Anda di halaman 1dari 3

KEBIJAKAN PUBLIK DAN APLIKASINYA

Oleh
Tio Pradena Putra 2220842002

1. Argumen mengenai kondisi Sumatera Barat pada saat pandemi Covid19

Corona Virus Disease 2019 (Covid19) Pertama kali terkonfirmasi di Sumatera Barat pada
bulan Maret 2020, berarti sudah 2 tahun virus ini di Sumatera Barat. Sepanjang perjalanannya
virus Covid19 telah menginfeksi ratusana ribu warga Sumatera Barat. Dalam kasus tersebut ada
yang berhasil sembuh dari virus dan ada yang meninggal karena virus ini. Jumlah Masyarakat
yang terkonfirmasi Covid19 sempat menurun pada saat dilaksanakan pemilu kada 2020-2021 di
Sumatera Barat. Pada akhir tahun 2020 hingga pertengahan tahun 2021 sangat masif himbauan
pemerintah untuk masyarakat segera melakukan Vaksin pertama dan kedua. Karena masifnya
gerakan vaksinasi membuat penurunan jumlah masyarakat terkonfirmasi Covid19. Namun
belakangan ini jumlah masyarakat yang terkonfirmasi Covid19 mengalami peningkatan di
berbagai daerah, begitu juga di Provinsi Sumatera Barat. Peningkatan yang terjadi akhir-akhir ini
karena mutasi yang terjadi pada virus Covid19.

Penurunan jumlah masyarakat yang terkonfirmasi Covid19 tidak lepas dari kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah. Mengacu pada aturan nasional, Sumatera Barat
membuat Peraturan Daerah Sumatera Barat Nomor 6 Tahun 2020 tentang Adaptasi Kebiasaan
Baru dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019, kebijakan ini diambil
sebagai regulator terhadap masalah publik yang sedang dihadapi masyarakat Sumatera Barat.
Tipologi Kebijakan Regulatori merupakan kebijakan yang bertujuan langsung untuk mengetahui
perilaku dari individu atau kelompok tertentu melalui penerapan sanksi atau pemberian insentif.
Tujuan kebijakan regulatori adalah untuk meningkatkan konsekuensi dari pelanggaran terhadap
hukum publik.1

Aturan adaptasi kebiasaan baru di Sumatera Barat adalah pedoman masyarakat untuk hidup
berdampingan dengan Covid19. Salah satu isi kebijakan tersebut adalah pembatasan waktu
operasional tempat-tempat ramai seperti mall dan tempat wisata, kemudian protokol kesehatan
juga harus ditegakkan. Ada isi kebijakan yang mulai ditinggalkan masyarakat atau tidak lagi
dipatuhi, contoh pembatasan jumlah penumpang pada kendaraan umum tidak nampak lagi
dilaksanakan. Dari segi ekonomi adaptasi kebiasaan baru sangat memberatkan kawan-kawan
pelaku usaha travel dan pedagang dipantai wisata padang, sehingga yang nampak adalah
masyarakat lebih takut lapar daripada Covid19. Mulai banyak masyarakat yang tidak patuh

1
Afriva Khaidir, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Dirjen Sumberdaya Pengetahuan, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, hal.26.
dengan pedoman adaptasi hidup baru karena sudah terbiasa dengan Covid19. Terbiasa tersebut
membuat kita lengah dan menyepelekan, sehingga belakangan ini terjadi lonjakan masyarakat
yang terkonfirmasi Covid19 di Sumatera Barat.

2. Kebijakan Untuk Mengurangi Covid19 di Sumatera Barat

Infrastruktur kesehatan belum mampu menemukan solusi dari virus Covid19 dan juga
implementor kebijakan yang tidak konsisten, terkadang tegas terkadang longgar dalam
mengimplementasikan kebijakan adaptasi kebiasaan baru. Dua poin diatas saya fikir membuat
Covid19 masih ada sampai sekarang di Sumatera Barat. Kebijakan publik mempunyai tipologi
atau jenis, ahli seperti anderson dan lowi mengemukakan bahwa jenis kebijakan tergantung pada
masalah kebijakan apa yang sedang dihadapi. Substantive policy adalah kebijakan dilihat dari
substansi masalah yang dihadapi oleh pemerintah. 2 Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM) adalah upaya untuk membatasi perluasan virus Covid19.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk membatasi interaksi masyarakat, dengan dibatasinya ruang
gerak masyarakan diharapkan penyebaran virus tidak terlalu masif. Dapat dilihat bahwa hal
tersebut belum bisa dibilang sebagai substansi dari masalah wabah Covid19.

Sekarang ini yang dibutuhkan adalah pertama, obat dari virus Covid19 atau ditemukan anti
virusnya. Kemudian penegakan hukum terhadap pelanggar kebijakan kesehatan harus diekspos,
karena akan memberikan efek jera pada masyarakat. Sehingga masyarakat patuh dengan paket
kebijakan kesehatan yang dibuat oleh pemerintah. Secara normatif kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah sudah sangat sempurna namun memang implementor masih separuh hati
melaksanakannya. Polisi Pamong Praja (PolPP) sebagai pengawas kebijakan didaerah tidak
maksimal dalam melaksanakan tugasnya. Satgas Covid di setiap tingkatan apabali mengerjakan
tugas dengan baik, maka hasil dari kebijakan kesehatan tidak akan seperti sekarang ini.

Kebijakan untuk mengurangi Covid19 di Sumatera Barat adalah lockdown, kebijakan ini
masih mungkin dilakukan karena untuk menemukan antivirus Covid19 masih diupayakan oleh
ahli diberbagai negara. Untuk itu masih masuk akal bila pemerintah daerah mengajukan kebijakan
lockdown kepada pemerintah pusat. Kekawatiran efek ekonomi sosial lockdown apabila
diterapkan tidak akan begitu berdampak di Sumatera Barat karena Sumatera Barat saja bisa
mengajukan diri sebagai daerah istimewa minangkabau.

3. Pendekatan Mana yang Mungkin Dilakukan Pemerintah dalam Membuat Kebijakan


yang Dapat Memberikan Keleluasaan Semua Pihak dan Aspek.

2
Sahya Anggara, Kebijakan Publik, (Bandung:2014), hal.55.
Beberapa paket kebijakan yang saya pahami sebagai cara pemerintah dalam menanggulangi
wabah Covid19 seperti: Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Vaksin Dosis
ketiga, dan Adaptasi Kebiasaan Baru. Kebijakan-kebijakan yang diambil itu menggunakan
pendekatan elit, maksud pendekatan ini adalah kebijakan diambil oleh kelompok yang sedang
berkuasa. Pendekatan ini membuat rakyat apatis dan miskin informasi. Sejauh ini masyarakat
sebagai objek dari kebijakan yang dibuat pemerintah. Kebijakan yang dibuat juga tidak
mencerminkan kebutuhan masyarakat, banyak gejolak yang mencul akibat lahirnya kebijakan
tersebut. Dalam pendekatan ini elit yang lebih banyak membentuk opini masyarakat dalam
persoalan kebijakan dibandingkan dengan massa membentuk opini elite. 3

Berjalannya waktu paket kebijakan tersebut belum bisa menuntaskan masalah wabah
Covid19. Untuk itu perlu adanya kajian ulang terkait pendekatan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Pemerintah sebagai pengambil keputusan, dapat merubah keadaan yang terjadi
sekarang ini melalui kebijakan yang lain diluar kebijakan yang telah ambil pemerintah sekarang.
Sekarang ini kita lihat pemerintah semangat betul jualan vaksin, tentu ada kelompok yang
diuntungkan. Oleh sebab itu perlu kiranya pemerintah mempertimbangkan untuk mengubah
pendekatan kebijakannya menggunakan pendekatan rasionalisme.

Pendekatan rasional dirancang untuk bebas nilai dari kelompok kepentingan, kebijakan yang
menggunakan pendekatan rasional lebih efisien. Menurut Thoha (Thoha,2008:141) rasionaltas ini
menganggap bahwa semua preferensi nilai dari suatu masyarakat secara keseluruhan dapat
diketahui dan ditimbang. Hal ini berarti bahwa tidak cukup hanya mengetahui dan menimbang
nilai-nilai dari beberapa kelompok dan tidak mau mengetahui nilai kelompok lain. Rasionalitas
haruslah mempunyai pengertian yang lengkap mengenai nilai-nilai sosial yang ada dalam
masyarakat secara keseluruhan.4 Dengan demikian akan muncul kebijakan baru, karena
pemerintah telah mendengarkan serta melihat secara objektif dari nilai semua kelompok.
Kebijakan lockdown dan kebijakan penggunaan plasma darah yang belum pemerintah pilih saat
ini bisa saja jawaban untuk menyelesaikan wabah Covid19. Korea utara dan negara-negara pulau
sampai sekarang belum terkena wabah Covid19 karena kebijakan “lockdown” itu.

3
Ibid, hal.63.
4
Arifin Tahir, Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, (Bandung:2014), hal.45.

Anda mungkin juga menyukai