsi merusak
integritas institusi, merugikan kepentingan publik, dan menghambat pembangunan
yang berkelanjutan. Namun, dengan komitmen yang kuat, kerjasama yang erat, dan
tindakan nyata, kita dapat mewujudkan perubahan yang signifikan.

Dalam perjalanan menuju pemberantasan korupsi, langkah-langkah telah


diambil untuk memperkuat tata kelola pemerintahan, meningkatkan transparansi,
memperkuat hukum dan penegakan hukum, serta melibatkan masyarakat dalam
pengawasan dan partisipasi aktif. Tetapi perjuangan ini masih jauh dari selesai.
Diperlukan upaya berkelanjutan, pembaruan kebijakan, dan peningkatan kesadaran
untuk menghadapi tantangan korupsi yang terus berkembang.

Kepada semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga anti-


korupsi, masyarakat sipil, sektor swasta, dan individu, mari kita terus bekerja
bersama untuk memberantas korupsi. Melalui sinergi dan kolaborasi, kita dapat
menciptakan sistem yang adil, transparan, dan bebas korupsi.

Pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau


lembaga anti-korupsi semata, tetapi merupakan tugas bersama kita sebagai warga
negara. Setiap tindakan yang dilakukan dengan integritas dan kejujuran, setiap
pelaporan terhadap praktik korupsi, dan setiap partisipasi dalam proses
pemerintahan adalah langkah-langkah penting dalam memerangi korupsi.

Marilah kita berkomitmen untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik,
di mana integritas, transparansi, dan akuntabilitas menjadi landasan yang kuat.
Dengan pemberantasan korupsi yang berhasil, kita dapat menciptakan masyarakat
yang adil, sejahtera, dan berkeadilan bagi semua.

Teruslah bergerak maju, tetaplah tegas dalam melawan korupsi, dan bersama-sama
kita akan mewujudkan perubahan positif yang berarti bagi negara dan generasi
mendatang.

Bersama kita bisa memberantas korupsi!


Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

1. Transparency International. (2018). Global Corruption Barometer: Asia


Pacific. Diakses dari https://www.transparency.org/asia-pacific/gcb2018/
2. Komisi Pemberantasan Korupsi. (2019). Laporan Tahunan 2019. Diakses
dari https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/laporan-kpk
3. United Nations Development Programme. (2018). Preventing Corruption in
Public Administration and Strengthening Anti-Corruption Institutions.
Diakses dari
https://www.undp.org/content/undp/en/home/librarypage/democratic-
governance/anticorruption/preventing-corruption-in-public-administration-
and-strengthening-.html
4. World Bank. (2017). The Worldwide Governance Indicators. Diakses dari
https://databank.worldbank.org/reports.aspx?source=worldwide-governance-
indicators#
5. Indonesia Corruption Watch. (2019). Laporan Tahunan 2019. Diakses dari
https://www.antikorupsi.org/id/publikasi/laporan-tahunan-2019

Anda mungkin juga menyukai