Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DAMPAK KORUPSI BAGI PELAYANAN


KESEHATAN

Dosen Pembimbing : Yusrawati Hasibuan,SKM,MKes

Mata kuliah : Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Disusun oleh : Kelompok 3

1. Isnaini Nur Sya,bana


2. Miranda Lorenza Habeahan
3. Rani Tania
4. Rosanne Margareth Simbolon
5. Sari Tarigan
6. Sedia Trina Nainggolan
7. Tri Dela Puspita

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


PRODI D-III KEBIDANAN MEDAN
T.A 2022\202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia- Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan
makalah ini dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah ,yaitu
“Dampak Korupsi pada Kesehatan Masyarakat‘’ Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan teman-teman
Sekian dan terimakasih.

Medan,

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………..…………………i
Daftar Isi………………….………………………………………………………...ii
BAB l PENDAHULUAN……….……….………………………..……………….1
1.1 Latar Belakang…………………………………….…………….........................1
1.2 Rumusan Masalah…………………….………….…………………………..….1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………...............1
BAB II PEMBAHAASAN………………………………………………………...2
2.1 Dampak KorupsiTerhadap Pelayanan Kesehatan…………………..……….…..……..2
2.2 Tempat korupsi di sektor kesehatan ……………………………………………5
2.3 Akibat dari korupsi……………………………………………………………...6
2.4 Dampak korupsi terhadap sistem manajemen rumah sakit……………………..6
2.5 Penanganan korupsi di sektor kesehatan……………………………………….6

2.6 Kasus Korupsi…………………………………………………………………..7

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….…8


3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………..…8
3.2 Saran……………………………………………………………..………………8
Daftar Pustaka……………………………………………………………………...9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negeri yang indah, tetapi korupsi perlahanmenghancurkannya. Korupsi yang
telah diberi julukan extraordinary crimememang benar-benar terbukti. Dari sekian banyak studi korupsi,
jelas terlihatberbagai dampak negatif dari akibat korupsi tersebut. Korupsi yang ada diIndonesia tidak
berdampak hanya pada satu aspek kehidupan saja, dimulai darilingkungan hingga ekonomi. Korupsi
yang begitu mudah dilakukan, bisamenyebabkan dampak yang begitu buruk bagi kehidupan.
Dampak yang dirasakan bangsa dan Negara adalah kerugian secarafinansial atau berkurangnya
pendapatan Negara dan rusaknya strukturpemerintahan dan moral bangsa. Sulit untuk mengingkari,
korupsi sudah bersifatendemik, bekerja sistemis, menggerogoti birokrasi kekuasaan danmenghancurkan
kepercayaan publik pada pemerintahan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja dampak korupsi bagi pelayanan Kesehatan
2. Tempat terjadinya korupsi
3. Akibat dari Korupsi
4. Penanganan korupsi di sector kesehatan

1.3 Tujuan

Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Budaya Anti Korupsi
Memberitahu pembaca tentang apa saja dampak korupsi bagi pelayanan kesehatan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dampak KorupsiTerhadap Pelayanan Kesehatan


Pembangunan kesehatan masyarakat saat ini menjadi salah satu prioritas penting
dalam program pemerintah. Hal ini bisa dilihat dari jumlah anggaran di Kementerian
Kesehatan yang termasuk dalam jajaran 5 besar kementerian/lembaga yang mendapat jatah
APBN terbesar.

Program-program dalam meningkatkan derajat sehat masyarakat pun saat ini tidak
hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan saja, akan tetapi juga dilakukan oleh
kementerian/lembaga yang lain terutama dalam hal meningkatkan kesejahteraan dibidang
kesehatan. Besarnya anggaran yang dimiliki oleh Kemeterian Kesehatan menjadikan adanya
peluang untuk disalahgunakan serta diselewengkan apabila tidak ada pengawasan yang ketat
dari Kementerian Kesehatan sendiri atau dari lembaga lain. 

Peluang korupsi semakin besar apabila kita melihat program-program kesehatan saat
ini memiliki pos anggaran yang cukup besar seperti program pengadaan alat kesehatan,
pengadaan obat, program penanggulang dan pencegahan penyakit dan sebagainya.

Di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang, korupsi di bidang kesehatan akan


semakin terasa dampaknya. Korupsi proyek dan anggaran kesehatan kerap terjadi di antara
pejabat pemerintah, bahkan menteri. Sudah dua mantan dua mantan menteri kesehatan
Indonesia yang ditahan karena korupsi, yaitu Achmad Suyudi dan Siti Fadilah Supari. 

Menurut catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), korupsi jadi biang keladi
buruknya pelayanan kesehatan, dua masalah utama adalah peralatan yang tidak memadai dan
kekurangan obat. Korupsi juga membuat masyarakat sulit mengakses pelayanan kesehatan
yang berkualitas. 

Dampak dari korupsi bidang kesehatan adalah secara langsung mengancam nyawa
masyarakat. ICW mencatat, pengadaan alat kesehatan dan obat merupakan dua sektor paling
rawan korupsi.  Perangkat medis yang dibeli dalam proses korupsi berkualitas buruk,
pelayanan purnajualnya juga jelek, serta tidak presisi. Begitu juga dengan obat yang
pembeliannya mengandung unsur korupsi, pasti keampuhannya dipertanyakan.

Korupsi masih membayangi penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dampak


buruknya merugikan keuangan negara dan menurunkan kualitas layanan juga secara langsung
mengancam nyawa masyarakat.

2
Korupsi terjadi di pembuat kebijakan hingga unit penyedia layanan, seperti rumah
sakit dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Pada tingkat pusat, misalnya, sudah dua
menteri kesehatan yang ditahan: Achmad Suyudi dan Siti Fadilah Supari.

Pada tingkat daerah, beberapa kepala daerah ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) karena terlibat korupsi proyek dan anggaran kesehatan, antara lain Bupati Jombang
Nyono Suharli Wihandoko, Wali Kota Tegal Siti Mashita, dan mantan Gubernur Banten Atut
Chosiyah. Begitu pula tingkat penyedia pelayanan, tidak sedikit pemimpin atau pegawai
rumah sakit dan puskesmas yang berurusan akhirnya masuk bui karena korupsi.

 Obat dan alat kesehatan

Dari banyak celah korupsi, pengadaan alat kesehatan dan obat merupakan dua sektor
paling rawan. Berdasarkan tren pemberantasan korupsi anggaran kesehatan 2010-2015,
pengadaan alat kesehatan menempati urutan puncak sektor paling banyak korupsi. Dalam
rentang lima tahun, setidaknya ada 107 kasus korupsi pengadaan alat kesehatan yang
ditangani aparat penegak hukum. Nilai kerugian Rp 543 miliar.

Banyak faktor penyebab pengadaan alat kesehatan jadi obyek utama korupsi, yaitu :

1. Alokasi anggarannya besar.

Seiring pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu kedokteran, semakin banyak alat
yang digunakan untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Hampir semua
tindakan medis menggunakan bantuan alat kesehatan.

Apalagi, di sisi lain, pemerintah daerah berlomba ”menaikkan kelas” rumah sakit. Syarat
utama yang harus dipenuhi: memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan medik, seperti
medik umum dan spesialis. Semua itu menuntut ketersediaan alat kesehatan. Semakin tinggi
tipe, semakin banyak fasilitas dan jenis pelayanan yang harus disediakan. Artinya, makin
banyak alat yang mesti dimiliki.

2. Alat kesehatan memiliki banyak substitusi.

Satu jenis barang dengan fungsi dan spesifikasi yang sama bisa diproduksi banyak
perusahaan. Kualitas dan harga berbeda-beda. Sebenarnya hal tersebut sangat lumrah dalam
dunia bisnis. Namun, yang jadi masalah adalah perbedaan harga sering kali dimanfaatkan
sebagai peluang untuk korupsi.

Dari banyak kasus korupsi, khususnya di daerah, modus yang digunakan dengan mencari
keuntungan dari selisih harga. Dalam pengusulan anggaran, spesifikasi mengacu pada barang
yang berkualitas tinggi; umumnya diproduksi perusahaan dari Eropa atau Amerika. Akan
tetapi, realisasinya, barang yang dibeli berkualitas lebih rendah dengan harga yang jauh lebih
murah.

3. Lemahnya pengawasan.

3
Selain jenisnya banyak, spesifikasi alat kesehatan umumnya lebih rumit. Tidak semua
orang bisa memahami dan membedakan antara alat berkualitas rendah dan tinggi. Karena
cukup rumit, tak banyak yang mau dan mampu mengawasi pengadaan alat kesehatan.

Akibatnya, berbagai manipulasi dan penyelewengan dengan mudah dilakukan. Selain


mencari selisih harga, modus lain yang sering digunakan: mark up harga, penyunatan
anggaran, manipulasi pembelian.

Hal serupa terjadi dalam pengadaan obat. Hampir semua aktivitas pelayanan kesehatan
berkaitan dengan obat. Walau sebagian besar harganya tidak semahal alat kesehatan, alokasi
anggaran yang disediakan hampir sama besar, jenisnya pun sangat banyak, dan jarang yang
mengetahui detail teknis atau spesifikasinya.

Walau secara umum modus korupsi dalam pengadaan obat tidak jauh berbeda dengan
pengadaan alat kesehatan, ICW menemukan modus yang lebih unik, yaitu membeli atau
mengadakan obat yang mendekati masa kedaluwarsa. Rekanan atau panitia pengadaan bisa
mendapat rente yang lebih besar karena potongan harganya jauh lebih tinggi sehingga harga
obat jauh lebih murah.

 Dampak korupsi

1. Korupsi menyebabkan kerugian keuangan negara.

2. Peralatan kesehatan dan obat yang dibeli jauh lebih mahal, tetapi tak berkualitas.

Dalam banyak kasus, pemerintah memaksa mengadakan alat yang ternyata


berbeda dengan kebutuhan rumah sakit dan puskesmas.Korupsi pun jadi biang keladi
buruknya pelayanan kesehatan. Peralatan tidak memadai dan kekurangan obat
merupakan dua masalah utama yang paling banyak dikeluhkan masyarakat terkait
dengan rumah sakit milik pemerintah dan puskesmas.

3. Korupsi membuat masyarakat sulit mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas.

4. Mengancam nyawa masyarakat.

5. Berbagai peralatan yang dibeli dari proses yang korup sangat mudah rusak, pelayanan
purnajualnya buruk, dan tak presisi dalam mendiagnosis kondisi pasien.

Peralatan tak bisa memberikan informasi akurat yang dapat menyebabkan tenaga medis
salah melakukan tindakan medis. Begitu pula dengan obat. Jika masih tetap digunakan, obat
kedaluwarsa justru jadi ancaman serius bagi pasien.

Langkah penting mempersempit ruang korupsi kesehatan, khususnya terkait alat


kesehatan dan obat, adalah mendorong penggunaan e-katalog dan e-purchasing. Selain
mempermudah, proses pengadaan pun tidak lagi berbelit-belit. Keduanya memberi kepastian
spesifikasi teknis dan acuan harga.

Tapi, e-katalog dan e-purchasing bukan satu-satunya solusi untuk menekan korupsi
kesehatan. Proses politik dalam penganggaran pun harus dikontrol oleh publik.
4

Terakhir, terkait penegakan hukum. Selama ini pertimbangan yang memperberat


hukuman pelaku korupsi kesehatan hanya besaran kerugian negara dan aturan yang dilanggar,
sedangkan dampak yang ditimbulkan dari praktik korupsi kerap diabaikan. Padahal, korupsi
kesehatan secara langsung bisa mengancam nyawa masyarakat.

Karena itu, agar timbul efek jera, dampak korupsi harus didorong menjadi bahan
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan vonis.

2.2 Tempat korupsi di sektor kesehatan


Di Indonesia, sudah terdeteksi berbagai praktek yang menjurus korupsi di level mikro
pelayanan klinis dan sistem manajemen rumah sakit, antara lain :
1. Dokumen asuransi yang tidak beres
2. tagihan perawatan yang tidak sah
3. pembelian obat dan bahan habis pakai yang fiktif
4. penjualan bahan dan obat yang tidak sesuai aturan dan cenderung merugikan
masyarakat
5. dokter tidak aktif menangani pasien (mewakilkan ke dokter lain atau residen), namun
menerima jasa
6. kolusi dengan pabrik/distributor obat dan alat kesehatan yang merugikan pasien.

Di level sistem-sistem manajemen rumah sakit, dan lingkungan rumah sakit, terjadi antara
lain :
1. saat pembelian alat-alat kesehatan (alkes) dan obat
2. suap/gratifikasi misal dalam perijinan atau akreditasi rumah sakit
3. dalam konstruksi RS dan Puskesmas
4. penyelewengan dana Jamkesmas-Jamkesda dan bantuan sosial kesehatan
5. memberikan dana illegal ke pimpinan pemerintah daerah agar menjadi pejabat
struktural di RS atau menjadi pegawai.
Terjadinya korupsi bahkan sudah sampai korupsi yang "by design". Sebagai gambaran
pembelian alat direncanakan oleh oknum eksekutif, dengan dorongan dari penjual alat
kesehatan. Direktur rumah sakit dapat terpojok untuk memberikan tanda tangan yang
kemungkinan dapat berujung pada korupsi.
5
2.3 Akibat dari korupsi
Jika terlanjur ada korupsi akibatnya dapat berupa:
 kerusakan fisik
 kemacetan pembangunan fisik
 nama baik dan citra, termasuk keluarga di cap jelek
 karir berhenti
 mutu pelayanan rumah sakit menurun.
Walaupun pelaku di penjara, kehidupan masih dapat berjalan, namun kerusakan yang terjadi
sudah terlanjur buruk.

2.4 Dampak korupsi terhadap sistem manajemen rumah sakit


Sistem manajemen rumah sakit yang diharapkan untuk pengelolaan lebih baik menjadi
sulit dibangun. Bila korupsi terjadi di berbagai level maka akan terjadi keadaan sebagai
berikut:

1. Organisasi rumah sakit menjadi sebuah lembaga yang mempunyai sisi bayangan yang
semakin gelap;
2. Ilmu manajemen yang diajarkan di pendidikan tinggi menjadi tidak relevan;
3. Direktur yang diangkat karena kolusif (misalnya harus membayar untuk menjadi
direktur) menjadi sulit menghargai ilmu manajemen;
4. Proses manajemen dan klinis di pelayanan juga cenderung akan tidak seperti apa yang
ada di buku-teks;

Akhirnya terjadi kematian ilmu manajemen apabila sebuah rumah sakit/lembaga


kesehatan sudah dikuasai oleh kultur korupsi di sistem manajemen rumah sakit maupun
sistem penanganan klinis.

2.5 Penanganan korupsi di sektor kesehatan


Secara prinsip dikenal ungkapan Pencegahan lebih baik dibanding dengan Pengobatan.
Oleh karena itu, diperlukan pencegahan korupsi di sektor kesehatan melalui berbagai cara,
antara lain:

1. Pembangunan karakter tenaga kesehatan, pimpinan pemerintahan dan politik, serta


konsultan, yang dimulai sejak masa kecil;
6

2. Rekrutmen pimpinan lembaga kesehatan dan rumah sakit dan serta SDMnya harus
dilakukan secara baik ,dan transparan;
3. Pendampingan kegiatan yang potensi korupsi sejak awal perencanaan, terutama pada
proyek-proyek di sektor kesehatan yang rentan menjadi proyek yang dapat dirancang
untuk dikorupsi;
4. Cermat dalam melakukan kegiatan, termasuk administrasi perkantoran;
5. Dokter, tenaga kesehatan, manajer RS harus memahami peraturan dan perundangan
mengenai korupsi melalui pendidikan dan pelatihan.

2.6 Kasus Korupsi


Tindak pidana korupsi disektor kesehatan juga melibatkan oknum pejabat pemerintah
pusat dan daerah. Seperti kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di kementerian
kesehatan saat dipimpin oleh Siti Fadilah Supari. Kasus ini masih ditangani oleh KPK dan
belum ada perkembangannya sampai sekarang. Tertangkapnya Wawan oleh KPK yang
merupakan adik dari gubernur Banten juga terkait korupsi alat kesehatan. Dan Gubernur
Banten Ratu Atut Chasiyah yang baru saja ditetapkan sebagai tersangka karena dugaan
korupsi diantaranya korupsi pengadaan alat kesehatan.

Dari kasus diatas sudah jelas terbukti bahwa sektor kesehatan telah masuk dalam pusaran
korupsi. Masuknya sektor kesehatan dalam pusaran korupsi dapat menghambat pemerintah
dalam upayanya memperbaiki mutu pelayanan kesehatan. Sudah menjadi rahasia umum jika
mutu pelayanan kesehatan di Indonesia belum begitu baik. Hal ini akan menambah berat
tanggung jawab pemerintah untuk mewujudkan pelayanan yang bermutu. Di sisi lain, juga
berdampak pada semakin sulitnya mencapai derajat sehat masyarakat yang optimal. Akibat
dari maraknya kasus korupsi disektor kesehatan. Sehingga banyak program yang tidak
berjalan secara optimal.
7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Agar kasus korupsi disektor kesehatan tidak meluas maka perlu dibuat sistem
pengawasan program. Sistem pengawasan ini harus mampu menjalankan peran-peran
manajemen dengan baik. Peran yang baik akan menghasilkan program yang efektif dan
efisien. Selain sistem pengawasan juga diperlukan evaluasi pelaksanaan program. Selama ini
setiap program yang dibuat oelh pemerintah sangat jarang dilakukan evaluasi. Kalaupun ada
itu sangat sederhana dan terkesan hanya sebatas formalitas. Padahal adanya evaluasi sangat
penting untuk menciptakan sistem birokrasi yang efektif dan efisien. Maka, peluang untuk
melakukan korupsi akan semakin sempit karena ketatnya pengawasan serta adanya evaluasi.

Bagaimanapun juga sektor kesehatan memiliki peran penting dalam pembangunan


bangsa. Salah satu indikator bangsa yang maju dilihat dari kesehatan masyarakatnya. Sudah
seharusnya budaya korupsi disemua sektor termasuk sektor kesehatan harus diberantas. Peran
masyarakat sangat dibutuhkan untuk ikut mengawasi serta mengevaluasi setiap program
disektor kesehatan. Supaya tujuan menuju Indonesia sehat cepat tercapai.

3.2 Saran
Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat memilih
manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan motivasi agar kita
tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan dan pemikiran yang
intelektual khususnya dalam mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi.
8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/18556161/DAMPAK_KORUPSI_Autosaved
https://jurnal.kpk.go.id/Dokumen/jurnal-integritas-volume-02-nomor-1-tahun-2016/jurnal-
integritas-volume-02-nomor-1-tahun-2016%20-%2006.pdf
https://id.scribd.com/doc/243381504/Dampak-Korupsi-Terhadap-Bidang-Pelayanan-
Kesehatan-Masyarakat
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220520-kenali-bahayanya-dampak-
korupsi-di-berbagai-bidang-ini
9

Anda mungkin juga menyukai