Anda di halaman 1dari 17

Teori evolusi memandang perubahab bergerak secara linear dari masyarakat

primitif menuju masyarakat maju. Dan bergerak perubahan itu mempunyai tujuan
akhir. Sedangkan teori fungsionalisme, memandang masyarakat sebagai sebuah
sistem yang selalu berada dalam keseimbangan dinamis. Perubahan yang terjadi
dalam unsur sistem itu akan diikuti oleh unsur sistem lainnya dan membentuk
keseimbangan baru.
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian
kawasan yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami
kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses
revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan
aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan
potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat).

eori Ekonomi Kapitalisme (Teori Ekonomi Klasik)


Pada hakekatnya Teori Modernisasi dan Pembangunan dibangun di atas landasan
kapitalisme. Pandangan kapitalisme bersumber dan berakar dar pandangan Filsafat Ekonomi
Klasik dari Adam Smith yang dituangkan dalam karyanya yang berjudul: Wealtl a/Nations
(1776). Di samping Adam Smith, yang serins disebut sebagai tokoh perintis pandangan ekonoff
klasik adalah dua pemikir ekonomi lainnya, yaitu David Ricardo dan James Mill. Nama lain
yang dapat dimasukkan sebagai pengikut dan pemikir ekonomi klasik adalah Jeremy Bentham,
Thomas Robert Malthus dan J.B. Say. Keseluruhan filsafat pemikiran penganut ekonomi klasik
tersebut dibangun di atas landasai filsafat ekonomi liberalisme yang memberikan landasan
terhadap kebebasan individu (personal liberty), hak milik pribadi (private property), dainisiatif
individu serta usaha swasta (private interprise) (Fakih, 2001).
Ada beberapa pandangan yang dianggap sebagai sisi positif dari sistem ekonomi kapitalis
(Suharnadji dan Waspodo, 2004:13) :

Pertama, membatasi atau memberi peranan sangat minimum kepada pemerintah atau laissez
faire memungkinkan terwujudnya kemakmuran/ kebebasan berproduksi, membeli, menjual, dan
berinvestasi akan memberi kesempatan untuk menjadi kaya bagi semua pelaku ekonomi. Pada

saat yang bersamaan, perusahaan yang bebas merupakan sebuah faktor penting untuk
menciptakan kesamaan (equality). Jika setiap orang mempunyai kesempatan untuk
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk berproduksi dan memasarkan produknya
sehingga dua belah pihak yang terlibat menjadi kaya.
Kedua, dinamika pertumbuhan yang cepat dan besarnya peranan sektor swasta menjamin
berlang-sungnya demokrasi, karena negara tidak diperke-nankan mengkonsentrasikan kekuasaan
politiknya di tangan para birokrat. Sistem ekonomi inilah yang menjamin kebebasan yakni
kapitalisme yang kompetitifjuga menyediakan kebebasan politik, karena kekuasaan ekonomi dan
politik dipisahkan (Salmi, 1993).
Ketiga, sistem kapitalisme sangat percaya kepada kekuatan ekonomi pasar yang diletakkan di
atas sistem persaingan atau kompetisi. Mereka juga percaya pada kondisi full employment yakni
suatu kondisi ekonomi akan berjalan secara lancar dan selalu menyesuaikan diri, jika tanpa
intervensi pemerintah.
Keempat, sistem ini juga percaya bahwa pemenuhan kepentingan pribadi berarti memenuhi
kepentingan masyarakat. Dengan kata lain mereka sangat yakm kepada harmony of interest.
Hukum ekonomi berlaku secara universal, dan mereka sangat mempercayai hukum pasar yaitu
supply creates its own demand.
Sedangkan sisi buruh kapitalisme telah melahirkan bentuk-bentuk kekerasan dan pelanggaran
HAM. Sistem kapitalesme menyebabakan terjadinya eksploitasi dan penindasan yang panjang,
bahkan melahirkan negara-negara kaya di belahan bumi utara dan negara miskin di belahan bumi
selatan, dan tumbuhnya kelompok yang termarjinalkan dalam sistem ekonomi (Salmi dalam
Suharnadji dan Waspodo, 2004:15) Tetapi apapun kritik yang dilontarkan kepada teori
Kapitalisme pada kenyataannya teori ini diterapkan oleh hampir sebagian besar negara negara
industri maju dan negara-negara berkembang yang sedang mengalami proses modernisasi. Teori
ini dianggap mampu mendorong kemajuan suatu bangsa
karena dilandasi oleh prinsip-prinsip kompetis kebebasan dan demokratisasi meskipun masih
dibutuhkan adaptasi dan penyesuaian-penyesuaia pada masing-masing negara.

2 . Teori Evolusi
Teori Evolusi atau teori organik lahir pada abad ke-19 sesaat setelah Revolusi Industri Inggris
dan Revolusi Politik Perancis. Revolusi Industri di Inggris telah menciptakan dasar-dasar
ekspansi ekonomi ya dilandasi semangat ilmu pengetahuan dan teknik dirumuskan tata cara baru
produksi barang yang lebih efisien, yang pada akhirnya berakibat pada peningkatan produktifitas

dan perluasan pasar dunia. Meskipun pada awalnya perkembangan teori evolusi ini berpangkal
dari pikiran Frederich Hegel tetapi filosof Perancis Auguste Comte-lah yang menjadikan teori
evolusi menjadi pengetahuan ilmu sosial positivistik. Menurut Comte bahwa perubahan
masyarakat adalah melalui fase-fase teknologi yaitu suatu bentuk masyarakat yang dikuasai oleh
pendeta dan diperintah oleh militer. Pada fase ke dua meta-fisika, yang didasarkan pada
pemikiran-pemikiran filosofis, sedangkan fase ketiga adalah positif atau scientific, yakni dengan
memahami hukum alam dan eksperimentasi ilmiah. Tokoh lainnya yang termasuk penganut
evolusi, di antaranya Tonies yang menggunakan istilah Gemenschaff (masyarakat paguyuban)
dan Gesselschaff (masyarakat patembayan), Herbert Spencer melihat sebagai masyarakat
militer dan masyarakat industri serta Emile Durkheim mengamati dengan solidaritas mekanik
dan organik.
Alur pikir dari teori evolusi adalah masyarakat akan berkembang dari masyarakat sederhana
(primitive) menuju ke masyarakat modern (complex) dan memerlukan proses jangka panjang
fase demi fase. Para penganut teori ini berasumsi bahwa masyarakat akan menjalani perubahan
secara linear atau seperti garis lurus, dari masyarakat primitive ke masyarakat maju. Asumsi ini
memberikan argumentasi kuat bahwa masyarakat yang dicita-citakan adalah masyarakat modern,
dan disebut sebagai bentuk dari tujuan masyarakat yang bernilai baik dan sempurna yang di
dalamnya terdapat apa yang oleh teori evolusi disebut sebagai kemajuan/ kemanusiaan, dan
peradaban.
3. Teori Fungsionalisme
Tokoh penting dari teori Fungsionalisme adalah Talcott Persons dan Robert Merton. Teori ini
muncul pertama kali tahun 1930-an yang dikenal dengan nama teori Struktural Fungsional.
Meskipun teori ini tidak menyinggung secara langsung tentang perubahan sosial dan
pembangunan, tetapi berkaitan erat dengan beberapa teori pembangunan seperti human capital
teori dan teori modernisasi.

4. Teori Modernisasi
Teori modernisasi dan pembangunan pada dasarnya merupakan sebuah gagasan tentang
perubahan sosial yang dalam perjalanannya telah menjadi sebuah ideologi. Perkembangan ini
akibat dukungan dana dna politik dari pemerintah, organisasi maupun perusahaan swasta AS
serta negara liberal lainnya.
Pada awalnya modernisasi sebenarnya suatu gerakan sosial yang bersifat revolusioner,
berwatak kompleks (melalui banyak strategi dan disiplin ilmu), sistematik, dan seperti menjadi
gerakan global yang mempengaruhi semua aktivitas manusia melalaui proses yang bertahap

