Anda di halaman 1dari 22

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR TENTANG

POLA DAN KEBIASAAN HIDUP BARU

Disusun Oleh :
1. M. Reza Fahrezi : 202010110311015
2. Syahrul Listianto : 202010110311035
3. Ordelia Julayta Syahidah : 202010110311045
4. Melati Norhalizza May : 202010110311055

PRAKTIKUM HUKUM TATA NEGARA II


Radhityas Sinta, S.H., M.Kn.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan
D. Metode
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK IMPIRIS
A. Kajian Teoritis
B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip
C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta
Permasalahan yang dihadapi
D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Diatur Dalam
Peraturan Daerah Terhadap Aspek Kebidupan Masyarakat Dan Dampaknya
Terhadap Aspek Beban Keuangan Negara .
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN
TERKAIT
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam era saat ini di mana terdapat wabah yang tidak kita duga-duga
sebelumnya. Perlu bagi pemerintah sendiri untuk mempersiapkan segala
kemungkinan yang mungkin akan terjadi terkait dengan masalah yang akan timbul
kedepannya. Salah satunya ialah dengan diterbitkannya UU terkait dengan “Pola dan
Kebiasaan Hidup Baru”, hal ini perlu untuk terealisasikan dikarenakan mengingat
kondisi saat ini tidak memungkinkan masyarakat untuk beraktifitas seperti biasanya.
Dikarenakan itu ditakutkan akan bisa menimbulkan jumlah korban positif COVID -19
yang mana hal ini sangat ditekan oleh pemerintahan, baik itu pusat ataupun daerah.
Maka dari itulah sangat perlu kiranya pemerintah daerah juga ikut mensosialisasikan
terkait dengan apa saja yang tidak diperbolehkan terkait dengan kondisi yang mana
penyeberan virus semakin lama semakin mengganas ini. Tentu ini bukan suatu
pencapaian yang patut untuk dibanggakan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan
tingkat pasien positif terus meningkat yaitu :
1. Peningkatan Kapasitas Tes
Melansir Financial Times, 25 Agustus 2020, salah satu alasan yang
mungkin dapat menjadi penyebab adalah peningkatan kapasitas tes yang
dilakukan suatu negara. "Dengan epidemi yang makin berkembang, tes telah
menjadi sebuah instrumen yang kemungkinan tersedia secara luas." kata
Profesor Kedokteran di University of East Anglia, Paul Hunter. Menurut
Hunter, pada Maret dan April, kebanyakan negara hanya dapat mengetes
orang-orang yang telah benar-benar sakit dan kemungkinan meninggal.
"Sementara, saat ini, program pengetesan umumnya telah mencakup proporsi
yang lebih tinggi, termasuk bagi mereka yang menunjukkan gejala ringan atau
tanpa gejala sama sekali".1
2. Perubahan Profil Usia
Menurut Public Health England, lebih dari dua pertiga kasus baru pada
minggu terakhir Agustus adalah orang berusia di bawah 40 tahun. 2Angka ini
dikaitkan dengan peraturan yang lebih longgar pada aktivitas sosial

1
Channel News Asia, Financial Times, August 25, 2020 4:26 PM
2
Public Health England
masyarakat. Pada puncak pandemi, hanya 28 persen kasus terkonfirmasi pada
orang yang berusia di bawah 40 tahun sedangkan 72 persen kasus
terkonfirmasi pada orang berusia 40 tahun keatas. Padahal, seperti diketahui,
meskipun COVID -19 dapat menyebabkan kematian pada semua kelompok
usia, kondisi yang parah lebih sering dialami oleh orang-orang yang lebih tua.
3. Kesadaran Masyarakat
Sebenarnya alasan inilah yang menjadi titik point dari semua akar
permasalahan penambahan jumlah kasus positif COVID-19. Dikarenakan
pemerintah baik itu pusat ataupun daerah sudah mengeluarkan berbagai
macam bentuk Undang-Undang tapi apabila masyarakat itu sendiri tidak
mematuhi peraturan tersebut, bisa kita tebak bahwasannya akan terjadi efek
pelonjakan yang kian drastis terkait dengan penambahan korban. Sebuah
survei yang dilakukan AC Nielsen bekerja sama dengan UNICEF kepada
2.000 responden di 6 kota besar mencoba untuk menggali sikap masyarakat
terkait praktik pencegahan COVID-19. Dari survei tersebut ditemukan
beberapa hasil menarik terkait praktik kampanye 3M (memakai masker,
menjaga jarak, dan mencuci tangan) yang digagas pemerintah. Konsultan
UNICEF Risang Rimbatmaja menuturkan dari survei tersebut ditemukan
perilaku masyarakat terkait 3M secara riil di lapangan menunjukan 31,5% dari
responden melakukan seluruh perilaku 3M secara disiplin. Selain itu
ditemukan juga 36% dari total responden hanya melakukan dua dari perilaku
3M dan 23,2% melakukan 1 dari perilaku 3M. Sementara itu, 9,3% dari
responden tidak melakukan kepatuhan 3M sama sekali.3
Kejadian seperti ini bisa terjadi dikarenakan pemerintah baik itu pusat
ataupun daerah tidak terlalu bersikap tegas dengan orang-orang yang tidak
mematuhi protokol kesehatan. Maka dari itu masyarakat akan menghiraukan
terkait dengan peraturan-peraturan yang akan dikeluarkan pemerintahan
dikarenakan tidak adanya kesadaran dalam diri yang mengakibatkan tidak
akan ada aksi yang diharapakan terkait dengan UU yang sudah dikeluarkan
tersebut. Yang harus di lakukan oleh masyarakat setelah adanya COVID-19
ini masyarakat harus mematuhi peraturan pemerintah misalnya mentaati
protokol kesehatan dan melakukan 3M. Penerapan sistem baru yang diatur
oleh Raperda untuk mengadaptasi praktik-praktik baru dalam menangani
3
UNICEF Indonesia, Penerapan Protokol Kesehatan Cegah COVID-19, 2020
COVID -19 di sisi sosial akan memberikan dampak dan dampak positif. Untuk
mengelola dampak sosial dari pandemi COVID -19 sekaligus membuat Pola
dan Kebiasaan Hidup Baru.
Disisi lain sendiri sebenarnya pemerintah sudah menerapkan beberapa
Undang-Undang terkait dengan adanya pandemic ini, baik itu UU, KEPPRES,
PERMEN, dan PERDA. Ditingkat pemerintah pusat sendiri sudah
menerbitkan UU No 2 tahun 2020, Keputusan Presiden (Keppres) No. 11
Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID -
19, Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 9 Tahun 2020 Tentang
Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID -19), sementara dalam perda
gubernur wilayah jatim sendiri terdapat dalam ketentuan PERGUB JATIM No
53 Tahun 2020 tentang Penerapan Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019. Sebenarnya sudah banyak sekali
produk hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah baik itu pusat ataupun
daerah, yang mana mereka mengeluarkan semua hal itu dikarenakan memang
mereka perlu sebuah produk hukum yang sangat tepat dalam kondisi saat ini.

