Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA DINAS

KESEHATAN KABUPATEN GUNUNG MAS DALAM UPAYA


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR
TUBERKULOSIS DI KABUPATEN GUNUNG MAS PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH
TAHUN 2023

Policy Paper
Oleh:
YONGKY DIANTO, S.Sos
NIM. 23.81.01104

Mata Kuliah : Reformasi Administrasi Publik


Dosen : DR.NURHASANAH, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
TAHUN 2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit menular yang umum, dan

dalam banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai

strain mikobakteria, umumnya Mycobacterium tuberculosis (disingkat "MTb" atau

"MTbc"). Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa berdampak

pada bagian organ tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika

seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran

ludah/droplet mereka melalui udara.

Tuberkulosis ditemukan pertama kali pada Tahun 1882, atau 141 tahun lalu oleh

Robert Koch. Namun TB sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan

dunia, termasuk Indonesia, Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah

kasus TBC terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh China.

Beberapa kebijakan Pemerintah Pusat dalam upaya penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia adalah dengan mengeluarkan beberapa kebijakan

untuk mencapai Eliminasi Tuberkulosis pada Tahun 2030. Bentuk dari kebijakan

tersebut adalah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016 tentang

Penanggulangan Tuberkolosis dan diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor

67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan

Pasal 167 Ayat 4 menegaskan bahwa Tuberkulosis adalah salah satu Program

Prioritas Nasional dalam upaya pencegahan dan penanggulanganya.


Dalam Peraturan Presiden 67 Tahun 2021 Pasal 24 ayat 2 menyatakan bahwa

Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan

penanggulangan tuberkulosis diwilayahnya, dimana dalam hal ini Dinas

Kesehatan Kabupaten Gunung Mas sebagai penginisiasi atau leading sektor

secara khusus dalam pelaksanaan yang dibantu oleh berbagai instansi/lembaga

pendukung.

Peraturan Presiden 67 Tahun 2021 juga dicantumkan target pencapaian indikator

dalam penanggulangan tuberkulosis yang harus dicapai oleh daerah yaitu:

a) Penurunan angka kejadian (incidence rate TBC) target 65 per 100.000

penduduk per tahun.

b) Penurunan angka kematian akibat TBC target 6 per 100.000 penduduk

per tahun.

c) Cakupan penemuan pengobatan TBC target 95% per tahun.

d) Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC target 90% per tahun.

e) Cakupan penemuan dan pengobatan TBC resisten obat target 80% per

tahun.

f) Persentase pasien TBC resisten obat yang memulai pengobatan target

95% per tahun.

g) Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC resisten obat target

80% per tahun.

h) Cakupan penemuan kasus TBC pada anak target 90% per tahun.

i) Cakupan pemberian terapi pencegahan TBC (TPT) target 90% per tahun.

Pada saat ini data yang dihimpun dari Pengelola Program / Wakil Supervisor

Tuberkulosis Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas dan data Sistem


Informasi Tuberkulosis (SITB) pada Tahun 2023 yaitu sebagai berikut:

………………………..

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana implementasi kebijakan Pemerintah pada Dinas Kesehatan

Kabupaten Gunung Mas dalam upaya pencegahan dan pengendalian

penyakit menular tuberkulosis di Kabupaten Gunung?

2. Apa saja faktor yang menghambat implementasi kebijakan Pemerintah

pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas dalam upaya

pencegahan dan pengendalian penyakit menular tuberkulosis di

Kabupaten Gunung?

3. Apa saja faktor pendukung dalam implementasi kebijakan Pemerintah

pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas dalam upaya

pencegahan dan pengendalian penyakit menular tuberkulosis di

Kabupaten Gunung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui, mencari solusi dan upaya

memaksimalkan ideologi untuk mengimplementasikan kebijakan Pemerintah

pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas dalam upaya pencegahan dan

pengendalian penyakit menular tuberkulosis di Kabupaten Gunung.


D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini baik dari segi teoritis

maupun dari segi praktis adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi positif yang

dapat menunjang bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu

pemerintahan, menambah informasi, referensi bagi pemangku kepentingan

dan pengambil kebijakan maupun pelaksana terkhususnya Dinas Kesehatan

Kabupaten Gunung Mas dalam upaya mengimplementasikan kebijakan

Pemerintah dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular

tuberkulosis di Kabupaten Gunung.