menuju homogenesis dan bersifat progresif. Teori ini pada akhirnya dipergunakan di kalangan
interdisiplin sehingga melahirkan aliran modernisasi sosiologi, antropologi, psikologi,
pendidikan, ekonomi bahkan agama (Fakih, 2001).
Pada kenyataannya di Perguruan Tinggi penggunaan istilah modernisasi sering
tumpangtindih dengan pembangunan sehingga modernisasi dianggap memilki arti yang sama
dengan pembangunan. (Suharnadji dan Waspodo, 2004:22).
Buah pikiran tentang pertumbuhan diurikan secara rinci oleh Rostow yang melihat
pembangunan sebagai proses evolusi perjalanan yang panjang dari tradisional menuju modern,
yang kemudian dikenal dengan the five stage scheme. Sedangkan pandangan Rostow tentang
teori perubahan sosial diuraikan dalam the stage of economic Growth. Menurut Rostow
perubahan sosial terbagi dalam lima tahapan, masyarakat tradisional, kemudian berkembang
menjadi masyarakat pra kondisi tinggal landas, lantas berkembang ke masyarakat tinggal
landas,masyarakat pematangan pertumbuhan atau kedewasaan dan akhirnya mencapai
masyarakat modern yaitu masyarakat konsumsi masa tinggi (high mass consumtion).
Teori dependency (ketergantungan) yang muncul sebagai paradigma baru dan dianggap
sebagai oposisi terhadap praktek kapitalisme, merupakan kritik dari teori modernisasi yang
dianggap sebagai penindas dan agen utama penyebab kemiskinan pada negera dunia ketiga.
Menurut teori ketergantungan kemiskinan di dunia ketiga adalah akibat dari struktur
perekonomian dunia yang bersifat eksploratif terhadap yang lemah. Maka surplus dari negara
Dunia Ketiga beralih ke negara-negara industri maju karena perdagangan dunia yang bebas
justru merupakan wadah praktek eksploitasi (Budiman, dalam Suharnadji dan Waspodo,
2004:53). Tokoh teori ketergantungan antara lain Paul Baran, Andre Gunder Frank, Theotonio
dos Santos, Fernando Hendrique Cordoso (Fakih, 2001).
Menurut Dos Santos, ketergantungan dapat dilihat dari indikator (Suharnadji dan
Waspodo, 2004:54-55):
1.
Ketergantungan yang bersumber pada kehidupan ekonomi suatu negara, baik yang terjadi
di dalam maupun luar negeri
2. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan proses kehidupan ekonomi
tersebut berupa dimensi internal dan eksternal.
3. Adanya proses dan faktor yang membawa hubungan yang berada di sentral atau pusat dan
pinggiran sebagai suatu rangkaian struktural yang eksploitatif.
Selanjutnya Santos membedakan ketergantungan menjadi 3 jenis:

1.
Ketergantungan kolonial yaitu ketergantungan dalam dominasi politik dalam bentuk
penjajahan.
2.
Ketergantungan industri keuangan, dimana negara pinggiran secara politis merdeka tetapi
dikuasai negara pusat, melalaui penanaman modal baik langsung maupun bekerja sama dengan
penguasa lokal untuk menghasilkan bahan baku. Dengan demikian pengendalian dilakukan
dalam bentuk kekuasaan industri dan keuangan.
3.
Ketergantungan teknologi industri, dimana perusahaan multinasional (TNCs) dari negara
pusat mulai menanamkan modal dalam kegiatan industri yang produknya ditujukan ke pasar
dalam negeri dari negara pinggiran, yang sringkali dimiliki pengusaha lokal tetapi teknloginya di
tangan perusahaan multinasional. Dengan demikian penguasaan terhadap surplus industri
dilakukan melalaui monopoli teknologi industri.
Tokoh teori ketergantungan lainnya Samir Amin (dalam Suharnadji dan Waspodo, 2004:53)
menyatakan bahwa ketergantungan merupakan sebuah konsep pertukaran yang tidak adil karena
terjadinya peralihan surplus dari negara pinggiran (periphery) ke negara pusat (centre) sebagai
akibat hubungan perdagangan yang timpang. Meskipun negara pusat dan pinggiranmerupakan
saling ketergantungan, namun sifat hubungan dapat disejajarkan/dianalogkan dengan hubungan
majikan dan pembantu.
Jika paradigma developmentalis (Frontier Economy) lebih berorientasi pada pertumbuhan tanpa
memperdulikan dampaknya, maka paradigma environmentalis (Deep Ecology) menempatkan
manusia sebagai bagian dari alam, yang berorientasi pada persamaan hak organisme dan alam,
pemanfaatan yang disesuaikan dengan daya dukung, serta berorientasi pada ekonomi tanpa
pertumbuhan. Masing-masing paradigma nampaknya memilki cara pengorganisasi masyarakat
dan kepemerintahan yang bertolak belakang satu sama lain. Disatu sisi developmentalis banyak
dikritik karena cenderung memiskinkan berbagai kelompok masyarakat, sedangkan
environmentalis sesuangguhnya menarik untuk dipraktekkan tetapi kurang mamapu menjawab
tantangan struktural yang dihadapi, terutama berkaitan dengan upaya mengatasi kemiskinan dan
mengurangi ketergantungan hutang luar negeri (Baiquni, 2002: 37).
Sebagai jawaban tidak bisa diterapkannya paradigma developmentalis atau
enviromentalis secara terpisah, berkembang konsep pembangunan alternatif yang lebih
menonjolkan prinsip keberagaman, pemenuhan kebutuhan dasar manusiadimana manusia
berperan dan mendapat manfaat dari masyarakatnya sendiri, (Streeten dalam Sharpley , 2000:6)
serta memiliki rasa percaya diri. Dengan demikian pembangunan alternatif berbasis masyarakat,
dimana fokus pembangunan adalah masyarakat akar rumput, yang dibangun dari anggpan
bahwa pembangunan tidak dimulai dengan barang, tetapi dimulai dari manusia dengan
pendidikan, organisasi dan kedisiplinannya (Sharpley , 2000:6).

Pembangunan berkelajutan dipandang sebagai aternatif pembangunan yang mencoba


menjembatani paradigma developmentalis atau enviromentalis. Pembangunan berkelanjutan
memerlukan proses integrasi ekonomi dan ekologi melalaui upaya perumusan paradigma dan
arah kebijkan yang bertumpu pada kemitraan dan partisipasi para pelaku pembangunan dalam
mengelola sumber daya seoptimal mungkin (Baiquni, 2002: 37).

A. Teori-teori yang Mempengaruhi Kemunculan Teori


Modernisme dan Pembangunan
Latar belakang teori modernisasi dan pembangunan sangat
dipengaruhi oleh tiga teori sosial dan ekonomi yang digunakan
sebagai fondasi dan landasan dalam teori ini. Teori-teori yang
menjadi landasan dalam teori-teori modernisasi dan
pembangunan tersebut adalah teori ekonomi klasik, teori
evolusionisme serta teori fungsionalisme. Berikut adalah
berbagai macam refleksi dari teori-teori yang melatarbelakangi
lahirnya teori modernisasi dan teori pembangunan tersebut :
1. Teori Ekonomi Kapitalis
Teori perubahan sosial modernisasi dan pembangunan
pertumbuhan pada dasarnya dibangun di atas landasan
kapitalisme. Pandangan kapitalisme jika digali secara teoritik,
pada dasarnya bersumber dan berakar pada pandangan filsafat
ekonomi klasik, terutama ajaran Adam Smith yang dituangkan
dalam karyanya Wealth of nation (1776). Filsafat penganut
ekonomi klasik dibangun di atas landasan filsafat ekonomi
liberalisme. Mereka percaya pada kebebasan individu (personal
liberty), pemilikan pribadi (private property) dan inisiatif
individu serta usaha swasta (private enterprise).

Ada sejumlah pandangan dari para pemikir ekonomi klasik yang


mempengaruhi teori-teori perubahan sosial dikemudian hari.
Pertama, para pemikir ekonomi klasik percaya kepada laissezfaire yakni kepercayaan akan kebebasan dalam bidang ekonomi
yang member isyarat perlunya membatasi atau member peranan
sangat minimum kepada pemerintah dalam bidang ekonomi.
Kedua, mereka juga percaya kepada ekonomi pasar yang
diletakkan di atas sistem persaingan atau kompetisi bebas dan
kompetisi sempurna. Ketiga, mereka juga percaya pada kondisi
full employment yakni suatu kepercayaan bahwa ekonomi akan
berjalan secara lancar dan selalu menyesuaikan diri jika tanpa
inervensi pemerintah. Kelima, mereka percaya bahwa memenuhi
kepentingan individu akan berarti memenuhi kepentingan
masyarakat. Dengan kata lain, mereka percaya kepada harmony
of interest. Keenam, mereka menitikberatkan pada kegiatan
ekonomi , khususnya industri. Mereka percaya bahwa hokum
ekonomi berlaku secara universal. Para ekonom klasik adalah
generasi pemikir yang pertama member perhatian pada
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
2. Teori Evolusi
Teori evolusi atau teori organik adalah warisan pengaruh zaman
pencerahan khususnya yang menonjol pada zaman itu dan yang
berdampak pada pemikiran manusia tentang perubahan sosial.
Teori ini lahir setelah revolusi industry dan revolusi Prancis
pada awal abad ke-19. Teori ini berdasarkan pada enam asumsi
tentang perubahan, yakni bahwa perubahan dilihat sebagai
natural, dereksional, immanent, kontinyu, suatu keharusan, dan
berjalan melalui sebab yang sama.

Menurut teori evolusi, masyarakat akan berkembang dari


masyarakat sederhana menuju ke masyarakat modern dan
memerlukan proses jangka panjang melalui fase demi fase.
Penganut teori ini berasumsi bahwa masyarakat akan berubah
secara linear atau seperti garis lurus, dari masyarakat primitif
menuju ke masyarakat maju. Hal ini mempengaruhi asumsi
mereka selanjutnya bahwa masa depan manusia sudah dapat
dipastikan, yakni akan melalui suatu proses panjang menuju
masyarakat maju.
3. Teori Fungsionalisme
Teori fungsionalisme muncul sebagai kritik terhadap teori
evolusi. Teori ini muncul pertama pada tahun 1930-an yang
dikenal
dengan
teori
structural-fungtionalism.
Teori
fungsionalisme dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcott
Parsons. Teori mereka sebenarnya sangat sederhana, bahwa
masyarakat dipandang sebagai sutu system yang terdiri atas
bagian yang saling berkaitan (agama, pendidikan, struktur
politik, keluarga, dan sebagainya). Parsons memberikan contoh
organ tubuh manusia sebagai perumpamaan memahami
mekanisme masyarakat. Tubuh manusia mempunyai berbagai
bagian yang saling berhubungan dalam suatu sistem. Setiap
anggota tubuh mempunyai fungsi spesifik, dengan tugas masingmasing untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan. Seperti
halnya organ tubuh, mekanisme fungsional antar bagian
masyarakat juga berfungsi demi stabilitas dan pertumbuhan
masyarakat. Setiap bagian tersebut dikatakan secara terus
menerus mencari keseimbangan dan keselaran diantara mereka.
Interelasi tersebut dianggap bisa terjadi karena adanya
konsensus, dan suatu pola yang non normatif dianggap akan

melahirkan gejolak. Jika hal tersebut terjadi, setiap bagian akan


cepat menyesuaikan diri untuk mencapai keseimbangan lagi.
B. Teori Modernisasi dan Pembangunan
Teori modernisasi lahir di tahun 1950-an di Amerika Serikat dan
merupakan respon kaum intelektual terhadap Perang Dunia yang
bagi penganut evolusi dianggap sebagai jalan optimis menuju
perubahan. Modernisasi menjadi penemuan teori yang
terpenting dari perjalanan kapitalisme yang panjang dibawah
kepemimpinan Amerika Serikat. Teori ini lahir dalam suasana
ketika dunia memasuki perang dingin antara Negara-negara
komunis di bawah pimpinan Negara Sosialis Uni Sovyet Rusia
(USSR) dengan Negara-negara barat pimpinan Amerika Serikat.
Perang dingin merupakan bentuk peperangan ideologi antara
kapitalisme dan sosialisme. Dengan demikian dalam konteks
perang dingin tersebut teori modernisasi terlibat dalam
peperangan ideologi.
Teori modernisasi dan pembangunan pada dasarnya merupakan
sebuah gagasan tentang perubahan sosial dalam perjalanannya
telah menjadi sebuah ideologi. Perkembangan ini adalah akibat
dari dukungan dana dan politik luar biasa besarnya dari
pemerintah dan organisasi maupun perusahaan swasta di
Amerika Serikat serta Negara-negara liberal lainnya. Semua itu
menjadikan modernisasi dan pembangunan sebagai suatu
gerakan ilmuwan yang antar disiplin ilmuilmu sosial yang
memfokuskan kajian terhadap perubahan sosial di Dunia Ketiga
sangat berpengaruh. Akibatnya menjadikan teori modernisasi
tidak hanya sekedar merupakan industri yang sedang tumbuh
tetapi telah menjadi sebuah aliran pemikiran, bahkan telah

menjadi sebuah ideologi. Pengaruh modernisasi di dunia ketiga


sangat luas, tidak saja pada kalangan akademisi diperguruan
tinggi, tetapi dikalangan birokrasi yakni para perencana dan
pelaksana progam pembangunan di negara-negara dunia ketiga.
Bahkan modernisasi juga berpengaruh dalam pemikiran
keagamaan dikalangan pemimpin dan pendidikan keagamaan.
Modernisasi juga sangat mempengaruhi banyak pemikiran
kalangan organisasi non-pemerintah.
Modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya bersifat
revolusioner (perubahan dari tradisi ke modern). Selain itu
modernisasi juga berwatak kompleks (melalui banyak cara dan
disiplin ilmu), sistematik, menjadi gerakan global yang akan
mempengaruhi semua manusia, melalui proses yang bertahap
untuk menuju suatu homogenisasi dan bersifat progessif. Teori
ini dipergunakan di kalangan interdisiplin sehingga lahirlah
aliran modernisasi dalam sosiologi, psikologi, pendidikan,
ekonomi, antropologi, dan bahkan agama. Dalam kenyataannya
di dunia akademik penggunaan istilah modernisasi sering
ditukabalikkan dengan istilah development atau pembangunan,
sehingga modernisasi mempunyai kesamaan arti dengan
pembangunan. Itulah mengapa modernisasi dan pembangunan
dijadikan satu aliran teori.
Untuk memahami lebih rinci apa yang dimaksud dengan teori
modernisasi dan pembangunan, berikut akan diuraikan
pandangan teoritis para tokoh teori ini.
1. Rostow: Teori Pertumbuhan Ekonomi

WW. Rostow, seorang ekonom Amerika Serikat, menjadi bapak


teori pembangunan dan pertumbuhan. Teorinya mempengaruhi
model pembangunan di hampir semua dunia ketiga. Pikiran
Rostow pada dasarnya dikembangkan dalam konteks perang
dingin serta membendung pengaruh sosialisme. Itulah makanya
pikiran Rostow pertama dituangkan dalam makalah secara jelas
dalam manifesto non-komunis. Dalam tulisanyang berjudul The
Stage of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto,
Rostow membentangkan pandangannya tentang modernisasi
yang dianggapnya sebagai cara untuk membendung semangat
sosialisme.
Pandangan Rostow tentang teori perubahan sosial diuraikan
dalam bukunya yang berjudul The Stage of Economic Growth.
Dalam buku tersebut Rostow menjelaskan bagaimana perunahan
sosial dalam lima tahapan pembangunan ekonomi terjadi. Tahap
pertama adalah masyarakat tradisional, kemudian berkembang
menjadi prakondisi tinggal landas, lantas diikuti masyarakat
tinggal landas, kemudian masyarakat pematangan kebutuhan,
dan akhirnya modern yang dicita-citakan, yakni masyarakat
industri yang disebutnya sebagai masyarakat konsumsi masa
tinggi (high mass consumption).
2. McClelland: Motif Prestasi dan Pertumbuhan Ekonomi
David Mc Clelland sering dianggap sabagai salah satu tokoh
penting dalam teori modernisasi. Jika teori pertumbuhan Rostow
lebih merupakan teori ekonomi, teori modernisasi Mc Clelland
berangkat dari perspektif psikologi sosial. Dalam bukunya, The
Achievement Motive in Economic Growth, McClelland (1984)

memberikan dasar-dasar tentang psikologi dan sikap manusia,


kaitannya dengan bagaimana perubahan sosial terjadi.
Dalam hal perkembangan budaya, McClelland lebih tertarik
melihat aspek pertumbuhan ekonomi ketimbang pertumbuhan
semua aspek budaya. Pertanyaan yang ingin dijawabnya adalah,
mengapa beberapa bangsa tumbuh secara pesat dibidang
ekonomi sementara bangsa yang lain tidak? Umumnya
bertumbuhnya ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor
eksternal tetapi bagi McClelland lebih merupakan faktor
internal yakni pada nilai-nilai dan motivasi yang mendorong
untuk mengeksploitasi peluang, untuk meraih kesempatan,
pendeknya dorongan internal untuk membentuk dan merubah
nasib sendiri.
Teori McClelland didasarkan pada studinya yang dilandaskan
pada teori psikoanalisis Freud tentang mimpi. McClelland
melakukan studi di Amerika yang memfokukan pada studi
tentang motivasi dengan mencatat khayalan orang melalui
pengumpulan bentuk cerita dari sebuah gambar. Kesimpulannya
bahwa khayalan ada kaitannya dengan dorongan dan perilaku
dalam kehidupan mereka, yang dinamakan the need for
achievement (Nach) yakni nafsu untuk bekerja secara baik,
bekerja tidak demi pengakuan sosial ata gengsi, tetapi dorongan
kerja demi memuaskan batin dari dalam.
3. Teori Penciptaan Tenaga Kerja
Teori penyerapan tenaga kerja lahir sebagai refleksi atas kritik
terhadap teori pertumbuhan. Menurut teori ini, dalam
kenyataannya penerapan di negara-negara Dunia Ketiga telah

melahirkan pengangguran. Latar belakang lahirnya pendekatan


penciptaan tenaga kerja sebagai revisi atas teori pembangunan
pertumbuhan ini adalah hasil dari misi kunjungan dan studi
badan PBB Internasional Labour Organization (ILO) ke
beberapa negara seperti Kolombia, Kenya, dan Sri Lanka, yang
ternyata penerapan teori pembangunan pertumbuhan di negaranegara tersebut selain mencapai pertumbuhan, juga pada saat
yang sama naiknya angka pengangguran. Studi ini membuktikan
bahwa pertumbuhan tidak serta-merta menyelesaikan masalah
pengangguran. Oleh karena itu disarankan agar kebijakan
pertumbuhan haruslah diorientasikan pada penyerapan tenaga
kerja.
4. Chenery : Redireksi Investasi
Chenery adalah penganut teori modernisasi dan pembangunan
pada Bank Dunia. Pedekatan mereka yang dikenal dengan
redirecting Investment yang dimunculkan oleh Chenery dan
teman-temannya di Bank Dunia. Gagasan mereka muncul
sebagai respon atas kritik semakin luasnya jurang antara orang
miskin dan kaya pada proses pembangunan pertumbuhan
sebagai akibat langsung yang ditimbulkan oleh teori modernisasi
dan pembangunan. Sebagai jawaban, mereka melakukan revisi
yang tidak mendasar yakni dengan memberikan tekanan pada
peranan penting dari pembentukan modal. Mereka berpendapat
bahwa orang miskin harus memiliki modal yang besar untuk
menaikkan penghasilan sehingga mencukupi kebutuhan dasar
mereka. Mereka menyarankan perlunya dilakukan reorientasi
terhadap formasi dan arus modal dari usaha yan ditujukan pada
skala besar, proyek terpusat, menjadi investasi yang

berhubungan langsung dengan orang miskin: pendidikan,


kesehatan, kredit dan seterusnya.
5. Teori Pemenuhan Kebutuhan Dasar (Basic Needs)
Mungkin orang pertama mengemukakan basic needs adalah
Mahbub ul Haq dari Bank Dunia. Ul Haq menamakan strategi
ini sebagai serangan langsung terhadap kemiskinan. Orang
kedua adalah James Grant, presiden The Overseas Development
Counsil.
Paul Streeten dari Bank Dunia juga mendukung strategi basic
needs. Dia mendukung bahwa pemenuhan basic needs dilihat
sebagai prinsip untuk mengorganisasi pemikiran dan usaha
pembangunan. Tujuan atau target harus mencapai kebutuhan
dasar bagi semua rakyat di mana pun. Kebutuhan ini termasuk
makanan, air, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan
dan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Namun,
kebutuhan ini harus dilihat dalam kaitannya dengan keseluruhan
sistm ekonomi dan sosial dari makanan dan barang-barang
produksi, penyerapan tenaga kerja, pendidikan, kesehatan, dan
perbaikan gizi. Elemen utama dari system yang terlibat untuk
pemenuhan basic needs diidentifikasi, selanutnya masingmasing elemen harus dianalisis sebagai system yang harus
dipahami. Kemudian strategi alternatf untuk mengefektifkan
elemen ini dapat dipilih.
6. Pengembangan SDM (Human Resource Development)
Tiga pendekatan selanjutnya berdasar asumsi redistribusi aset
sebagai suatu prakondisi. Irma Adelman berpendapat bahwa

revolusi bukanlah pilihan negara-negara miskin, dan studinya


menunjukkan bahwa dalam arti absolute, lapisan bawah 40-60
% penduduk di negara ini menjadi semakin buruk. Dia
mengajukan jalan human resource development untuk mencapai
pertumbuhan dengan pemerataan.
Bersamaan dengan penciptaan sumber daya manusia itu,
langkah selanjutnya adalah industrialisasi sumber daya secara
intensif dan strategi pertumbuhan. Negara kecil akan
memproduksi barang untuk pasar internasioanal, sementara itu,
Negara yang lebih besar akan menghasilkan tenaga kerja dan
barang-barang skill-intensive untuk keperluan pasar domestic.
Tenaga kerja akan diserap oleh industrialisasi yang akan
memberikan penghasilan yang akan membawa pada demand
untuk barang-barang yang diproduksi serta akan menjamin
distribusi hasil secara luas.
7. Pembangunan Pengutamaan Pertanian (Agricultural First
Development)
Agricultural First Development adalah salah satu model
pembangunan kapitalisme yang lebih dikenal sebagai model
pendekatan yang dikembangkan oleh John Mellor tentang
pertmbuhan dan pemerataan, yang sesungguhnya mendukung
gagasan Adelman tentang perlunya land-reform sebelum
pertumbuhan yang adil dapat dicapai. Pertanian memainkan dua
peran: pertama, dia harus mensuplai, dengan harga stabil.
Masyarakat berpenghasilan rendah di Negara berkembang
menghabiskan penghasilan mereka untuk barang pertanian. Jika
penghasilannya naik, mereka akan membeli lebih banyak
makanan, dan jika hasil pertanian tidak naik, mereka akan

menaikkan harga produk pertanian. Upah harus naik dan


naikknya upah akan menghambat orang lain untuk mendapat
pekerjaan atau terbukanya lowongan kerja. Dengan demikian,
meningkatkan hasil pertanian adalah pilihan esensial dalam
pendekatan ini.
Peran kedua pertanian adalah untuk mensupali tenaga kerja,
agaknya sulit jika harga pertanian stabil dan rendah. Mellor
menyarankan dalam rangka mencapai keadaan ini harus
dilakukan perubahan teknologi dalam pertanian, melalui riset
biologi: bibit baru, pestisida, pupuk baru, irigasi dan lain
sebagainya. Naiknya input pertanian tidak akan menaikkan
penyerapan tenaga kerja, melainkan menaikkan pembelajaan
petani. Namun, diperlukan persyaratan penting untuk
infrastruktur padat modal yang harus disediakan dari tiga
sumber: tingkat tabungan domestik dan hasil produk domestik;
menaikkan hutang luar negeri; dan menaikkan perdagangan
internasional.
8. Tata Ekonomi Dunia Baru (The New International
Economic Order)
Segenap strategi teori pembangunan di atas memusatkan
perhatian pada usaha di dalam negeri Dunia Ketiga sendiri.
Melibatkan tingkat keterbukaan masing-masing Negara, usaha
itu tidak bisa dikonsepkan dari situasi internasional. Sejumlah
analisis, seperti Mahbub ul Haq, menyarankan arena
internasional harus menjadi pilihan sebelum semua startegi di
atas akan berhasil, karena sumber-sumber yang dibutuhkannya
bergantung pada arena internasional. Beberapa elemen saran
Mahbub ul Haq adalah redistribusi kredit internasional sehingga

negara berkembang mendapatka sumber modal; berikan fasilitas


bagi Negara berkembang dalam hal prosesing, transportasi dan
kemudian ekspor, sehingga mereka akan mendapat nilai tambah
lebih besar; perbesar jumlah bantuan luar negeri, tetapi buatlah
cara otomatis melalui pajak internasional sehingga secara mudah
kredit didapatkan; dan akhirnya dilakukan restrukturisasi
lembaga internasional yang memberikan kesempatan berbicara
kepada negara berkembang. Dengan perubahan ini, ul Haq
melihat arena internasional menjadi lebih positif dalam
pembangunan-suatu peran yang mungkin akan menyebabkan
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai