Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT ISPA

Berita yang kami dapatkan mengenai kasus ISPA terjadi di Provinsi


Sumatra Selatan dan Kota Garut. Kebijakan yang dilakukan pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan melalui Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel untuk menanggulangi
penyakit ISPA yang menyerang warga adalah terus menggalakan sosialisasi
penggunaan masker. Pihak Dinas Kesehatan akan berkoordinasi dengan Dinas
Pendidikan untuk mensuplai masker ke sekolah-sekolah. Selain itu pemerintah
juga terus melakukan pencegahan serta penyuluhan sebagai upaya pencegahan
penderita ISPA.

Sedangkan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Garut melalui


Dinas Kesehatan adalah meningkatkan promosi pola hidup bersih dan sehat.

Implementasi didefinisikan sebagai apa yang terjadi sesuai dengan harapan


dan akibat dari kebijakan yang dirasakan (DeLeon, 1999). Implementasi
kebijakan cenderung untuk memobilisasi keberadaan lembaga (Blakie & Soussan,
2011). Pada kebijakan dilihat apakah ada kesenjangan antara yang direncanakan
dan yang terjadi sebagai suatu akibat dari dampak kebijakan.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan operasional untuk
pengendalian ISPA sebagai berikut:
1. Advokasi kepada pemangku kepentingan di semua tingkat untuk
membangun komitmen dalam pencapaian tujuan pengendalian ISPA.
2. Pengendalian ISPA dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
3. Peningkatan penemuan kasus dan tatalaksana pneumonia Balita sesuai
dengan standar di semua fasilitas pelayanan kesehatan.
4. KIE pengendalian ISPA melalui berbagai media sesuai dengan kondisi
sosial dan budaya setempat.
5. Ketersediaan logistik pengendalian ISPA menjadi tanggung jawab pusat
dan daerah.
6. Pengendalian ISPA dilaksanakan melalui kerjasama dan jejaring dengan
lintas program, lintas sektor, swasta, perguruan tinggi dan organisasi non
pemerintah baik nasional maupun internasional.
7. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui peningkatan kemampuan
sumber daya, pembinaan/supervisi, sistem pemantauan dan evaluasi
program serta sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat.
8. Autopsi verbal dilakukan dalam rangka menentukan penyebab kematian
Balita.
9. Penyusunan rencana kontinjensi kesiapsiagaan dan respon pandemi
influenza di semua tingkat.
10. Rencana pengendalian pneumonia disusun berbasis bukti (evidence based)
(Kemenkes RI, 2012)
Berdasarkan kebijakan operasional yang ditetapkan oleh Kementrian
Kesehatan Indonesia, hal yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan sudah sesuai dengan poin no 5. Begitu pula dengan pemerintah Kota
Garut, pengendalian yang dilakukan sudah sesuai dengan poin kebijakan
operasional pengendalian ISPA ke 4.
Menurut pandangan Edwards III dalam Subarsono (2011), implementasi
kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel yang saling berhubungan satu sama
lain, diantaranya:
1. Komunikasi
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam menanggulangi ISPA
akan menggalakkan sosialisasi penggunaan masker, bahkan sudah
berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk mendistribusikan
masker ke sekolah-sekolah. Artinya pemerintah sudah melakukan
komunikasi yang baik kepada masyarakat, dilihat dari kegiatan upaya
sosialisasi penggunaan masker. Selain itu Dinas Kesehatan juga telah
berkomunikasi dengan sektor lain yaitu sektor pendidikan untuk
membantu pelaksanaan kebijakan penggunaan masker tersebut.
Sedangkan pemerintah Kota Garut juga sudah melakukan komunikasi
dengan baik melalui upaya promosi pola hidup bersih dan sehat.

2. Sumber daya
Sumber daya yang dimaksud ialah meliputi ketersediaan staf (tenaga
kerja) dan fasilitas fisik (fasilitas kesehatan) yang dapat mendukung
proses implementasi kebijakan. Dalam berita di Provinsi Sumatera
Selatan, Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan yang
merupakan sumber daya potensial untuk menyukseskan kebijakan
kesehatan yang telah dibuat.

3. Disposisi
Disposisi merupakan kecenderungan sikap yang dimiliki oleh agen
pelaksana kebijakan yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan
kinerja implementasi kebijakan. Sehingga aktor pelaksana kebijakan
tersebut harus memahami apa yang harus dilakukan dan diangkat
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Kecenderungan sikap agen
pelaksana kebijakan di Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Garut
menurut berita yang kami temukan tidak terlalu dijelaskan. Namun
seharusnya agen pelaksana telah memahami dengan baik mengenai
masalah ISPA sebelum mensosialisasikan kepada masyarakat dan
memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi diperlukan untuk mengatur sumber daya atau
pelaksana dapat melaksanakan kegiatan dengan kondusif dan
terkoordinasi dengan baik. Dalam pengelolaan kebijakan yang
kompleks diperlukan struktur birokrasi yang kuat dan dapat mengatur
kerjasama orang-orang atau sumber daya di dalamnya secara efektif.
Struktur birokrasi yang digunakan dalam kebijakan pengendalian ISPA
di Provinsi Sumatera Selatan adalah Dinas Kesehatan Prov. Sumsel
melalui Kepala Bidang (Kabid) Bina Pengendalian Masalah Kesehatan
Dinkes Sumsel. Sedangkan struktur birokrasi yang digunakan dalam
kebijakan pengendalian ISPA di Kota Garut adalah Dinas Kesehatan
Kota Garut melalui Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular
(P2M).

Anda mungkin juga menyukai