Pada akhir tahun 2020 pemerintah-pun sudah memulai suatu pola perilaku
bersosialisasi yang baru. Dikarenakan apabila pemerintah tetap menerapkan PSBB
maka ini akan semakin memperburuk kondisi ekonomi Indonesia, maka dari itu
pemerintah akan menerapkan suatu perilaku Pola dan Kehidupan Baru yang mana
diharapkan hal ini bisa membuat masyarakat beraktifitas kembali seperti biasanya
dengan beberapa protokol kesehatan yang tetap akan mereka terapkan. Maka dari itu
peran pemerintah daerah untuk mensosialisasikan tentang Pola dan Kehidupan Baru
ini sangat penting, hal ini bisa dilakukan dengan cara pembuatan Perda terkait dengan
gaya hidup baru terkait proses bersosialisasi. Hal ini didukung dalam pasal 14 UU no
12 tahun 2011 terkait “Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi
daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau
penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi”.
Kasus pertama COVID-19 di Kota Blitar di Rumah Sakit Mardi Waluyo Blitar
dengan riwayat keluhan yang sama seperti kebanyakan pasien COVID-19 lainnya
yaitu demam, sesak napas, dan batuk Setelah dirawat selama dua hari, satu pasien
meninggal dunia dan positif terinfeksi COVID-19. Pasien pada awalnya dirujuk ke
rumah sakit terkait dan kemudian dirawat di ruang isolasi rumah sakit. Dua hari
kemudian, terdapat tiga pasien meninggal dunia, salah satunya dinyatakan positif
terpapar virus COVID- 19. Sejak saat itu penyebaran virus COVID-19 kemudian
semakin menyebar ke seluruh wilayah Kota Blitar. Dikarenakan kondisi persebaran
virus COVID-19 di Kota Blitar yang semakin hari semakin meluas, maka Pemerintah
Kota Blitar mengambil langkah strategis dalam menekan laju penyebaran COVID-19
di masyarakat. Langkah awal yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Blitar yaitu
dengan mengedukasi masyarakat dengan memberikan pemahaman singkat dan jelas
mengenai virus COVID-19 dan cara pencegahannya lewat sosial media resmi milik
Pemerintah Kota Blitar. Pemerintah Kota Blitar juga memberikan informasi
persebaran COVID-19 di Kota Blitar yang terdiri dari lima kecamatan, yaitu
Kecamatan Sanankulon, Kecamatan Bendogerit, Kecamatan Kanigoro, Kecamatan
Sananwetan, dan Kecamatan Ponggok. 4

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat permasalahan yang
dapat diidentifikasi untuk kebutuhan penyusunan Naskah Akademik ini, yaitu :
1. Bagaimana peran aspek kelembagaan dalam Pola dan Kehidupan Baru di Kota
Blitar?
2. Bagaimama Peraturan Daerah ini mengakomodasi pemerintah daerah maupun
masyarakat Kota Blitar dalam penerapan Pola dan Kehidupan Baru di Kota
Blitar?
3. Kurangnya partisipasi aktif, peran serta dan kesadaran masyarakat dalam
penerapan Pola dan Kehidupan Baru di Kota Blitar?
Sehingga nantinya Pemerintah Kota Blitar dapat memiliki dasar hukum dalam
hal penerapan Pola dan Kehidupan Baru di daerahnya.

C. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari penyusunan Naskah Akademik ini adalah untuk:
1. Merumuskan peran aspek kelembagaan dalam penerapan Pola dan Kehidupan
Baru di Kota Blitar.

4
PUSAT INFORMASI COVID-19 KOTA BLITAR, covid19.blitarkota
2. Merumuskan tugas, hak, dan kewajiban serta tujuan dari penerapan Pola dan
Kehidupan Baru di Kota Blitar.
3. Merumuskan peran serta masyarakat dan pemerintah dalam pelaksanaan
penerapan Pola dan Kehidupan Baru di Kota Blitar.
Secara substansif, penulisan Naskah Akademik ini dimaksudkan untuk
memberikan justifikasi akademik atas penyusunan RAPERDA Pola dan Kehidupan
Baru di Kota Blitar sebagai wahana yang memuat materi muatan yang di dalamnya
dilengkapi cakupan materi, urgensi, konsepsi, landasan, alas hukum, prinsip-prinsip
yang digunakan serta pemikiran tentang norma-norma yang disajikan dalam bentuk
uraian sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu hukum sesuai politik
hukum yang dikehendaki Pemerintah Daerah Kota Blitar. Hal ini dapat memberikan
kejelasan dan pandu arah mengenai pembentukan Perda Pola dan Kehidupan Baru
dan implementasinya di kemudian hari.

