Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KEBIJAKAN PSBB DALAM MENGATASI PANDEMI COVID-19

DI INDONESIA
Oleh: Dinda Dwi Novianty (F1B019105)

Pendahuluan
Baru-baru ini dunia digemparkan dengan adanya virus yang dikabarkan
berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada Desember 2019. Virus ini
bernama Corona Virus Disease (COVID-19). Covid-19 adalah pandemi penyakit
coronavirus yang disebabkan oleh sindrom pernafasan akut yang parah
coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
wabah itu sebagai Kesehatan Masyarakat Darurat dari Kepedulian Internasional
pada 30 Januari 2020 dan mengakui sebagai pandemi pada 11 maret 2020
(Wikipedia). Tragisnya, tak hanya berdampak di China saja, namun virus ini
merebak hampir ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah
satu negara yang memiliki hubungan cukup intens dengan Cina. Tentunya ini
menjadi salah satu penyebab mudahnya virus korona menular sampai ke
Indonesia. Seluruh masyarakat harus saling bahu membahu agar pandemi ini
segera berakhir dengan cara selalu menjaga kebersihan dan menjaga jarak guna
memutus rantai penularan virus korona ini.
Dalam mengatasi pandemi yang luar biasa ini, tentunya kebijakan publik
menjadi salah satu langkah pemerintah untuk mengatasi hal ini. Banyak sekali
kerugian yang didapat baik oleh negara maupun masyarakat terutama dalam hal
perekonomian. Akibat pandemi ini, pengangguran di Indonesia mencapai 1,2 juta
orang dari 74.430 perusahaan. Sayangnya dari kebijakan publik yang telah
ditetapkan pemerintah dinilai terlambat dan kurang tanggap. Padahal
dibandingkan dengan negara lain, masuknya pandemi korona ini ke Indonesia
bisa dibilang lama. Yang harusnya pemerintah dalam hal ini lebih
mempersiapkan diri dan lebih mengantisipasi agar virus ini tidak masuk. Selain
itu juga sikap meremehkan dan candaan terhadap keganasan virus korona dari
beberapa pejabat negara seperti Luhut Pandjaitan, Mahfud MD, dan Terawan
Agus Putranto menganggap seolah – olah virus ini tidak akan masuk ke Indonesia.
Tapi kenyataannya virus ini sudah masuk ke Indonesia dan sampai saat ini pasien
positif korona mencapai12.071 dengan 2.197 dinyatakan sembuh dan 872
meninggal dunia.

Pembahasan
Kita seringkali mendengar istilah kebijakan publik, terutama apabila terjadi
permasalahan di dalam negara. Tanpa kita sadari, kebijakan publik yang
dikeluarkan oleh pemerintah sebenarnya turut mempengaruhi banyak aspek
kehidupan masyarakat. Kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah guna mengubah ekonomi dan masyarakat (B. Guys
Peters). Lantas seperti apakah kebijakan publik yang dikeluarkan Presiden Joko
Widodo dalam mengatasi pandemi virus ini. Sebelum mengeluarkan kebijakan
tentunya pemerintah telah menghitung kemungkinan yang terjadi apabila
menerapkan kebijakan tersebut. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
merupakan serangkaian kebijakan yang diambil Jokowi guna mengatasi pandemi
virus korona. Pembatasan Sosial Berskala Besar atau yang kita sebut dengan
PSBB ini ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang berkoordinasi dengan kepala
gugus tugas Covid-19 dan kepala daerah. Dasar hukumnya adalah UU Nomor 6
Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Pemerintah juga sudah
menerbitkan PP tentang PSBB dan Kepres Penetapan Kedaruratan Masyarakat
untuk melaksanakan amanat UU tersebut. Dengan hal ini pemerintah menghimbau
pemerintahan daerah tidak menetapkan kebijakan sendiri dan tetap sesuai dengan
instruksi pemerintah. Selain itu Polri juga dapat mengambil langkah – langkah
penegakan hukum demi keefektifan kebijakan PSBB ini.
Pelaksanaan kebijakan PSBB ini meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja,
pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat umum,
pembatasan kegiatan sosial dan budaya, pembatasan moda transportasi, dan
pembatasan kegiatan lainnya kuhusus terkait aspek pertahanan dan keamanan.
Jokowi menyebutkan inti dari adanya kebijakan ini adalah kesehatan masyarakat,
menyiapkan jejaring sosial untuk masyarakat bawah, menjaga dunia UMKM.
Salah satu fokus yang dipersiapkan sekarang adalah berkenaan dengan bantuan
sosial untuk masyarakat bawah yaitu berupa PKH yang dananya ditingkatkan
25%, sembako, pra kerja, tarif listrik, antisipasi kebutuhan pokok, dan keringanan
pembayaran kredit. Kebijakan pemerintah untuk menopang pengangguran baru
tidaklah tepat. Ketika jutaan orang terancam menganggur, Jokowi meresponnya
dengan pra kerja yaitu program untuk para pencari kerja yang dijanjikan semasa
kampanye. Seharusnya dana tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat dan alat – alat kesehatan untuk menangani para korban yang
terinveksi virus korona ini.
Pemerintah memilih kebijakan PSBB ini bukan tanpa alasan. Menimbang dari
banyak aspek seperti geografis, Indonesia tidak cocok untuk melakukan lockdown
ujar pemerintah. Padahal sejauh ini kebijakan lockdown sangat efektif untuk
mengatasi pandemi ini. Seperti Vietnam yang merupakan salah satu negara sangat
dekat dengan China namun tidak ada satupun rakyatnya yang meninggal karena
virus korona. Keberhasilan ini tak lain karena pemerintah yang tanggap yang
mana langsung menerapkan kebijakan lockdown. Entah karena pertimbangan
banyak aspek Indonesia tidak menerapkan kebijakan lockdown atau karena
pemerintah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya ketika
menerapkan lockdown. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah bersama-sama
memutus rantai penyebaran virus korona dengan menerapkan PSBB walaupun
nantinya membutuhkan waktu yang lebih lama.
Selama satu bulan lebih menerapkan kebijakan PSBB ini, perubahan postif
mulai terlihat terutama di wilayah DKI Jakarta. Terjadi penurunan jumlah pasien
positif di wilayah DKI Jakarta. selain itu juga terjadi penurunan pergerakan orang
secara signifikan pada angkutan umum, namun belum optimal pada lalu lintas
kendaraan. Kebijakan ini dinilai cukup untuk menurunkan laju penyebaran virus
korona. Kebijakan ini merupakan penguat kebijakan sebelumnya yaitu Phisical
Distancing hanya saja lebih diperluas lagi cakupannya. Melalui kebijakan ini juga
sedikit membantu perekonomian Indonesia. Pasalnya kegiatan jual beli di pasar
contohnya masih tetap berjalan seperti biasa hanya saja seluruh pengunjung
diharuskan memakai masker. Nilai posif lainnya dari kebijakan ini adalah
meningkatnya kualitas udara di Indonesia terutama di daerah Jakarta yang bisa
dirasakan langsung. Polusi udara yang biasanya sanga pekat di Jakarta, kini
dengan pemberlakukan PSBB jarang kendaraan yang lalu lalang karena dibatasi,
dan hal ini menimbulkan dampak yang baik.
Disamping menimbulkan dmpak positif terutama bagi lingkungan, PSBB ini
tentunya menimbulkan dampak yang negative juga. Ada beberapa nilai minus dari
kebijakan ini yang pertama yaitu administrasi yang berbelit – belit. Kebijakan
PSBB ini ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang mana waktu sebelumnya
pernah meremehkan keganasan virus korona ini. administrasi yang berbelit – belit
ini pasalnya hanya daerah tertentu saja yang diperbolehkan menerapkan kebijakan
PSBB ini seperti Jakarta, Depok dan daerah disekitarnya. Sebelum
memberlakukan kebijakan ini pemerintah daerah harus meminta ijin dulu kepada
pemerintah pusat, yang mana hal ini bisa saja menimbulkan keterlambatan dalam
penekanan laju virus korona. Adapun kriteria yang ditetapkan pemerintah untuk
menyetujui tidaknya kebijakan ini dilaksanakan oleh masing – masing daerah
adalah adanya jumlah kasus dan/atau jumlah kematian akibat penyakit meningkat
dan menyebar secara signifikan dan cepat ke beberapa wilayah. kriteria kedua
adalah wilayah tersebut memiliki kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di
wilayah atau negara lain.Terkesan berbelit – belit dan menarik ulur diterapkannya
kebijakan PSBB ini. padahal kebijakan PSBB ini termasuk langkah yang terlalu
pelan untuk mengatasi penyebaran virus korona, namun dengan ini pun
pemerintah masih menarik ulur dan hanya menyetujui beberapa daerah saja untuk
menerapkan. Seharusnya di situasi yang darurat ini pemerintah pusat maupun
daerah melakukan deregulasi agar bisa mengatasi dengan cepat dan efektif. Kalau
saja kebijakan PSBB dilakukan secara serentak dan dalam waktu yang bersamaan
mungkin akan lebih efektif lagi.
Analisis mengenai kebijakan PSBB ini yang diterapkan di beberapa daerah di
Indonesia memberikan dampak yang cukup baik, selain itu juga sedikit demi
sedikit dapat mengurangi penyebaran virus korona ini. Meskipun terbilang cukup
terlambat dan administrasi yang berbelit – belit namun perlahan – lahan
mengembaikan keadaan Indonesia seperti semula, setidaknya langkah pemerintah
ini memberi dampak yang cukup signifikan terkait penanganan virus korona. Dan
ini harus kita support bersama dan bersama – sama kita melawan virus korona
supaya Indonesia lekas membaik dan ekonomi juga lekas membaik.
Kesimpulan
Terkait dengan penjelasan diatas mengenai bagaimana kebijakan PSBB ini
berlaku, plus serta minusnya kebijakan PSBB yang diterapkan di Indonesia dapat
disimpulkan bahwa langkah pemerintah ini sudah cukup baik walaupun masih
banyak kekuarangan yang harus diperbaiki terkait dengan administrasi perijinan
kebijakan ini yang harus kita lakukan saat ini adalah berhenti untuk saling
menyalahkan, kini saatnya kita bersatu melawan virus korona agar keadaan segera
membaik dan bisa memulai aktivitas seperti biasanya sebelum virus korona ini
ada.

Daftar Pustaka
Pinterpolitik.com. (2020 Maret 24) Menyoal kebijakan Jokowi Atasi Corona.
Diakses pada 5 Mei 2020, dari https://www.pinterpolitik.com/menyoal-kebijakan-
jokowi-atasi-corona/
Majalah Tempo. 2020. Gelombang Penganggur di Tengah Wabah. Wabah PHK,
April, PT. Majalah Tempo. www.tempo.co
Redaksi, P. 2015. Politik dan Kebijakan (Publik). Jurnal Politik. Volume 3, No.1.
Tempo.co. (2020 April 5) Kritik PSBB: Pembatasan Sosial Berskala Birokratis.
Diakses pada 5 mei 2020, dari
https://www.google.com/fokus.tempo.co/amp/1328093/kritik-psbb-pembatasan-
sosial-berskala-birokatis

Anda mungkin juga menyukai