Anda di halaman 1dari 5

Nama: Almasiva Tirta Maedy

NIM:225120400111004

Kelas: A-1

Perbandingan serta Kontroversi Tiga Ideologi Awal

Antara Liberalisme, Konstruktivisme dan Sosialisme

Ideologi dapat dipahami sebagai dasar dalam berpikir atau dasar dalam menentukan
pandangan. Untuk itu, istilah ini memiliki cakupan yang sangat luas. Karena istilah ini dapat
menjadi suatu objek bahasan dalam banyak aspek. Ideologi dapat menjadi objek bahasan
dalam pendidikan, ilmu dan pastinya politik terutama politik dalam negara 1. Dalam sebuah
negara, ideologi memiliki peran yang sangat sentral, karena ideologi memberikan suatu ciri
khas bagi suatu kelompok atau suatu negara, hal ini juga mempengaruhi seluruh pranata
sosial dan kebijakan politik yang digunakan dalam suatu negara. Untuk itu, setiap ideologi
yang dipilih akan sangat berpengaruh terhadap segala keputusan, kebijakan serta langkah-
langkah politik yang diambil. Di seluruh dunia muncul berbagai macam ideologi yang
berkembang, begitu juga dengan transformasinya. Sejak tahun 1960-an banyak ideologi baru
yang muncul. Beberapa ideologi yang dulu menjadi “aktor” dalam dunia dengan pengaruhnya
yang kuat akhirnya memudar, adapun ideologi yang mengalami proses redefinisi, bahkan
secara radikal. Namun dibalik itu semua, ada beberapa ideologi yang menjadi tonggak awal
dari berdirinya ideologi-ideologi modern, yaitu liberalisme, konservatif, dan sosialisme. Dan
kali ini saya akan memcoba membahas perbandingan mengenai ketiga ideologi awal ini.

Liberalisme. Istilah ini telah dipakai sejak abad ke-14. Liberalisme merupakan produk
dari runtuhnya feodalisme di Eropa dan tumbuhnya masyarakat yang kapitalis. 2Liberalisme
juga berarti keterbukaann pemikiran dan sering dikaitkan dengan gagasan kebebasan. Artinya
individu harus menikmati kebebasan dan menjadi suatu hal yang absolut. Entah itu kebebasan
dalam berpikir, kebebasan dalam berpendapat, kebebasan pers bahkan kebebasan dalam
mengusahakan kehidupan ekonominya masing-masing. Seorang ahli ekonom dari Skotlandia

1
Wikandaru, R., & Cahyo, B. (2016). Landasan Ontologis Sosialisme. Jurnal Filsafat, 26(1), 112-135.
2
Terjemahan dari ”The central theme of liberal ideology is a commitment to the individual and the desire to construct a
society in which people can satisfy their interests and achieve fulfilment.”Heywood, A. (2021). Political ideologies: An
introduction. Bloomsbury Publishing. Page 54
yakni Adam Smith3 berpendapat bahwa suatu kebijakan atau gagasan harus dapat berlaku
untuk seluruh tatanan sosial. Baik itu pekerja individu, pemilik modanl dan saham, maupun
buruh. Mereka harus berpikir secara rasional dan memaksimalkan kepentingannya sendiri.
Menurutnya pemikiran ini akan memberikan dampak yang mendalam bagi suatu tatanan
ekonomi jika setiap individu mengusahakan kebebasan dan kepentingannya secara maksimal.
Dalam segi pengetahuan, ideologi liberal juga memiliki pandangannya mengenai hal ini.
Menurut kaum liberalis, setiap individu memiliki kebebasan dalam berpikir. Hal ini
membawa sebuah dampak yang positif bagi peradaban dunia, yakni munculnya dorongan
untuk bertindak dan berpikir kreatif serta penemuan-penemuan baru yang semakin masif.

Ideologi konservatif. Ideologi ini lahir dari sebuah penolakan terhadap revolusi
Perancis. Ideologi ini mulai terbentuk ketika, Revolusi Perancis membenarkan adanya
semangat Pencerahan, dan penolakan terhadap sistem pasar bebas. Gagasan ini tentunya
didukung penuh oleh para pemikir Eropa pada zaman itu. Namun pada tahun 1972 gagasan
tersebut lebih terkesan sebagai pemaksaan ide secara ekstrim. Kebiadaban Perancis ini
membuka pintu bagi munculnya ide politik baru pada saat itu. 4 Pemikir yang mencetuskan
ideologi baru ini adalah Edmund Burke yang akhirnya disebut sebagai bapak
konservativisme. Burke berpandangan bahwa manusia merupakan sumber atau representasi
dari sebuah “ketidaksempurnaan”. Ia menertawakan gagasan bahwa manusia adalah makhluk
hidup yang “suci” dan tidak berdosa. Artinya manusia memiliki sifat dasar egois yang hanya
mementingkan kepentingannya sendiri. Bahkan Nozick pernah mengatakan bahwa manusia
adalah “hewan bungkusan yang mencintai kebebasan”.5 Melihat hal ini tentunya kita bisa
memahami bahwa kaum konservatif memiliki pandangan yang sangat skeptif terhadap
manusia. Namun di sisi lain burke juga berpendapat bahwa manusia dapat melakukan suatu
kebaikan bahkan suatu hal yang bijaksana, selama segala tindakan manusia tersebut sejalan
dengan ajaran gereja atau institusi agama, dan tradisi yang baik. Dalam sisi ekonomi, kaum
konservatif juga memberikan opsi dimana pasar bebas yang sebelumnya telah dikemukakan
oleh Adam Smith namun denga tetap dapat dikendalikan oleh intervensi dari negara. Di

3
Terjemahan dari “The central theme of liberal ideology is a commitment to the individual and the desire to
construct a society in which people can satisfy their interests and achieve fulfilment.” Bloomsbury
Publishing.Mingst, K., McKibben, H., & Arreguin-Toft, I. (2018). Essentials of international relations (8th ed.).
W.W. Norton & Company.

4
Andreski, Stanislav. "Social sciences as sorcery." (1972): 627-628.
5
Terjemahan dari “Fredom loving pack animal McNaughton, N., & Kelly, R. (2017). Political ideas for a level:
Liberalism, conservatism, socialism, feminism, anarchism. Hachette UK. Mingst, K., McKibben, H., & Arreguin-
Toft, I. (2018). Essentials of international relations (8th ed.). W.W. Norton & Company.
zaman modern ini, kaum Konservatif lebih berpandangan bahwa nilai moral merupakan suatu
hal yang terpenting dalam diri manusia.

Ideologi sosialisme muncul karena adanya ketidakpuasan atau kritikan terhadap


paham liberal kapitalisme. Karena, paham liberal kapitalisme pada awal masa revolusi
industri banyak menimbulkan kontroversi yang menyebabkan semakin melebarnya
kesenjangan sosial. 6Perbedaan tersebut akan semakin tampak pada orang “miskin” dan orang
“kaya”. Kaum sosialis memiliki pandangan bahwa kepemilikan bersama adalah sebuah cara
hidup yang paling baik untuk diterapkan.7 Dalam implementasinya, negara memiliki peran
yang sangat penting dan sentral dalam pembagian ekonomi. Negara yang menganut ideologi
sosialis berarti akan mengamankan seluruh faktor produksi yang berguna untuk kesejahteraan
masyarakat banyak8, tidak hanya berpusat pada satu organisasi atau individu saja.
Sederhananya, ideologi ini tidak megenal kata “superior” atau subjek yang memiliki power
lebih besar antara satu dengan lainnya. Antara satu individu dengan individu lain, atau antar
kelompok satu dengan kelompok yang lain. Karena dalam ideologi sosialisme, negaralah
yang bertugas untuk membagi faktor produksi secara adil, khususnya dalam hal ekonomi.
Jadi tidak ada faktor produksi yang hanya dikuasai satu individu atau bahkan satu kelompok.
Dengan demikian kaum sosialis berharap dapat memperkecil atau menghapus prosentase
kesenjangan di antara masyarakat sosial, terutama setelah muncul paham liberal kapitalisme.

Pada dasarnya, ketiga ideologi ini memiliki perbedaan konsepsi yang sangat
mendasar. Ideologi baru muncul karena ideologi yang ada sebelumnya, belum dapat
menjawab tantangan dan masalah yang ada di zaman tersebut. Oleh karena itu, perbedaan di
setiap ideologi bahkan pertentangan yang terjadi antar ideologi merupakan hal yang lumrah
terjadi. Gagasan ideologi liberalisme lebih memfokuskan pada kebebasan setiap individu.
Dimana setiap individu harus dapat memperjuangkan kebebasan serta kesejahteraannya
masing-masing, persis seperti apa yang diungkap oleh Adam Smith, yakni pasar bebas.
Namun sayangnya, sistem ekonomi pasar bebas juga terbentur dengan masalah kesenjangan
sosial, karena sistem ini memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk
memperjuangkan dirinya masing-masing guna mendapat kehidupan yang lebih baik dan lebih
layak. Tapi pada realitanya, banyak individu yang tidak memperoleh ruang atau kesempatan

6
Heywood, A. (2021). Political ideologies: An introduction. Bloomsbury Publishing.

7
Wikandaru, R., & Cahyo, B. (2016). Landasan Ontologis Sosialisme. Jurnal Filsafat, 26(1), 112-135.
8
Wikandaru, R., & Cahyo, B. (2016). Landasan Ontologis Sosialisme. Jurnal Filsafat, 26(1), 112-135.
untuk mengembangkan potensi mereka sendiri karena terhalang oleh kepentingan dari
individu lain yang telah berhasil memaksimalkan diri. 9

Di sisi lain kaum sosialis mencoba untuk menjawab tantangan zaman ini dengan
menawarkan opsi bahwa seluruh faktor produksi yang berfungsi sebagai kesejahteraan rakyat
harus diolah oleh pemerintah, sehingga timbul suatu keadilan serta keharmonisan dalam
masyarakat. 10Ideologi ini membuat masyarakat tidak mengenal adanya kesenjangan sosial
yang terlihat dengan sangat jelas, seperti yang diterapkan oleh kaum liberal kapitalis.
Sayangnya gagasan ini akan terbentur dengan masalah lain. Karena negara berperan sebagai
instansi yang membagi faktor produksi secara adil. Hal ini akan menimbulkan suatu konflik
ketika negara yang memimpin merupakan negara korup dengan konstitusi yang amburadul.
Jika sudah demikian, bukannya keadilan yang tercipta, melainkan “eksploitasi” terhadap
faktor produksi dan masyarakat yang akan timbul. Tak hanya itu, gagasan sosialisme
cenderung membatasi setiap individu untuk berkembang, akibatnya kreativitas serta
penemuan baru sangat terbatas di kalangan masyarakat yang hidup di negara yang menganut
ideologi ini, karena semua terpusat hanya pada negara. Kebanyakan kaum sosialis
berpandangan bahwa peraturan serta kebijakan setiap masyarakat diatur oleh negara.

Kaum konservatif lebih menginginkan agar manusia kembali ke ajaran semula


atau tradisional yang dipandang baik secara moral maupun dalam tatanan sosial. Ideologi ini
memandang agama sebagai pengatur atau pembatas manusia dalam hal moral, disamping
tradisi serta adat istiadat yang dianggap baik. Mereka berpandangan bahwa manusia memiliki
sifat dasar “egois” sehingga jika diterapkan sistem pasar bebas seperti yang dicetuskan oleh
kaum liberalis, dimana setiap manusia dibebaskan untuk memperjuangkan kehidupan
ekonominya, jabatannya, kekuasaannya, maupun kepemilikannya terhadap faktor produksi,
maka akan terjadi suatu kekacauan dalam tatanan sosial. Kembali lagi hal ini disebabkan oleh
sifat dasar manusia yang egois, yang hanya meletakkan kepentingan pribadi di atas
segalanya.

Namun bagaimanapun juga, ketiga ideologi ini merupakan hasil dari pemikiran
manusia, yang pasti akan memiliki titik kelemahannya masing-masing dan juga tidak

9
Terjemahan dari .”Heywood, A. (2021). Political ideologies: An introduction. Bloomsbury Publishing.

10
Terjemahan dari .”Heywood, A. (2021). Political ideologies: An introduction. Bloomsbury Publishing.
sepenuhnya benar. Tergantung dari dimana, kapan, siapa, dan bagaimana cara penerapan
ketiga ideologi ini. Manusia, sebagai objek utama dalam terciptanya ideologi ini memiliki
sifat yang dinamis. Hal ini tentunya memaksa ideologi juga untuk selalu bertransformasi
bahkan melahirkan gagasan-gagasan serta teori-teori yang melahirkan sebuah ideologi guna
menjawab tantangan dan masalah yang terjadi dalam suatu zaman, yakni keinginan manusia
untuk mendapatkan kebahagiaan, kebebasan serta kesejahteraan. Sehingga dapat kita ambil
satu kesimpulan, yakni ideologi lahir guna menjawab kebutuhan dan tantangan masyarakat di
zaman tertentu, yang belum berhasil dijawab oleh ideologi sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai