Anda di halaman 1dari 4

TEORI SISTEM DUNIA

Oleh
Tio Pradena Putra 2220842002

1. Sejarah Kelahiran Teori Sistem Dunia

Sebelumnya telah disebutkan bahwa Negara Dunia Ketiga memasuki fase membangun negara
mereka dengan mencoba aliran pemikiran pembangunan yang tepat untuk diimplementasikan
dinegara mereka. Tokoh-tokoh sosial memiliki gagasan pembangunan seperti modernisasi dan
dependensi. Teori modernisasi dianggap sebagai ajaran rasionalisasi imperialisme. Kritik tersebut
melahirkan Teori dependensi, ajaran ini menyebar dari amerika latin hingga negara dunia ketiga
lainnya. Sekalipun ajaran dependensi tidak mampu menghancurkan teori modernisasi, keadaan
serupa juga dialami teori modernisasi tidak dapat mengatakan bahwa teori dependensi sebagai
ajaran tidak sah. Dialektika yang terjadi pada dua teori diatas melahirkan pemikiran kritis dan
wawasan alternatif yang muncul pada tahun 1970-an.

Immanuel Wallernstein muncul dengan gagasan barunya yang radikal dengan menyatakan
peristiwa sejarah di dalam tata ekonomi kapitalis dunia ini yang menurutnya tidak dapat dijelaskan
oleh dua perspektif pembangunan yang telah ada tersebut. Wallernstein mengemukakan alasanya
negara di Asia Timur terus mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kenyataan ini
menjadikan semakin sulit menggambarkan keajaiban ekonomi negara tersebut sebagai sekedar hasil
modernisasi, pembangunan yang bergantung, ketergantungan dinamis karena negara industri di
Asia Timur tersebut mulai memberikan tantangan nyata terhadap kekuatan ekonomi Amerika.
Kemudian alasan pecahnya RRC dan Uni Soviet menunjukkan kegagalan revolusi kebudayaan dan
stagnasi ekonomi dinegara sosialis menjukkan tanda awal runtuhnya revolusi Marxisme. Banyak
ilmuawan yang mulai mengkritik bahwa kebijaksanaan pemutusan hubungan dengan pengisolasian
negara Dunia Ketiga dengan tatanan ekonomi kapitalis kurang tepat.

Wallernstein dan pengikutnya telah mengembangkan satu perspektif pembangunan baru yang
mereka sebut dengan perpektif sistem dunia (the world system perspective) atau disebut sebagai
ajaran sistem ekonomi kapitalis dunia. Teori sitem dunia wallerstein sebenarnya sangat sederhana.
Dia beranggapan bahwa dulu dunia dikuasai oleh sitem kecil atau sistem mini dalam bentuk
kerajaan atau bentuk pemerintahan lainnya. Pada waktu itu belum ada sistem dunia, masing-masing
sistem mini tidak saling terhubung. Kemudian terjadi penggabungan baik melalui penaklukan
secara militer maupun secara sukarela. Selanjutnya kerajaan besar muncul, kerajaan ini disebut
world empire. Kerajaan dunia mengendalikan kawasannya melalui sebuah sistem politik yang
dipusatkan. Penguasaan tidak dalam bentuk pengendalian yang ketat, tetapi cukup dengan sistem
upeti sebagai tanda takluk.
Perkembangan teknologi dan perkembangan bidang lain kemudian memunculkan sistem
perekonomian dunia yang terhubung. Berbeda dengan kerajaan besar dunia yang menguasai
kawasan melalui kekuatan politik, sistem perekonomian dunia menghubungkan kawasan yang ada
melalui pertukaran dipasar. Sejumlah kerajaan besar dunia menghilang sementara sistem
perekonomian dunia yang berkembang sudah menguasai seluruh dunia dan menjadi satu-satunya
sistem dunia yang ada sekarang adalah kapitalisme global.1

Negara menurut Wallerstein dikelompokkan menjadi tiga yaitu negara pusat, negara setengah
pinggiran dan negara pinggiran. Negara-negara tersebut bisa naik atau turun kelas, contohnya pada
saat Inggris, Belanda, dan Prancis yang dulunya negara pusat yang berperan dominan dalam sistem
dunia kemudian Amerika muncul menjadi negara terkuat setelah negara eropa hancur dalam perang
Dunia II. Teori Wallerstein dapat dipakai untuk menjelaskan naiknya negara industri baru dari
posisinya sebagai negara pinggiran menjadi negara setengah pinggiran. Wallerstein merumuskan
tiga strategi bagi terjadinya proses kenaikan kelas: 2

 Kenaikan kelas terjadi dengan merebut kesempatan yang datang, pada suatu kali harga
komoditi primer menjadi murah dan barang industri menjadi mahal karena dinamika pada
perekonomian dunia. Negara pinggiran hanya beralih dari ketergantungan satu ke jenis
ketergantungan yang lain. Secara ekonomi kondisi ini dapat membuat negara pinggiran naik
menjadi negara setengah pinggiran karena industrialisasi yang negara itu lakukan.
 Kenaikan kelas terjadi juga melalui undangan, maksudnya industri negara pusat melakukan
ekspansi ke luar. Maka lahir perusahaan multinasional, perusahaan ini membutuhkan mitra
usaha dinegara berkembang. Akibatnya dari kondisi ini muncul industri baru di negara
pinggiran, proses ini dapar meningkatkan posisi negara.
 Kenaikan kelas yang terjadi karena negara menjalankan kebijakan untuk memandirikan
negaranya.

Ahli lain memberikan tanggapannya tentang ajaran ekonomi dunia ini, salah satunya Chirot dan
Hall mengemukakan ajaran ini telah mampu merebut perhatian dan imigrasi generasi baru para
sosiolog dan menanamkan pengaruh yang dalam pada disiplin ilmu sosiologi. Kemudian menurut
kaye perpektif yang dirumuskan Wallerstein ini lahir dengan cara mengambil intisari dan menyerap
pola pemikiran dari dua pemikiran yaitu dependensi dan annales. Annales mengembangkan
gagasan sebagai berikut, pertama ketotalan sejarah dan sejarah global, kedua melakukan sintesis
antara sejarah dan ilmu sosial melalui analisa yang mendasarkan diri pada kecenderungan jangka

1
Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Gramedia (Jakarta:2000), hal.108.
2
Ibid., hal.110.
panjang, ketiga melakukan perubahan orientasi kajian dalam sejarah. Asumsi dasar teori sistem
dunia sebagai berikut:

 Negara miskin bisa menjadi tidak tergantung dengan negara maju apabila bersikap mandiri dan
independen dalam kebijakan nasionalnya.
 Negara miskin harus memiliki nilai tawar yang kuat dengan negara maju
 Negara miskin mempelajari dan menggali berbagai kandungan potensi lokal yang dapat
dimainkan dalam hubungan dengan negara maju
 Peran negara dalam pembangunan ekonomi harus kuat
 Bagi penganut teori ini ekosistem yang diciptakan bisa menguntungkan dan bisa pula
merugikan.

2. Jaringan-jaringan dalam Pembangunan Internasional dalam Konteks One World System

Berbeda dengan aliran teori pembangunan yang lain, teori sitem dunia secara serius
menyatakan bahwa unit analisis yang berlaku untuk ilmu sosial adalah sistem dunia itu sendiri.
Untuk melaksanakan dan untuk mencapai hasil pengamatan yang cermat dari dinamika jangka
panjang sistem kepitalis dunia perspektif ini menuntut disediakannya satu perangkat data baru.
Berikut ini catatan khusus tentang kekuatan teori baru ini: 3

 Agenda penelitian, Wallerstein tertarik untuk menguji bagaimana masa surut sistem ekonomi
kapitalis dunia yang terjadi pada abad 17 bertanggung jawab terhadap tumbuh dan
berkembangnya tiga wilayah politik ekonomi dunia, sentral, semi pinggiran dan pinggiran.
Kekuasaan diwilayah sentral mempengaruhi timbulnya akibat yang sistemik dari kolonisasi dan
dekolonisasi di wilayah negara pinggiran.
 Model penelitian, menggunakan analisa sejarah jangka panjang. Teori tidak mengamati gejala
sosial untuk jangka waktu satu atau dua dekade, tetapi cenderung melihat irama siklus yang
biasanya berlangsung lebih dari satu abad.
 Perangkat data, ilmu sosial yang sekarang dikumpulkan dan disusun untuk menjawab agenda
penelitian yang dirumuskan mengikuti penyediaan data baru berskala global setingkat dunia.

Teori sistem dunia telah memberikan sumbangan yang besar yakni menguji gerak putar sitem
dunia, teori ini telah memberikan sumbangannya pada ketegasannya untuk selalu mengamati
perkembangan jangka panjang dari setiap gejala sosial yang global. Ada tiga blok bangunan
intelektual dari teori sistem-dunia yang dirujuk Wallerstein, yaitu Annales, Marx, dan teori
ketergantungan (dependency theory).

3
Suwarsono.dkk, Perubahan Sosial dan Pembangunan, LP3ES (Jakarta:2006), hal.204.
Pertama, Wallerstein mengambil gagasan Braudel perihal la long duree (long term) serta
melakukan studi dengan fokus pada kawasan geoekologis sebagai unit analisis, sejarah pedesaan,
dan keyakinan pada material empiris dari Braudel. Dampak Annales bagi Wallerstein terletak pada
level metodologis. Kedua, Dari Marx, Wallerstein belajar bahwa realitas fundamental konflik sosial
berbasis pada kelompok manusia; konsen dengan totalitas yang relevan; hakikat transiter bentuk-
bentuk sosial dan teori-teori tentangnya; sentralitas proses akumulasi yang menghasilkan
perjuangan kelas secara kompetitif; dialektika gerak melalui konflik dan kontradiksi. Melalui kajian
ini, Wallerstein hendak merevisi Marxisme tersebut. Ketiga, Teori sistem-dunia juga mengadaptasi
teori ketergantungan dari teori ini Wallerstein menjelaskan pandangan proses pembangunan, yang
populer di negara berkembang yang di antara tokohnya adalah Fernando Henrique Cardoso. Teori
ketergantungan melihat relasi pusat-pinggiran yang tumbuh di kawasan periperal, seperti Amerika
Latin, dari sanalah kritik terhadap kapitalisme global sekarang ini berkembang. 4

Menurut Wallerstein, sistem dunia modern mencakupi pelapisan bentuk-bentuk politik yang
tidak merata (sebagian terbesat adalah negara-negara kebangsaan), ekonomi pasar kapitalis global,
dan kebudayaan. Berbagai dislokasi yang diciptakan oleh struktur tersebut dewasa ini tengah
dialami dan diungkapkan sebagai resistensi-resistensi budaya partikularistik melawan budaya
Barat/Pencerahan yang telah menjadi benang utama dalam budaya sistem dunia. Budaya
Pencerahan membuat klaim-klaim universal dan ilmiah bagi dirinya sendiri, namun klaim-klaim ini
kerap menjadi dasar penilaian yang rasial terhadap kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan-
kebudayaan lain ini kini tengah menegaskan kembali keberadaannya dalam aneka bentuk. Konflik-
konflik kultural semacam ini merupakan medan resistensi terhadap sistem dunia sebagai sebuah
keseluruhan; dimensi-dimensi ekonominya bukanlah bagian yang paling menonjol di dalam
tantangan ini. Karya ini merupakan sebuah pembahasan yang provokatif namun abstrak mengenai
tantangan dari budaya lokal dan partikular terhadap klaim-klaim universal kebudayaan Barat.

Para pengkritik menuduh bahwa perspektif sistem dunia telah menyuguhkan gemerlapnya
konsep sistem dunia, seakan akan merupakan sesuatu yang sangat nyata sementara disisi lain
perspektif ini telah hampir secara sempurna meninggalkan spesifikasi sejarah perkembangan pada
tingkat nasional. Disamping itu para pengkritik juga menuduh bahwa ajaran sistem dunia terlalu
condong untuk mengunggulkan analisa stratifikasi, sementara disisi lain perspektif ini telah
meninggalkan analisa kelas.

4
Adon Nasrullah Jamaludin, Sosiologi Pembangunan, Pustaka Setia (Bandung:2016), hal.101.

Anda mungkin juga menyukai