D. Metode Penyusunan
Penelitian ini bersifsat deskriptif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran
mengenai peraturan perundang-undangan yang ada dan berlaku dihubungkan dengan
teori-teori hukum dan praktiknya yang berhubungan dengan Pola dan kebiasaan hidup
baru.
Data yang terkait dengan peraturan perundang-undangan atau kebijakan
didapatkan melalui studi pustaka terhadap:
1. Peraturan perundang-undangan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah
di bidang pembentukan peraturan perundang-undangan, pemerintah daerah,
lingkungan hidup dan peraturan perundang-undangan lainnya yang relevan.
2. Kebijakan yang berkaitan dengan penerapan Pola dan Kehidupan Baru, baik
yang ditetapkan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah Kota Blitar.
Sementara itu, data yang terkait dengan realitas social berupa kebutuhan dan
aspirasi masyarakat Kota Blitar akan Perda yang mengatur Pola dan Kehidupan Baru,
diperoleh melalui:
1. Focus Group Discussion yang melibatkan berbagai stakeholder, baik yang
berasal dari unsur pemerintahan, dunia usaha, akademisi, maupun tokoh
masyarakat dan masyarakat pada umumnya. Melalui FGD ini diharapakan
ditemukan kecenderungan dan pola atas suatu isu secara kolektif yang terkait
dengan pengaturan tentang Pola dan Kehidupan Baru yang menggambarkan
sesuai dengan apa yang menjadi tujuan Pemerintah Daerah Kota Blitar.
2. Studi pustaka terhadap berbagai hasil yang relevan dan literatur lainnya yang
terkait dengan pengaturan Pola dan Kehidupan Baru dari berbagai sumber.

Kedua hasil pengkajian tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan


metode analisis kualitatif dan disajikan dalam bentuk deskriptif yaitu menggambarkan
kembali hasil-hasil penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang berkaitan dengan
identifikasi masalah yang diuraikan sebelumnya.
Melalui rangkaian tahapan tersebut diharapkan mampu memberi rekomendasi
yang mendukung perlunya reinterpretasi dan reorientasi pemahaman terhadap Pola
dan Kehidupan Baru di Kota Blitar, sehingga penting untuk dibuat kebijakan hukum
melalui Peraturan Daerah yang berkualitas dan partisipatif.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis
1. Teori Kepastian Hukum
Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum dapat dikatakan sebagai
bagian dari upaya mewujudkan keadilan. Bentuk nyata dari kepastian hukum
adalah pelaksanaan atau penegakan hukum terhadap suatu tindakan tanpa
memandang siapa yang melakukan. Dengan adanya kepastian hukum setiap orang
dapat memperkirakakan apa yang akan dialami jika melakukan tindakan hukum
tertentu. Kepastian diperlukan untuk mewujudkan prinsip persamaan dihadapan
hukum tanpa diskriminasi. 5Teori Kepastian Hukum berkaitan dengan rancangan
peraturan daerah tentang Pola dan Kebiasaan Hidup Baru karena Peraturan
Daerah Di Kota Blitar tentang Pola dan Kebiasaan Hidup Baru ini belum ada
Kepastian Hukum.
2. Teori Negara Hukum
Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 secara tegas menentukan: "Negara Indonesia adalah Negara hukum".
Negara hukum Indonesia berlandaskan pada Pancasila sebagai dasar negara
dengan sila-sila sebagaimana termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 yang pada alinea pertama menyatakan bahwa "Kemerdekaan merupakan
hak segala bangsa" yang merupakan afirmasi dari hak dasar untuk menentukan
nasib sendiri. Secara formal istilah negara hukum diartikan sama dengan
rechstaat maupun rule of law, mengingat ketiga istilah tersebut mempunyai arah
yang sama, yakni mencegah kekuasaan absolut demi pengakuan dan perlindungan
hak asasi. Perbedaannya terletak pada arti materil atau isi ketiga istilah tersebut
yang disebabkan oleh latar belakang sejarah dan pandangan hidup suatu bangsa. 6
Teori Negara Hukum berkaitan dengan rancangan peraturan daerah Kota Blitar
tentang Pola dan Kebiasaan Hidup Baru karena Negara Indonesia khususnya Kota
Blitar merupakan negara hukum, sehingga hukum yang berlaku di Kota Blitar ini
harus terumus secara Demokratis dan memang di kehendaki oleh rakyat sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi.

5
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung 1999, hlm. 23
6
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta 2008, hlm. 148
3. Teori Pengakuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia
UUD 1945 secara langsung dan tegas memberikan jaminan kebebasan untuk
berserikat atau berorganisasi (freedom of association), kebebasan berkumpul
(freedom of assembly), dan kebebasan menyatakan pendapat (freedom of
expression). Artinya, kebebasan untuk membentuk, ikut serta dalam keanggotaan,
dan menjadi pengurus organisasi dalam kehidupan bermasyarakat merupakan hak
setiap warga negara yang diatur dalam konstitusi. Sehingga tidak lagi diperlukan
adanya pengaturan oleh undang-undang untuk memastikan adanya kemerdekaan
atau kebebasan bagi setiap orang untuk berorganisasi dalam wilayah negara
Republik Indonesia. Hanya saja, bagaimana cara kebebasan itu digunakan, apa
saja syarat-syarat dan prosedur pembentukan, pembinaan, penyelenggaraan
kegiatan, pengawasan, dan pembubaran organisasi itu tentu masih harus diatur
lebih rinci, yaitu dengan undang-undang beserta peraturan pelaksanaannya.7
4. Teori Fiksi dan Organ sebagai Teori Badan Hukum
Dalam ilmu hukum, subjek hukum (legal subject) adalah setiap pembawa atau
penyandang hak dan kewajiban dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan
hukum. Pembawa hak dan kewajiban itu dapat merupakan orang perseorangan
yang biasa disebut juga natuurlijke persoon (menselijk persoon) atau bukan orang
perseorangan melainkan yang dikenal sebagai badan hukum yang merupakan
persona ficta atau orang yang diciptakan oleh hukum sebagai persona (orang
fiktif).8
Teori fiksi berpendapat, bahwa badan hukum semata-mata adalah buatan negara
saja. Secara alamiah hanya manusia sebagai subyek hukum yang dapat bertindak
di dalam lalu lintas hukum. Badan hukum sebenarnya adalah suatu fiksi, sesuatu
yang sesungguhnya tidak ada, tetapi diciptakan sebagai pelaku hukum dan
diperlakukan layaknya sama dengan manusia. Terbentuknya kebadan hukuman
(rechtspersoonlijkheid)9 adalah pertama-tama terdorong bahwa manusia di dalam
hubungan hukum privat tidak hanya berhubungan dengan sesama manusia saja
tetapi juga dengan kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan, yakni badan
hukum.

7
JimlySchool, 12 Oktober 2016
8
R. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum, Alumni, Bandung 2001, hlm. 7
9
R. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum, Alumni, Bandung 2001, hlm. 15
Teori organ mengatakan bahwa, badan hukum itu sama seperti manusia yang juga
mempunyai ”kepribadian” sebagaimana halnya manusia dan keberadaan badan
hukum di dalam pergaulan hidup adalah suatu realita10. Manusia-manusia yang
mempunyai kepentingan individu yang sama untuk mencapai suatu tujuan
tertentu berkumpul dan bersatu untuk memperjuangkan tercapainya tujuan
tersebut.
Badan hukum diartikan dengan organisasi, perkumpulan atau paguyuban lainnya
di mana pendiriannya dengan akta otentik dan oleh hukum diperlakukan sebagai
persona atau sebagai orang. Menurut bunyi ketentuan Pasal 1654 KUHPerdata:
”Semua perkumpulan yang sah adalah, seperti halnya dengan orang preman,
berkuasa melakukan tindakan tindakan perdata dengan tidak mengurangi
peraturan peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatas atau
ditundukkan pada acara-acara tertentu”.
5. Teori Tata Kelola
Berdasarkan konsep teori badan hukum diatas, penting juga untuk diketahui
bahwa setiap badan hukum yang dapat dikatakan mampu bertanggungjawab
(rechts bevoegheid) secara hukum, haruslah memiliki empat unsur pokok sebagai
berikut:
a. Harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan subyek hukum yang lain;
b. Mempunyai tujuan ideal tertentu yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan;
c. Mempunyai kepentingan sendiri dalam lalu lintas hukum;
d. Ada organisasi kepengurusannya yang bersifat teratur menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan peraturan internalnya sendiri.11

B. Kajian terhadap Asas/Prinsip yang Berkaitan dengan Penyusunan Norma


Asas hukum dalam sebuah peraturan perundang-undangan mempunyai fungsi
yang sangat mendasar. Asas merupakan landasan yang paling fundamental atas
dibentuknya peraturan hukum yang lebih konkrit. Artinya, asas hukum merupakan
dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif. Bahkan asas
hukum itu diidentikkan dengan perilaku dan kedudukannya diatas norma hukum.

10
R. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum, Alumni, Bandung 2001, hlm. 17
11
Jimly Asshiddiqie, op.cit, hlm. 71
Penjelasan di atas kiranya telah mencerminkan pentingnya kajian terhadap
asas dalam penelitian ini sebagai dasar dan petunjuk dalam menyusunan hukum
positif. Oleh karena itu, untuk mewujudkan program Pola dan Kehidupan Baru dalam
penanganan Corona Virus Diseases 2019 (COVID-19), penting untuk mengadopsi
beberapa asas sebagai landasan peraturan ini, diantaranya adalah:
1. Asas Kemanusiaan
Makna asas “kemanusiaan” adalah dalam penanganan Corona Virus Diseases
2019 (COVID-19) harus memberikan pelindungan serta penghormatan terhadap
hak asasi manusia, harkat, dan martabat setiap warga negara dan penduduk
Indonesia secara proporsional
2. Asas Keadilan Sosial
Makna asas “keadilan sosial” dalam penanganan penanganan Corona Virus
Diseases 2019 (COVID-19) harus memberikan keadilan secara proporsional bagi
setiap warga negara tanpa kecuali.
3. Asas Non Diskriminasi
Makna asas “non-diskriminasi” dalam penanganan Corona Virus Diseases 2019
(COVID-19) harus dilakukan atas dasar persamaan tanpa membedakan asal,
suku, agama, ras, dan antar golongan. Tidak pilih-pilih golongan dalam
menangani COVID-19.
4. Asas Kesejahteraan Sosial
Makna asas “kesejahteraan sosial” dalam penanganan Corona Virus Diseases
2019 (COVID-19) harus memenuhi kebutuhan material, spiritual, dan sosial
warga negara agar dapat hidup dengan layak.
5. Asas Pengayoman
Makna asas “pengayoman” dalam penanganan Corona Virus Diseases 2019
(COVID-19) harus memberikan perlindungan untuk menciptakan ketentraman
masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan penataan dan pengaturan perilaku
yang kepatuhan dan penegakannya tidak dapat diserahkan kepada kemauan
masing-masing anggota masyarakat tersebut. Oleh karena itu diperlukan sistem
pengendalian sosial yang dilakukan dengan menyusun tatanan hukum yang dapat
dipaksakan sesuai dengan politik hukum dari masing-masing negara. Tatanan
hukum tersebut mengatur interaksi manusia agar anggota masyarakat dapat hidup
dalam suasana kebersamaan yang wajar dan saling menghargai, menghormati
sebagai sesama manusia.
C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada, Serta
Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat
Pola dan Kebiasaan Hidup Baru merupakan sebuah konsep yang lahir di
masa pandemi COVID-19. Pola dan Kebiasaan Hidup Baru adalah penerapan
kebiasaan baru guna menjaga produktivitas selama masa pandemi dengan menerapkan
perilaku pencegahan penularan COVID-19. Pada dasarnya, Pola dan Kebiasaan Hidup
Baru ini dicanangkan dengan tujuan agar masyarakat dapat beraktivitas kembali
dengan pola penyesuaian yang berlaku ditengah pandemic COVID-19. Sehingga pada
era Pola dan Kebiasaan Hidup baru masyarakat harus mengubah dan memperbaiki
gaya hidupnya menajdi lebih sehat dari sebelumnya.
Para pakar kesehatan masyarakat mengingatkan serta menghimbau kepada
seluruh masyarakat untuk meningkatkan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan
yang berlaku di era Pola dan Kehidupan Baru saat ini. Namun, sering kali tugas atau
himbauan tersebut tidak berjalan dengan baik atau bahkan sangat berbeda ketika
dibenturkan dengan realita di lapangan. Das Sollen dan Das Sein memang tak selalu
berjalan beriringan, oleh karena itu mengapa hukum juga harus dibuat berdasarkan
realita yang ada. Meskipun ada hukum yang bertujuan untuk masa depan, bukan
berarti tanpa dasar pasti. Beberapa hukum dibuat cenderung seolah sebagai reaksioner
terutama dengan kasus besar seperti pandemic COVID-19 ini yang mendapat reaksi
negative dari masyarakat.
Upaya pemerintah dalam menangani kasus COVID-19 ini dilakukan dengan
menerapkan kebiasaan baru dengan pola hidup yang lebih sehat. Oleh karenanya,
semua upaya harus benar-benar diupayakan untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk
dapat mencapai hal tersebut tentu bukan seperti membalikkan telapak tangan atau
bertepuk sebelah tangan yang tidak ada bunyinya. Semua warga negara terutama
kesadaran masyarakat itu sendiri mesti berupaya untuk mencapai hal dimaksud.
Dalam hal ini tentunya diperlukannya kedisiplinan dalam mengimplementasikan
rancangan peraturan daerah yang dibuat untuk melakukan Pola dan Kehidupan Baru
dalam penanganan COVID-19.
Upaya pemerintah dalam menangani kasus COVID-19 ini dilakukan dengan
menerapkan kebiasaan baru yang dimaksud berisi program-program menjalankan
praktik kampanye 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan), dan
melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selain itu untuk memutus
mata rantai penyebaran Corona Virus Diseases 2019 (COVID-19) dilakukan juga
dengan pendekatan pentahelix yakni pendekatan yang memprioritaskan penggunaan
konteks lokal, kearifan lokal,  sumber daya lokal sesuai dengan jiwa gotong royong 
dalam mencegah dan mengatasi bencana, termasuk corona virus yang mewabah saat
ini. Diantara budaya hidup sehat yang bisa dilakukan di dalam masa Pola dan
Kebiasaan Hidup Baru ini ialah dengan berolahraga secara teratur guna meningkatkan
imunitas ditengah pandemi ini. Dimana imunitas tubuh sangatlah penting untuk tetap
dijaga dan terus ditingkatkan dimasa pandemi ini, sehingga dengan imunitas tubuh
yang kuat, sedikit sekali kemungkinan untuk terpapar virus tersebut. Makanan dan
minuman merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga kesehatan, terlebih
ditengah pandemic ini. Untuk itu dalam menghadapi Pola dan Kebiasaan Hidup Baru
ini, kita semua dianjurkan untuk menjaga pola makan yang sehat dan seimbang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, disamping harus menjalankan protokol kesehatan di era
Pola dan Kehidupan Baru.
Masalah umum yang terjadi adalah sulitnya mengupayakan tingkat kesadaran
masyarakat yang cukup rendah serta tidak disiplinnya dalam melaksanakan protokol
pencegahan COVID-19. Hal tersebut terjadi karena masalah sosial ekonomi dalam
masyarakat. Masalah sosial sendiri merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-
unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.
Semakin hari permasalahan sosial ekonomi yang ditimbulkan akibat COVID-19
semakin terlihat nyata bagi masyarakat. Beberapa masalah sosial ekonomi yang
terjadi akibat COVID-19 diantaranya adalah terjadinya kelangkaan barang,
disorganisasi dan disfungsi sosial, banyak terjadinya tindakan kriminal karena
desakan keadaan, melemahnya sektor pariwisata, angka kemiskinan dan
pengangguran meningkat. Hal lain yang mempengaruhi ialah faktor kemalasan,
malasnya masyarakat untuk taat protokol kesehatan seperti halnya menjaga jarak dan
tidak memakai masker ketika beraktivitas sehari-hari.
Langkah-langkah yang diupayakan dalam pemecahan masalah diatas adalah
bimbingan dengan memberikan bantuan kebutuhan pokok terhadap masyarakat yang
terdampak COVID-19, memberikan informasi lowongan pekerjaan masyarakat yang
kesulitan untuk bekerja atau pun menganggur pada saat COVID-19 serta menetapkan
regulasi baru dan memperketat aturan tersebut perihal tindak kriminal serta yang tidak
taat pada protokol kesehatan yang dilakukan dikalangan masyarakat agar memberikan
efek jera. Maka dari itu, sangat pentingnya pemerintah untuk membuat Rancangan
Peraturan Daerah Kota Blitar Tentang Pola dan Kebiasaan Hidup Baru dalam upaya
penanganan COVID-19 untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.

D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Akan Diatur Dalam
Undang-Undang Atau Peraturan Daerah Terhadap Aspek Kehidupan
Masyarakat dan Dampaknya Terhadap Aspek Beban Keuangan Negara
Uraian implikasi terkait dengan Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah
Pola dan Kehidupan Baru tentang Penanganan Corona Virus Diseases 2019 (COVID-
19) adalah sebagai berikut :
1. Implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam peraturan daerah
terhadap aspek kehidupan masyarakat
Penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Raperda Pola dan Kebiasaan
Hidup Baru dalam Penanganan COVID -19 akan membawa dampak dan
pengaruh positif kepada masyarakat. Dengan adanya Raperda ini dapat
mempercepat dalam menangani COVID -19 dan juga dapat mempercepat
memulihkan ekonomi Nasional, dan dapat mempercepat dalam mengembalikan
keadaan menjadi normal atau kembali seperti semula sebelum adanya COVID -
19. Hal ini menguntungkan terhadap aspek kehidupan masyarakat. Karena
apabila COVID -19 segera ditangani melalui pembentukan Raperda Pola dan
Kebiasaan Hidup Baru maka COVID -19 akan segara hilang, dan perekonomian
dapat pulih kembali. Masyarakat dapat beraktifitas seperti semula tanpa adanya
pembatasan lagi dan lebih leluasa dalam beraktifitas. Dalam hal ini juga dapat
menurunkan angka tingkat kemiskinan dan masalah sosial ekonomi lainnya.
Penerapan sistem baru yang diatur dalam Raperda Pola dan Kebiasaan Hidup
Baru dalam Penanganan COVID -19 dalam Aspek Sosial akan membawa dampak
dan pengaruh positif. Untuk mengelola dampak sosial pandemi COVID -19 di
masa Pola dan Kebiasaan Hidup Baru, yang pertama adalah kebijakan kemitraan
dan kerja sama dengan berbagai sektor dalam rangka pemulihan dampak sosial
pandemi COVID -19 melalui penciptaan lapangan pekerjaan baru, yang kedua
kebijakan untuk mengurangi kesenjangan sosial dengan memberikan kesempatan
yang setara dalam pelayanan publik, yang ketiga kebijakan membangun sistem
dan transformasi digital untuk perlindungan, bantuan dan keamanan sosial yang
responsive.
a. Penerapan sistem baru yang diatur dalam Raperda Pola dan Kebiasaan Hidup
Baru dalam Penanganan COVID -19 dalam Aspek Budaya yang ada di
Indonesia, yang dimana budaya masyarakat kita masih kurang disiplin
memyebabkan tidak mudahnya dan membutuhkan waktu untuk mengubah
perilaku dan budaya masyarakat Indonesia dalam Pola dan Kebiasaan Hidup
Baru dalam Penanganan COVID -19, Contohnya social distancing itu adalah
suatu kebiasan baru dalam budaya Indonesia. Tapi proses perubahan perilaku
sekaligus memberdayakan diri kita sendiri ini memiliki sisi positif.
b. Penerapan sistem baru yang diatur dalam Raperda Pola dan Kebiasaan Hidup
Baru dalam Penanganan Covid-19 dalam Aspek Ekonomi yang sempat
terhambat akibat adanya pandemi, tetapi dengan adanya Pola dan Kehidupan
Baru ini dilakukan sebagai upaya untuk memulihkan kembali. Karena
UMKM berada pada ekosistem yang mengikuti mekanisme market-driven,
pelaku usaha harus merespons dan menyesuaikan perubahan tersebut.
Pandemi memaksa perusahaan melakukan efisiensi dan mencari cara agar
bisa bertahan. Alih-alih untuk melawan ketidakpastian, dengan kapasitas dan
sumber daya yang dimiliki para pelaku usaha informal mau tidak mau harus
beradaptasi dengan situasi ketidakpastian. perubahan terus terjadi,
menginterupsi kenormalan masa lalu dan menghadirkan kenormalan baru.
Pola dan Kehidupan Baru adalah satu-satunya jawaban agar probabilitas
bertahan hidup tetap terjaga. Pola dan Kehidupan Baru juga sekaligus dapat
menjadi momentum untuk menata ulang cara-cara pengelolaan UMKM yang
lebih resiliensi yang dicirikan dengan terintegrasinya protokol kesehatan
dalam keputusan bisnis, adopsi transformasi digital, penguatan modal sosial,
dan inovasi berkelanjutan dalam model bisnis. Persistensi dalam mengelola
dan mencari solusi atas tantangan-tantangan yang ada menjadi dasar dalam
penguatan resiliensi UMKM, sementara kecerdasan dalam menangkap dan
mengeksploitasi peluang menjadi dimensi lain untuk mendorong resiliensi
dan mengakselerasi bisnis di era pandemi.
c. Penerapan sistem baru yang diatur dalam Raperda Pola dan Kebiasaan Hidup
Baru dalam Penanganan COVID -19 dalam Aspek Lingkungan yang dimana
kita sendiri menyadari bagaimana masih begitu banyak masyarakat yang
menyepelekan terkait keputusan ini. Proses perubahan perilaku sekaligus
memberdayakan diri sendiri ini memiliki sisi positif, dari segi pemeliharaan
lingkungan melalui penerapan protokol-protokol kesehatan misalnya,
masyarakat menjadi lebih preventif, terkait dengan kebersihan dirinya
maupun lingkungan sekitarnya.

2. Dampak penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Perda terhadap aspek
beban keuangan Negara
a. Dalam penerapan sisten baru yang akan diatur dalam Raperda Pola dan
Kebiasaan Hidup Baru dalam Penanganan COVID -19, Negara
mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
Sri Mulyani menegaskan, anggaran penanganan pandemi virus corona
(COVID -19) dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp
695,2 triliun. Yang dari rencana sebelumnya sebesar Rp 677 triliun,
meningkat menjadi Rp 695,2 triliun untuk penyesuaian dalam menangani
Corona Virus Diseases 2019 (COVID-19). Untuk rinciannya dari jumlah Rp
695,2 triliun tersebut, sebesar Rp 87,55 triliiun untuk anggaran kesehatan,
anggaran perlindungan sosial Rp 203,9 triliun, insentif usaha sebesar Rp
120,61 triliun, sebesar Rp 123,46 triliun disiapkan untuk sektor UMKM,
pembiayaan korporasi menjadi Rp 53,57 triliun, dan untuk dukungan sektoral
K/L dan Pemda sebesar Rp 106,11 triliun. 12
b. Konsekuensi penambahan biaya untuk menangani COVID -19 tersebut,
defisit APBN Tahun 2020 pun diperkirakan melebar, dari semula defisit
sebesar 1,76 persen atau sebesar Rp 307,2 triliun menjadi 5,07 persen atau
Rp 852 triliun dalam Perpres 54/2020, dan defisit baru diperkirakan sebesar
6,34 persen atau Rp 1.039,2 triliun. Dengan kata lain, terdapat kenaikan
kebutuhan pembiayaan yang diperkirakan sebesar Rp 905,2 triliun, yaitu dari
semula Rp 741,8 triliun menjadi Rp 1.647,1 triliun. Adapun perubahan final
baik mengenai besaran anggaran dan kebutuhan pembiayaan akan dituangkan
dalam revisi Perpres No. 54/2020. Biaya yang dikeluarkan Negara untuk
menangani COVID -19 sangatlah tinggi, tetapi dengan biaya tersebut dapat
dengan cepat membantu menyelesaikan wabah Corona Virus Diseases 2019
(COVID-19).13

12
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pandemi-covid-19
13
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pandemi-covid-19-mempengaruhi-kinerja-apbn-2020/
BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Evaluasi dan analisis peraturan perundang – undangan memuat keterkaitan


Peraturan Daerah baru tentang Pola dan Kehidupan Baru dengan Peraturan
perundang – undangan lain baik secara vertical maupun Horizontal . Harmonisasi
perundangan secara vertilkal subtansinya tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang – undangan yang lebih tinggi sekaligus sebagai sumber hukumnya.

Sedangkan Harmonisasi Peraturan Perundang - Undangan secara


Horizontal tidak tumpang tindih dengan Peraturan Perundang – Undangan yang
setingkat . Evaluasi dan analisis ini dapat mengambarkan singkronisasi , harmonisasi
Peraturan Perundang – Undangan.

Undang – undang yang berterkaitan antara lain sebagai berikut :

1. Analisis terhadap Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Berdasarkan pasal 18 ayat (6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Dapat kita ketahui bahwasanya sesuai yang diamanatkan padal pasal 18
ayat (6) setiap pemerintahan daerah wajib membuat regulasi peraturan daerahnya
sendiri untuk mempermudah mengurusi masalah-masalah yang akan terjadi seperti
halnya dalam pembuatan peraturan daerah terkait dengan gaya hidup baru terkait
bersosialisasi atau Pola dan Kehidupan Baru dalam era pandemi saat ini. Maka dari
inilah peran pemerintah daerah untuk mensosialisaikan Peraturan Daerah tentang Pola
dan Kehidupan Baru sangatlah penting.
Penyelenggaraan raperda Pola dan kehidupan baru di era pandemi ini
merupakan bentuk dari asas otonomi daerah dan tugas pembantuan pemerintah kota
Blitar dalam membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai
dengan kewenangannya.
sesuai dengan amanat UUD NRI tahun 1945 pasal 18 ayat (6) pemerintah
kota blitar menyusun raperda tentang pola dan kehidupan baru di era pandemi, dengan
adanya raperda pola hidup yang baru di era pandemi ini dapat membantu pemerintah
pusat dalam menangani pandemic COVID-19.
Secara Horizontal Peraturan perundang-undangan harus memiliki sinkronisasi
mengenai muatan materi yang diatur didalam peraturan perundang-undangan yang
lain maupun rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) yang akan dibuat.

2. Analisis Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2020
Tentang Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 Di Lingkungan
Pemerintah Daerah
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Bahwasanya Pemerintah Daerah perlu
melakukan langkah antisipasi dan penanganan dampak penularan Covid-19 yang
mana mengartikan, bahwa setiap pemerintah daerah wajib melakukan dan membuat
suatu regulasi penanganan dampak penularan Covid-19 yang mana dapat kita ketahui
pada pasal 3 ayat (1) salah satunya yakni Setiap Kepala Daerah membentuk Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Daerah berdasarkan pertimbangan dan
rekomendasi Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanaganan Covid-19 sesuai
Keputusan Presiden mengenai Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Mengamati Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2020 Tentang Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 Di
Lingkungan Pemerintah Daerah, dapat diketahui Satuan tugas penanganan Covid-19
daerah mempunyai tugas antara lain, melaksanakan dan mengendalikan implementasi
kebijakan strategis yang berkaitan dengan penanganan Covid-19 di daerah,
menyelesaikan permasalahan pelaksanaan kebijakan strategis yang berkaitan dengan
penanganan Covid-19 di daerah, melakukan pengawasan pelaksanaan kebijakan
strategis yang berkaitan dengan penanganan Covid-19 di daerah, menetapkan dan
melaksanakan kebijakan serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka
percepatan penanganan Covid-19 di daerah. Komando dan kendali penanganan
Covid-19 berada di bawah Kasatgas penanganan Covid-19 Nasional/Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dengan demikian, alur pelaporan
Kasatgas penanganan Covid-19 Kabupaten/Kota kepada Kasatgas Penanganan Covid-
19 Provinsi dan Kasatgas penanganan Covid-19 Provinsi langsung kepada Kasatgas
penanganan Covid-19 Nasional.
Melalui raperda ini pemerintah kota Blitar akan melaksanakan peraturan
Menteri dalam Negeri nomor 20 tahun 2020 dengan membentuk satuan tugas covid-
19. dan dalam melaksanakannya mengikutsertakan peran masyarakat secara aktif.
Secara vertikal Peraturan Perundang – undangan tersebut harus memiliki
singkronisasi mengenai muatan materi yang di atur di dalam peraturan perundang –
undangan yang lain maupun rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) tentang Pola
dan Kehidupan Baru yang akan dibuat.

3. Analisis Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pola dan
Kebiasaan Hidup Baru Dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease
2019
Berdasarkan pasal 13 ayat (1) Penyelenggaraaan Pola dan Kebiasaan Hidup
Baru dalam Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 dilakukan oleh Pemerintah
Daerah dengan mensinergikan pemenuhan kebutuhan kesehatan dan perlindungan
keamanan masyarakat pada masa pandemi COVID-19 dengan pemulihan kegiatan
sosial budaya dan perekonomian masyarakat. Dapat kita ketahui bahwasanya
Pemerintah Daerah mewajibkan melakukan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19
yang mana dilakukan dengan menyelenggarakan Pola dan Kebiasaan Hidup Baru
dikalangan masyarakat agar perekonomian menjadi stabil serta pemulihan kegiatan
sosial budaya.
Berdasarkan pasal 17 ayat (2) Pelaksanaan Pola dan Kebiasaan Hidup Baru
dalam Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 pada aspek sosial budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pembudayaan perilaku
disiplin pada aktivitas luar rumah dengan melaksanakan protokol kesehatan, menjaga
kebersihan diri, penggunaan masker, kebiasaan mencuci tangan, menjaga jarak dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Berdasarkan Pasal 17 ayat (2) dalam menjalankan
pelaksanaan Pola dan Kebiasaan Hidup Baru Pemerintah Daerah mewajibkan
masyarakat untuk memenuhi Protokol Kesehatan yang mana dapat diketahui seperti
halnya : penggunaan masker, kebiasaan mencuci tangan, menjaga jarak.
Melalui Raperda Pola dan Kebiasaan Hidup Baru diharapkan dapat
memulihkan kegiatan masyarakat kota blitar pada aspek sosial budaya tentu dengan
kebiasaan-kebisaaan yang baru, seperti masyarakat wajib menjalankan protocol
kesehatan dalam kegiatan sehari-harinya.
Secara vertikal Peraturan Perundang – undangan tersebut harus memiliki
singkronisasi mengenai muatan materi yang di atur di dalam peraturan perundang –
undangan yang lain maupun rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) tentang Pola
dan Kebiasaan Hidup Baru yang akan dibuat.
4. Analisis Peraturan Walikota Batu Nomor 79 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pola dan
Kebiasaan Hidup Baru Produktif dan Aman Corona Virus Disease 2019.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat produktif dan aman COVID-19 pada
kota blitar maka diberlakukan Pola dan Kebiasaan Hidup Baru untuk menangani
COVID-19.kegiatan masyarakat kota Blitar yang meliputi aktivitas diluar rumah dan
aktivitas ditempat umum dan fasilitas umum seperti tempat kerja, sekolah/institusi
Pendidikan lainnya, tempat ibadah, transportasi umum, pusat perbelanjaan, tempat
wisata, penginapan, fasilitas pelayanan kesehatan, serta area publik atau tempat
lainnya yang dapat menimbulkan kerumunan massa dan tempat maupun fasilitas
umum dalam protokol Kesehatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sesuai dengan dalam Pola dan Kebiasaan Hidup Baru, maka
setiap aktivitas yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur protokol kesehatan
yakni menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan
mulut hingga dagu jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang
tidak diketahui status kesehatannya, kemudian mencuci tangan secara teratur
menggunakan sabun dengan air mengalir; menjaga jarak dengan melakukan
pembatasan interaksi fisik (physical distancing) dan meningkatkan daya tahan tubuh
dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Selain melakukan 4M sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat (1),
pengelolaan, penyelenggara, atau penanggung jawab tempat umum dan fasilitas
fasilitas umum dapat menetapkan protokol kesehatan di lingkungan masing-masing
dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yakni dengan
melaksanakan sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk
memberikan pengertian dan pemahaman mengenai pencegahan dan pengendalian
COVID-19; menyediakan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses dan
memenuhi standar atau penyediaan cairan pembersih tangan (hand sanitizer);
mengupayakan identifikasi (penampisan) dan pemantauan kesehatan bagi setiap orang
yang akan beraktivitas di lingkungan kerja; mengupayakan pengaturan jaga jarak;
melakukan pembersihan dan disinfeksi lingkungan secara berkala; melakukan
penegakan kedisiplinan pada perilaku masyarakat yang berisiko dalam penularan dan
tertularnya COVID-19; serta memfasilitasi deteksi dini dalam penanganan kasus
untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19.
Demi dapat terlaksananya semua rangkaian pola dan kebiasaan hidup baru
dalam kota Blitar tidak hanya dibutuhkannya peran pemerintah kota Blitar akan tetapi
juga dibutuhkan perak aktif masyarakat dalam mematuhi semua bentuk protokol
kesehatan yang dibutuhkan.

Secara vertikal Peraturan Perundang – undangan tersebut harus memiliki


singkronisasi mengenai muatan materi yang di atur di dalam peraturan perundang –
undangan yang lain maupun rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) tentang Pola
dan Kebiasaan Hidup Baru yang akan dibuat.

Anda mungkin juga menyukai