Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN

“PENGELOMPOKAN DATA DASAR MENURUT


TEORI BLUM”

Disusun oleh :
Sophieola Fitri Azhari 152110060

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES AKBID WIJAYA HUSADA BOGOR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan Syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “pengelompokan data dasar menurut teori Blum”. shalawat serta salam
senantiasa kita limpah curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kuliah dengan mata
kuliah sekolah yaitu Keperawatan Maternitas yang berkaitan dengan proses kehamilan.
Dalam menyusun makalah ini, kami sebagai penyusun banyak sekali menghadapi berbagai
kendala dan hambatan. Namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak juga
dengan usaha dan do’a, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Maka dengan segala
kerendahan hati penyusun mengucapkan terimakasih.

Penyusun menyadari masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam menyusun


makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mohon maaf atas segala kekurangan dan tidak lupa
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada para
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang membangun .
Terima Kasih

Wassalamu’alaikumkum warahmatullahi Wabarakatuh

Bogor, November 2022

Penyusun

19
DAFTAR ISI

BAB 1....................................................................................................................................................1
1.3. Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.4. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.5. Tujuan Pembahasan...............................................................................................................1
BAB 2....................................................................................................................................................2
2.2 Derajat Kesehatan.............................................................................................................3
2.3 Pengelompokan Data Dasar menurut Blum......................................................................4
2.3.1 Data Status Kesehatan..............................................................................................................4
2.3.2 Data Pelayanan Kesehatan...............................................................................................14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.3. Latar Belakang


Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang
kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan
pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai
(Dinas Kesehatan, 2007).
Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang
kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan
berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.Akan tetapi pada
kenyataanya, pembangunan kesehatan di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan.
Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa diantaranya
adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung, dan sebagainya yang semakin
menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak khususnya di wilayah
Indonesia Timur, prioritas kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran lingkungan
yang semakin tinggi.
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa kebijakan pemerintah lah yang
salah, sehingga masalah-masalah kesehatan di Indonesia seakan tak ada ujungnya.
Akan tetapi, kita tidak bisa hanya menyalahkan pemerintah saja dalam hal ini. Karena
bagaimanapun juga, sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam
menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, selain pemerintah masih banyak lagi
faktor-faktor atau determinan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat.
1.4. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori Hendrik L Blum itu?
2. Bagaimana derajat kesehatan itu?
3. Bagaimana pengelompokan data dasar menurut teori Blum?
4. Bagaimana data status kesehatan
5. Bagaimana data pelayanan kesehatan
1.5. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui apa itu definisi dari teori Hendrik L Blum
2. Mengetahui apa itu derajat kesehatan
3. Mengetahui bagaimana pengelompokan data dasar menurut teori Hendrik L
Blum
4. Mengetahui bagaimana data status kesehatan
5. Mengetahui bagaimana data pelayanan kesehatan

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Teori Hendrik L Blum


Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan
untuk diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat
secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk
menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam
menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya
masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor
perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik,
budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan
faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi
yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan
masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan
faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul
dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang
lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan
hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.
Di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini maka cara
pandang kita terhadap kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila
dahulu kita mempergunakan paradigma sakit yakni kesehatan hanya
dipandang sebagai upaya menyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin
hubungan dokter dengan pasien (dokter dan pasien). Namun sekarang
konsep yang dipakai adalah paradigma sehat, dimana upaya kesehatan
dipandang sebagai suatu tindakan untuk menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan individu ataupun masyarakat (SKM dan masyarakat).
Dengan demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum
memandang pola hidup sehat seseorang secara holistik dan komprehensif.
Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan
penyembuhan penyakit melainkan upaya yang berkesinambungan dalam
menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Peranan Sarjana
Kesehatan Masyarakat dalam hal ini memegang kendali dominan
dibandingkan peranan dokter. Sebab hubungan dokter dengan pasien hanya
sebatas individu dengan individu tidak secara langsung menyentuh
masyarakat luas. Ditambah lagi kompetensi dalam memanagement program
lebih dikuasai lulusan SKM sehingga dalam perkembangannya SKM
menjadi ujung tombak program kesehatan di negara-negara maju.
Untuk negara berkembang seperti Indonesia justru, paradigma sakit yang
digunakan. Dimana kebijakan pemerintah berorientasi pada penyembuhan
pasien sehingga terlihat jelas peranan dokter, perawat dan bidan sebagai
tenaga medis dan paramedis mendominasi. Padahal upaya semacam itu
sudah lama ditinggalkan karena secara financial justru merugikan Negara.
16
Anggaran APBN untuk pendanaan kesehatan diIndonesiasemakin tinggi
dan sebagian besar digunakan untuk upaya pengobatan seperti pembelian
obat, sarana kesehatan dan pembangunan gedung. Seharusnya untuk
meningkatan derajat kesehatan kita harus menaruh perhatian besar pada
akar masalahnya dan selanjutnya melakukan upaya pencegahannya. Untuk
itulah maka upaya kesehatan harus fokus pada upaya preventif
(pencegahan) bukannya curative (pengobatan).
Namun yang terjadi anggaran untuk meningkatkan derajat
kesehatan melalui program promosi dan preventif dikurangi secara
signifikan. Akibat yang ditimbulkan adalah banyaknya masyarakat yang
kekurangan gizi, biaya obat untuk puskesmas meningkat, pencemaran
lingkungan tidak terkendali dan korupsi penggunaan askeskin. Dampak
sampingan yang terjadi tersebut dapat timbul karena kebijakan kita yang
keliru.

2.2 Derajat Kesehatan


Menurut Hendrik L.Blum (1974), terdapat empat faktor utama
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu :
lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan, dan keturunan.
Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain, yaitu
sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem
budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai
pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat (Gumilar,
2004). Gambar 1 menjelaskan hubungan antara faktor lingkungan, perilaku
manusia, pelayanan kesehatan, dan keturunan terhadap derajat kesehatan
masyarakat.
Selain itu Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang
berhubungan dengan derajat kesehatan, yaitu :
1) Life spam: yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat,
atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang
bukan karena mati tua.
2) Disease or infirmity: yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis
dan anatomis dari masyarakat.
3) Discomfort or ilness: yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang
keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya
4) Disability or incapacity: yaitu ketidakmampuan seseorang dalam
masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan
sosialnya karena sakit.
5) Participation in health care: yaitu kemampuan dan kemauan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu
dalam keadaan sehat.
6) Health behaviour: yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota
masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan
7) Ecologic behaviour: yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan,
spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem
8) Social behaviour: yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap
sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya

19
9) Interpersonal relationship: yaitu kualitas komunikasi anggota
masyarakat terhadap sesamanya
10) Reserve or positive health: yaitu daya tahan anggota masyarakat
terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam
menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial
11) External satisfaction: yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap
lingkungan sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi,
transportasi.
12) Internal satisfaction: yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap
seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.

2.3 Pengelompokan Data Dasar menurut Blum


2.3.1 Data Status Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat adalah gambaran tentang kondisi
kesehatan yang terjadi secara umum di masyarakat. Untuk mengukur
atau mengkuantifikasi kondisi kesehatan yang dihadapi suatu daerah,
digunakanlah sejumlah indikator kesehatan. Di Indonesia, derajat
kesehatan masyarakat diukur berdasarkan kondisi mortalitas
(kematian), status gizi, dan morbiditas (kesakitan). Angka mortalitas
terdiri atas: angka kematian neonatal, angka kematian bayi, angka
kematian balita, dan angka harapan hidup, sedangkan morbiditas
mengacu pada angka kesakitan sejumlah penyakit pada balita dan
dewasa.
A. Mortalitas
Kematian merupakan indikator penting dalam menentukan
status kesehatan masyarakat. Kematian juga merupakan salah satu
komponen selain fertilitas dan migrasi yang mempengaruhi
perubahan jumlah dan struktur penduduk. Kematian akan terjadi
tentunya setelah ada kehidupan. Oleh karena itu harus ada definisi
yang jelas tentang kapan kehidupan itu dimulai. Untuk itu harus
dibedakan tiga keadaan yang sangat beda yaitu lahir hidup, mati,
dan lahir mati.
Lahir hidup ialah peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari
seorang wanita secara lengkap tanpa memandang lamanya

16
kehamilan dan setelah perpisahan tersebut terjadi, hasil konsepsi
bernafas dan mempunyai tanda-tanda kehidupan lainnya, seperti
denyut jantung, denyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot, tanpa
memandang taling pusat sudah dipotong atau belum.
Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen setelah janin lahir, yang dapat terjadi
setiap saat setelah kelahiran hidup
Lahir mati adalah peristiwa menghilangnya tanda-tanda
kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut
dikeluarkan dari rahim ibunya.
Ada beberapa ukuran (rate/angka) kematian mortalitas
diantaranya :
1) Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR)
Angka ini dipakai untuk mengukur mortalitas secara kasar.
Angka ini (CDR) sangat sering dipakai sebagai indikator status
kesehatan masyarakat. Namun harus dipahami bahwa CDR
menggambarkan kematian secara umum dan menyeluruh. Oleh
karena itu, membandingkan status kesehatan dua komunitas
dengan cara membandingkan CDR-nya harus hati-hati sekali
kecuali kedua komunitas tersebut mempunyai ciri-ciri yang
sama dalam beberapa hal yang mempengaruhi kesehatan. Ciri
atau variabel yang mempengaruhi tersebut antara lain umur,
suku, jenis kelamin, dan sosial ekonomi. Begitupun
membandingkan CDR untuk tahun yang berbeda harus hati-hati.
Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara adalah dengan
melakukan standarisasi, atau menggunakan ukuran kematian
yang lain.
INDIKATOR ANGKA KEMATIAN KASAR
(CRUDE DEATH RATE=CDR)
RUMUS Rumus :
𝑋
XK
𝑌

19
Keterangan :
 Pembilang (X) = Jumlah kematian penduduk
pada suatu wilayah dalam waktu satu tahun
 Penyebut (Y) = Jumlah seluruh penduduk
pada pertengahan tahun dalam tahun dan
wilayah yang sama
 Konstanta (K) = 1000
MANFAAT 1) Petunjuk umum status kesehatan masyarakat
2) Menggambarkan kondisi / tingkat
permasalahan penyakit di dalam masyarakat
3) Menggambarkan kondisi sosial ekonomi
4) Menggambarkan kondisi lingkungan fisik dan
biologik
5) Berguna untuk menghitung laju pertumbuhan
penduduk
INTERPRETASI Angka CDR yang tinggi di suatu wilayah
menunjukkan bahwa keadaan status kesehatan,
ekonomi, lingkungan fisik, dan biologik
masyarakat di wilayah tersebut masih rendah.
CONTOH Di suatu Kabupaten yang berpenduduk 1 200 000
per 1 Juli 1986 tercatat sejumlah 18 000 kematian
selama 1986.
Maka CDR 1986 = 18 000 / 1 200 000 x 1000
= 15 per seribu penduduk
2) Angka Kematian Khusus menurut Kelompok Umur dan
Penyebab Penyakit (Age and Cause Specific Death
Rate/ASDR dan CSDR)

Angka kematian khusus yaitu angka yang


menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk
pada golongan umur tertentu dalam waktu satu tahun
INDIKATOR ANGKA KEMATIAN KHUSUS MENURUT
KELOMPOK UMUR DAN PENYEBAB
PENYAKIT (AGE AND CAUSE SPECIFIC
DEATH RATE/ ASDR dan CSDR)
RUMUS Rumus :
𝑋
XK
𝑌

16
Keterangan :
 Pembilang (X) = Jumlah kematian karena
suatu penyakit pada penduduk golongan
umur tertentu di suatu wilayah pada periode
waktu tertentu
 Penyebut (Y) = Jumlah penduduk golongan
umur yang sama di wilayah dan periode
waktu yang sama
 Konstanta (K) = 1000
MANFAAT Untuk mengetahui tingkat dan pola kematian
menurut golongan umur dan menurut
penyebabnya
INTERPRETASI Tinggi angka age and cause specific death rate
menggambarkan bahwa pola kematian suatu
penyakit menurut golongan umur meningkat
CONTOH Pada survei di Jatim terdapat sejumlah 9
kematian penduduk yang berumur antara 5-15
tahun. jumlah penduduk golongan umur yang
sama = 5265 orang. Maka angka kematian
khusus kelompok di daerah tersebut
ASDR = 9/5256 x 1000 = 1,71%
3) Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR)
Bayi atau infant adalah anak yang berumur 0 tahun
(sebelum ulang tahun yang pertama). Begitu ulang tahun maka
ia sudah masuk kelompok umur 1 tahun. Imr dianggap indikator
tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat dari suatu
kelompok masyarakat karena sangat sensitif terhadap perubahan
yang ada.
INDIKATOR Angka Kematian Bayi
Infant Mortality Rate/IMR
RUMUS Rumus : 𝑋
XK
𝑌
Keterangan :
 Pembilang (X) = Jumlah kematian bayi di
bawah usia 1 tahun di wilayah tertentu
selama 1 tahun
 Penyebut (Y) = Jumlah lahir hidup di wilayah
dan pada periode waktu yang sama
 Konstanta (K) = 1000

19
MANFAAT 1) Untuk mengetahui gambaran tingkat
permasalahan kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan faktor penyebab kematian
bayi
2) Tingkat pelayanan ante-natal
3) Status gizi ibu hamil
4) Tingkat keberhasilan program KIA dan KB
5) Kondisi lingkungan dan sosial ekonomi
INTERPRETASI Bila IMR di suatu wilayah tinggi berarti status
kesehatan di wilayah tersebut rendah
CONTOH Jumlah penduduk suatu wilayah yang berusia di
bawah 1 tahun yang mati 98 anak. sedangkan
jumlah kelahiran hidup pada tahun tersebut
sebanyak 1000 anak.
Maka IMR = 98/1000
= 98 per 1000 kelahiran hidup
4) Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate/MMR)
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian
perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan
bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup
INDIKATOR Angka Kematian Ibu
Maternal Mortality Rate/MMR
RUMUS Rumus : 𝑋
XK
𝑌
Keterangan :
 Pembilang (X) = Jumlah kematian ibu karena
kehamilan, persalinan, masa nifas dan
komplikasinya dalam suatu wilayah dan
waktu tertentu (dalam 1 tahun)
 Penyebut (Y) = Jumlah kelahiran hidup
dalam wilayah dan waktu yang sama
 Konstanta (K) = 100.000
MANFAAT Informasi mengenai tingginya MMR akan
bermanfaat untuk pengembangan program
peningkatan kesehatan reproduksi, terutama
pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan
yang aman bebas resiko tinggi (making
pregnancy safer), program peningkatan jumlah

16
kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan,
penyiapan sistim rujukan dalam penanganan
komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa
nifas yang bertujuan untuk mengurangi Angka
Kematian Ibu dan meningkatkan derajat
kesehatan reproduksi.
INTERPRETASI Tingginya angka kematian ibu menunjukkan
keadaan sosial ekonomi rendah
fasilitas pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan prenatal dan obstetri rendah.
CONTOH Jumlah kematian ibu hamil pada suatu wilayah
tertentu tahun 2010 = 458 orang, jumlah
kelahiran hidup pada tahun tersebut = 1.832.617
Maka angka kematian ibu 458/1.832.617 =
25/100.000 kelahiran hidup

B. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dengan kebutuhan zat
gizi tubuh. Status gizi, khususnya status gizi anak balita merupakan
salah satu indikator yang akan menentukan kualitas sumber daya
manusia.
Upaya monitoring dan evaluasi pencapaian indikator kinerja
utama dan indikator kinerja kegiatan gizi, telah dilakukan melalui
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan setiap 3-5
tahun. Namun untuk memenuhi kebutuhan informasi terkait situasi
status gizi dan indikator kegiatan pembinaan gizi yang spesifik
wilayah terutama di kabupaten dan kota secara cepat, akurat, tepat
waktu dan berkelanjutan, dipandang perlu melaksanakan
Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Pemantauan Konsumsi Gizi
(PKG) secara periodik dan berkesinambungan.
Untuk ketersediaan informasi perkembangan status gizi dan
capaian kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah, khususnya di
kabupaten dan kota secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan
diantara pelaksanaan Riskesdas, dipandang perlu melakukan
monitoring dan evaluasi setiap tahun. Pelaksanaan PSG secara
periodik dan berkesinambungan setiap tahun merupakan bagian dari
19
kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi. Data dan
informasi yang dihasilkan dari kegiatan PSG dapat dijadikan bahan
pengambilan keputusan dan penyusunan rencana kegiatan
pembinaan gizi di suatu wilayah, khususnya di kabupaten dan kota.
Pemantauan Status Gizi adalah kegiatan survey status gizi
yang berkelanjutan untuk mengumpulkan data indikator status gizi
dan determinannya. Dalam hal ini data status gizi yang dikumpulkan
meliputi; antropometri dan konsumsi gizi balita.
a. Tujuan Umum PSG
Menyediakan informasi tentang status gizi, konsumsi, dan
faktor determinannya bagi para perumus kebijakan, pengambil
keputusan untuk perencanaan dan penentuan kebijakan
penanggulangan masalah gizi secara teratur

b. Tujuan Khusus PSG


a) Untuk memperoleh informasi status gizi balita:
1) Prevalensi balita gizi kurang (underweight) berdasarkan
indeks BB/U;
2) Prevalensi balita pendek (stunting) berdasarkan indeks
PB/U atau TB/U;
3) Prevalensi balita kurus (wasting) berdasarkan indeks BB/PB
atau BB/TB;
4) Prevalensi balita kurus berdasarkan indeks IMT/U;
5) Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).

b) Untuk memperoleh informasi konsumsi gizi balita :


1) Memperoleh gambaran tingkat (rata-rata) konsumsi energi,
karbohidrat, protein dan lemak.
2) Memperoleh gambaran besaran defisit energi, karbohidrat,
protein dan lemak pada kelompok umur.

16
3) Memperoleh gambaran pola konsumsi makan menurut
kelompok umur.
4) Menilai gambaran keanekaragaman konsumsi pangan.

c) Untuk memperoleh informasi capaian kinerja upaya perbaikan


gizi:
1) Persentase pendek pada anak sekolah dan remaja dengan
indeks TB/U
2) Persentase kurus pada anak sekolah dan remaja dengan
indeks IMT/U
3) Persentase kurus dan gemuk pada dewasa dengan IMT;
4) Persentase Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita
Usia Subur (WUS), ibu hamil dan ibu menyusui dengan
indeks Lingkar Lengan Atas (LiLA);
5) Persentase remaja puteri mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD);
6) Persentase ibu hamil KEK yang mendapat Pemberian
Makanan Tambahan (PMT);
7) Persentase ibu hamil yang mendapat TTD 90 tablet selama
masa kehamilan;
8) Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A;
9) Persentase bayi yang diberi kesempatan untuk Inisiasi
Menyusu Dini (IMD);
10) Persentase bayi kurang dari 6 bulan yang mendapat Air
Susu Ibu (ASI) Eksklusif;
11) Persentase Balita mempunyai KMS;
12) Persentase Balita yang ditimbang di Posyandu;
13) Persentase Balita gizi buruk mendapat perawatan;
14) Persentase Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A;
15) Persentase Balita kurus memperoleh makanan tambahan;
16) Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium.

19
C. Morbiditas (Kesakitan)
Morbiditas adalah keadaan sakit; terjadinya penyakit atau
kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup. Ada tiga cara
pengukuran angka kesakitan yang digunakan dalam epidemiologi
yaitu :
1) Insidensi
Angka insidensi adalah jumlah kasus baru suatu penyakit yang
timbul atau dilaporkan selama periode tertentu di suatu wilayah
untuk tiap 1000 penduduk pada pertengahan periode yang sama.
INDIKATOR Angka Insidensi
Incidence Rate
RUMUS Rumus : 𝑋
XK
𝑌
Keterangan :
 Pembilang (X) = Jumlah kasus baru penyakit
tertentu di suatu wilayah dalam periode
waktu tertentu
 Penyebut (Y) = Jumlah penduduk di wilayah
dan periode waktu yang sama
 Konstanta (K) = 100, 1000, 10000, 100000
MANFAAT Pengamatan dan rencana penanggulangan
penyakit dengan melihat :
1. Potret masalah penyakit tertentu
2. Angka dari beberapa periode dapat
dipergunakan untuk melihat kecenderungan
dan fluktuasi penyakit
3. Pemantauan dan evaluasi upaya penvegahan
dan penanggulangan penyakit
4. Perbandingan angka insidensi antar wilayah
dan antar waktu
INTERPRETASI Makin besar angka insidensi berarti makin besar
masalah penyakit tersebut
CONTOH Selama tahun 2010 dilaporkan sebanyak 126
kasus penyakit DHF dari suatu populasi sebesar
20000. Maka angka nsidensi penyakit tersebut =
126/20000 x 1000 = 126 / 20 = 6,3 kasus / 1000
populasi

16
2) Prevalensi
Prevalensi digunakan untuk mengukur jumlah orang
dikalangan penduduk yang menderita sesuatu penyakit pada satu
titik waktu tertentu.
Prevalensi merupakan gambaran tentang frekuensi penderita
lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu
di sekelompok masyarakat tertentu. secara umum, nilai prevalensi
dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Period Prevalence Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakt yang
diteukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan
jumlah penduduk pada pertengan jangka waktu yang
bersangkutan. Hanya digunakan untuk jenis penyakit yang sulit
diketahui saat munculnya, misal pada gangguan jiwa.
Rumus
Jumlah penderita baru + lama x 1000 (100%)
jumlah penduduk pertengahan

b. Point Prevalence Rate


Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada
suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk saat itu. dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan.
Rumus
Jumlah penduduk baru + lama x 100 (100%)
Jumlah penduduk saat itu

 Angka prevalens selang, yaitu sejumlah penderita penyakit


tertentu yang ada selama satu periode (waktu tertentu) di suatu
wilayah, untuk tiap 1000 penduduk pada pertengahan periode
yang sama.

19
 Angka prevalens titik, yaitu jumlah penderita penyakit tertentu
yang ada pada saat tertentu di suatu wilayah, untuk tiap 1000
penduduk pada saat itu juga.
 Angka prevalens rata-rata, yaitu jumlah semua prevalens titik
selama satu periode untuk tiap lama titik prevalens tersebut
(biasanya dalam hari).
 Rata-rata lama sakit, yaitu jumlah semua lamanya penyakit
tertentu berlangsung untuk tiap peristiwa penyakit tertentu.
 Hubungan antara prevalens suatu periode tertentu berbanding
lurus dengan perkalian antara insidens pada periode yang sama
dan lamanya sakit, yang dinyatakan dalam suatu periode
dimaksud.
P=IxD
Keterangan :
P = Prevalens
I = Insidens
D = Lamanya sakit
2.3.2 Data Pelayanan Kesehatan

Statistik di pelayanan kesehatan didefinisikan sebagai suatu


metode yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, menginterpretasikan dan penarikan kesimpulan dari data
yang ada di pelayanan kesehatan.
Fungsi statistik di bidang kesehatan atau rumah sakit adalah
sebagai berikut :
 Perbandingan penampilan rumah sakit masa lalu dan sekarang.

 Sebagai bahan acuan untuk perencanaan pengembangan rumah


sakit atau klinik di masa depan.
 Evaluasi/ Penilaian program kesehatan, penampilan kerja
tenaga medis, perawat dan staf lain.
 Biaya rumah sakit atau klinik jika disponsori oleh pemerintah.

16
 Penelitian, dasar studi epidemiologi misalkan: penyebaran penyakit.
 Pengukuran status kesehatan misalkan: angka Kematian bayi

19
Kegiatan manajemen data pelayanan kesehatan mencakup :
1) Pengumpulan data
Data yang telah terkumpulkan dan yang diperlukan sebaiknya
dikumpulkan atau dicatat dalam sebuah formulir yang dapat kita
sebut dengan dokumen sumber yang berfungsi sebagai masukan atau
inputan bagi system.
2) Integritas dan pengujian
Terlebih dahulu data yang telah terkumpulkan tersebut diperiksa
dahulu untuk meyakinkan konsistensi dan akurasinya berdasarkan
peraturan – peraturan dan kendala yang telah ditentukan sebelumnya.
3) Penyimpanan
Sebaiknya data disimpan pada suatu media, seperti media magnetic
atau piringan magnetic.
4) Pemeliharaan
Data baru ditambahkan , data yang sudah ada diubah dengan
sewajarnya dan data yang sudah tidak dibutuhkan lagi dapat dihapus
hal ini berguna agar sumber daya data tetap mutakhir maka
dibutuhkan pemeliharaan.
5) Keamanan
Pentingnya menjaga keamanan data adalah untuk mencegah
kehancuran, kerusakan, atau penyalahgunaan data
6) Organisasi
Data yang sudah terkumpulkan sebaiknya disusun sedemikian rupa
untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
7) Pengambilan
Maksudnya data telah tersedia bagi para pemakai.

Program peningkatan mutu layanan di Rumah Sakit adalah


sebagai berikut :
1) Masukan
a) Data kegiatan Rumah Sakit

16
b) Data keadaan penyakit pasien
c) Data inventaris Rumah Sakit
d) Data fasilitas Rumah Sakit
e) Data keterangan Rumah Sakit
f) Data peralatan Rumah Sakit
2) Proses
a) Perencanaan
b) Pelaksanaan dan Pergerakkan
c) Pengawasan
d) Pengendalian, dan
e) Penilaian
3) Keluaran
Program peningkatan mutu pelayanan Rumah Saki (Positif atau
Negatif)
4) Umpan Balik
Hasil dari kegiatan program peningkatan mutu pelayanan di
Rumah Sakit dijadikan data untuk tindak lanjut selanjutnya.

19
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Menurut Hendrik L Blum ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat atau perorang yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
keturunan. Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan
dengan derajat kesehatan yaitu Life spam, Disease or infirmity, Discomfort or
ilness, Disability or incapacity, Participation in health care, Health behaviour,
Ecologic behaviour, Social behaviour, Interpersonal relationship, Reserve or
positive health, External satisfaction, dan Internal satisfaction.
Dalam mengukur atau mengkuantifikasi derajat kesehatan yang dihadapi di suatu
daerah digunakan sejumlah indikator kesehatan yang diukur melalui perhitungan
data-data statistik. Untuk mengukur derejat kesehatan masyarakat dapat diukur
melalui kondisi mortalitas (kematian), status gizi, dan morbiditas (kesakitan).
Angka mortalitas terdiri atas: angka kematian neonatal, angka kematian bayi,
angka kematian balita, dan angka harapan hidup, sedangkan morbiditas mengacu
pada angka kesakitan sejumlah penyakit pada balita dan dewasa.
Statistik di pelayanan kesehatan didefinisikan sebagai suatu metode yang
digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menginterpretasikan
dan penarikan kesimpulan dari data yang ada di pelayanan kesehatan.

3.2. Saran
Dengan adanya Makalah Ini, Hendaknya akan dapat menambah wawasan
penbaca tentang pengelompokan data dasar menurut teori Blum

18
DAFTAR PUSTAKA

Slamet, Juli Soemirat. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.
Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2008. Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan Masyarakat
untuk Hidup Sehat. Jakarta: Trans Info Media.

19

Anda mungkin juga menyukai