2. Secara Praktis

Sebagai bahan evaluasi atau masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan

pelayanan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular

tuberkulosis di Kabupaten Gunung Mas.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini terinspirasi dari beberapa peneliti terdahulu, permasalahan

yang menyerupai, salah satunya adalah:

1. SHELLA CHAIRANI SUGAIB (2020) yang berjudul “Implementasi Kebijakan

Penangulangan Tuberkulosis (Tb) di Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan

Komering Ilir” dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Hasil

penelitian ini menemukan bahwa Implementasi Kebijakan Penanggulangan

Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Ogan Komering Ilir sudah berjalan dengan

baik tetapi masih ada beberapa indikator yang belum tercapai atau pun

hambatan terkait dengan masih adanya stigma pada masyarakat, sehingga

orang yang terinfeksi tuberkulosis malu untuk berobat.

B. Kajian Teori dan Konsep

1. Pengertian Kebijakan

Istilah kebijakan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris

”Policy” yang dibedakan dari kata kebijaksanaan (Wisdom) maupun kebajikan

(virtues), Menurut Irfan Islamy (1999). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

kebijakan merupakan suatu rangkaian konsep dan asas yang menjadi tolak

ukur dasar rencana dalam pelaksanaan kepemimpinan, pekerjaan, serta cara


bertindak. Istilah kebijakan publik (policy) seringkali penggunaannya

disamakan dengan istilah lain seperti tujuan, ketentuan, keputusan, program,

undang-undang, serta usulan dari rancangan besar (Sulila, 2015:35).

B. N. Marbun atau Benedictus Nahot Marbun adalah seorang

pengarang kamus politik. Dalam kamus politik yang ia tulis, ia mengatakan

bahwa kebijakan adalah suatu rangkaian konsep serta asa yang menjadi

garis besar dan dasar untuk rencana dalam melaksanakan sebuah pekerjaan,

kepemimpinan dalam suatu organisasi maupun pemerintahan, pernyataan

cita-cita, prinsip, tujuan, atau maksud sebagai garis pedoman untuk mencapai

target.

Definisi-definisi kebijakan diatas, selain mempunyai perbedaan tertentu

karena masing-masing ahli itu memberikan sudut pandang masing-masing,

terdapat suatu persamaan bahwa kebijakan itu pada dasarnya serangkaian

tindakan yang terarah untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain

definisi kebijakan oleh para ahli diatas diperoleh suatu pengertian umum lebih

lengkap mengenai kebijakan yaitu ”suatu program kegiatan, nilai, taktik dan

strategi yang dipilih oleh seorang atau sekelompok orang dan dapat

dilaksanakan serta berpengaruh terhadap sejumlah besar orang dalam

rangka mencapai tujuan tertentu”.

2. Implementasi.Kebijakan

Winter dalam Peters dan pierre memperkenalkan suatu model

implementasi integrative (Integrated Implementation Model). Winter telah

mengemukakan bahwa keberhasilan suatu implementasi kebijakan sangat

dipengaruhi dari bagaimana proses formulasi dari suatu kebijakan,

bagaimana proses implementasi kebijakan, dan bagaimana dampak/hasil dari


implementasi kebijakan itu sendiri. Selanjutnya Winter dalam Peters dan

pierre (2003) mengemukakan 3 (tiga) variabel yang berpengaruh terhadap

keberhasilan suatu proses implementasi meliputi :

a. Perilaku hubungan antar organisasi. Dimensinya adalah : komitmen

dan koordinasi antar organisasi;

b. Perilaku implementor atau (aparat/birokrat) tingkat bawah.

Dimensinya adalah kontrol politik, kontrol organisasi, etos kerja dan

norma-norma professional;

c. Perilaku kelompok sasaran, Kelompok sasaran bukan hanya

berpengaruh pada dampak kebijakan yang sedang

diimplementasikan, tetapi juga berpengaruh bagi kinerja aparat

tingkat bawah, jika dampak yang dihasilkan baik maka kinerja aparat

tingkat bawah pun akan ikut baik demikian pula sebaliknya. Perilaku

dari kelompok sasaran mencakup respon positif atau respon negatif

masyarakat didalam mendukung atau tidak mendukung suatu

kebijakan yang 14 diikuti dengan adanya umpan balik (feedback)

yaitu berupa tanggapan dari kelompok sasaran terhadap kebijakan

yang dibuat.

Implementasi kebijakan adalah serangkaian tindakan yang dijalankan

baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok

baik pemerintah maupun swasta yang ditujukan pada tercapainya

tujuan-tujuan yang dimuat dalam keputusan kebijakan.

3. Pengertian Kesehatan

Menurut (Robert.H.Brook, 2017:585), kesehatan adalah sebuah

sumber daya yang dimiliki semua manusia dan bukan merupakan suatu
tujuan hidup yang perlu dicapai. Kesehatan tidak terfokus kepada fisik yang

bugar tetapi meliputi jiwa yang sehat di mana individu dapat bersikap toleran

dan dapat menerima perbedaan.

Bright futures memaknai kesehatan dengan tidak hanya bebas dari

kematian dan kesakitan, namun sebuat pencapaian totalitas potensial anak,

dimana upaya memberikan ruang untuk perkembangan anak sehat adalah

sama pentingnya dengan mengobati/ mengurangi penyakit atau trauma

(Bernstein, 2005). Kesehatan juga dipandang sebagai suatu bentuk

keseimbangan antara individu (sebagai inang), agents (seperti bakteri, virus,

dan toksin), dan lingkungan, sehingga interaksinya tidak hanya individu

terhadap agent yang namun juga dengan lingkungan untuk menciptakan

kondisi sejahtera tersebut (Fretman, & Allenswoth, 2010). Kesehatan dapat

disimpulkan sebagai proses dinamis dalam mempertahankan dan mendukung

keutuhan integritas manusia (keseimbangan fisik dan mental) dan

adaptasinya dengan lingkungan sekitar secara optimal.

4. Pengertian Pencegahan Penyakit

Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan

untuk melindungi masyarakat dari ancaman kesehatan potensial.

Pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit,

memperlambat kemajuan penyakit, dan melindungi tubuh dari berlanjutnya

pengaruh yang lebih membahayakan. Pencegahan adalah mengambil suatu

tindakan yang diambil terlebih dahulu sebelum kejadian, dengan didasarkan

pada data / keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau

hasil pengamatan / penelitian epidemiologi (Nasry, 2006). Pencegahan

merupakan komponen yang paling penting dari berbagai aspek kebijakan


publik (sebagai contoh pencegahan kejahatan, pencegahan penyalahgunaan

anak, keselamatan berkendara), banyak juga yang berkontribusi secara

langsung maupun tidak langsung untuk kesehatan. Konsep pencegahan

adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi, melindungi, dan

mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu (National Public

Health Partnership, 2006).

Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan

terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah

pencegahan, haruslah didasarkan pada data atau keterangan yang

bersumber dari hasil analisis dari epidemiologi. Pencegahan penyakit

berkembang secara terus menerus dan pencegahan tidak hanya ditujukan

pada penyakit infeksi saja, tetapi pencegahan penyakit non-infeksi, seperti

yang dianjurkan oleh James Lind yaitu makanan sayur dan buah segar untuk

mencegah penyakit scorbut. Bahkan pada saat ini pencegahan dilakukan

pada fenomena non-penyakit seperti pencegahan terhadap ledakan

penduduk dengan keluarga berencana. Upaya preventif/pencegahan adalah

sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu

yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin,

praevenire, yang artinya datang sebelum atau antisipasi, atau mencegah

untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi

diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya

ganggguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.

(Notosoedirdjo dan Latipun, 2005 : 145). Usaha pencegahan penyakit secara

umum dikenal berbagai strategi pelaksanaan yang tergantung pada jenis,

sasaran serta tingkat pencegahan. Dalam strategi penerapan ilmu kesehatan


masyarakat dengan prinsip tingkat pencegahan seperti tersebut di atas,

sasaran kegiatan diutamakan pada peningkatan derajat kesehatan individu

dan masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan,

penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan, serta

usaha rehabilisasi lingkungan. Salah satu kegunaan pengetahuan tentang

riwayat alamiah penyakit adalah untuk dipakai dalam merumuskan dan

melakukan upaya pencegahan. Artinya, dengan mengetahui perjalanan

penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan yang terjadi di setiap

masa/fase, dapat dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan

dapat dilakukan sehingga penyakit itu dapat dihambat perkembangannya

sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan dapat disembuhkan. Upaya

pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan

patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di

bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai