Anda di halaman 1dari 6

TEORI PEMBANGUNAN

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEORI KETERGANTUNGAN (Dependency)


Oleh
Tio Pradena Putra 2220842002

1. Sejarah Teori Ketergantungan (Dependency)

Pada pembahasan sebelumnya teori modernisasi melihat pembangunan lebih dari sudut
kepentingan Amerika Serikat dan Negara Maju. Sedangkan teori Ketergantungan atau Dependensi
memiliki posisi yang sebaliknya, teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan
dan pembangunan negara dunia ketiga. Teori dependensi mewakili suara Negara Pinggiran untuk
menentang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelekrual dari Negara Maju. Bagi mereka teori
modernisasi telah membuktikan ketidakmampuan untuk memenuhi janji keberhasilan
pembangunan ekonomi dan politik.

Mulanya teori ini dikembangkan oleh Raul Presibich yang pada tahun 1950-an menjabat
sebagai direktur komisi ekonomi Amerika Latin (ECLA). Pemikiran ini lahir dari kebimpangan raul
dan rekannya terhadap pertumbuhan ekonomi dinegara maju yang tumbuh pesat, namun tidak
memberikan perkembangan yang sama kepada pertumbuhan ekonomi negara-negara miskin.
Bahkan mereka melihat bahwa kegiatan ekonomi di negara kaya sering kali memberikan dampak
masalah ekonomi bagi negara miskin. Teori dependensi ini segera menyebar dengan cepat
kebelahan Amerika Utara. Andre Gunder Frank yang berada di Amerika Latin adalah orang yang
paling bertanggung jawab terhadap penyebaran teori ini pada masyarakat intelektual internasional.

Kajian Raul Prebisch ialah fenomena negara miskin mengekspor komoditi bahan mentah ke
negara kaya kemudian menjadikan komoditi tersebut menjadi barang siap dan kemudian menjual
kembali barang tersebut kepada negara miskin. Nilai tambah yang ada karena barang tersebut
menjadi barang jadi tentunya menimbulkan biaya yang lebih tinggi dibanding barang yang mentah.
Oleh karena itulah mengapa negara miskin senantiasa tidak memperoleh pendapatan yang cukup
dengan ekspor mereka karena terpaksa membayar lebih besar untuk mengimpor barang yang lebih
siap dari negara maju.

Secara keilmuan tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan teori ketergantungan, namun
terdapat tiga ciri persamaan atas definisi yang disepakati oleh para ahli teori ketergantungan:1

 Pertama, ketergantungan membentuk sistem internasional yang terdiri dari dua negara yang
digambarkan sebagai dominan atau tergantung, negara dominan adalah negara maju yang

1
Kumba Digdowiseiso, Teori Pembangunan, (LPU-UNAS:2019), hal.84.
mempunyai kemajuan industri dan tergabung dalam organisasi kerjasama ekonomi dan
pembangunan. Sedangkan negara tergantung adalah Amerika Latin, Asia dan Afrika yang
memiliki pendapatan per kapita yang rendah serba bergantung sepenuhnya kepada ekspor satu
jenis komodiri untuk memperoleh devisa.
 Kedua, memiliki asumsi yang sama bahwa adanya kekuatan (dorongan) dari luar merupakan
satu-satunya aktivtas ekonomi yang penting di dalam negara-negara yang bergantung.
Kekuatan luar ini termasuklah Perusahaan Multi Nationa (MNC’s) MNC, pasar komoditi
internasional, bantuan luar negeri, komunikasi dan berbagai bentuk lainnya yang oleh negara-
negara maju digunakan untuk kepentingan ekonomi mereka di luar negeri.
 Ketiga, pengertian ketergantungan menunjukkan bahwa hubungan antara negara yang
mendominan dan yang bergantung adalah dinamis, karena interaksi antara dua negara bukan
hanya untuk saling menguatkan, tetapi juga untuk meningkatkan pola/corak yang tidak merata
dalam pembagian ekonomi.

Teori dependensi juga memiliki warisan pemikiran dari neo-marxisme, keberhasilan revolusi
dinegara Cina dan Kuba telah membantu tersebarnya perpaduan baru pemikiran Marxisme di
Negara Amerika Latin. Menurut Foster-Carter neo-Marxisme berbeda dengan Marxisme ortodoks
dalam beberapa hal sebagai berikut:2

 Pertama, jika Marxisme ortodoks melihat imprealisme dari sudut pandang negara utama
sebagai tahapan lebih lanjut dari perkembangan kapitalisme di Eropa Barat, yakni kapitalisme
monopolistik. Neo-Marxisme melihat imperialisme dari sudut pandang negara pinggiran
dengan lebih memberikan perhatian pada akibat imperialisme pada negara dunia ketiga.
 Kedua, Marxisme ortodoks cenderung berpendapat tentang tetap dan perlu berlakunya
pelaksanaan dua tahapan revolusi. Revolusi borjuis harus terjadi lebih dahulu sebelum revolusi
sosialis. Marxisme ortodoks percaya bahwa borjuis progresif akan terus melaksanakan revolusi
borjuis yang sedang berlangsung dinegara dunia ketiga. Dalam hal ini, neo-Marxisme percaya
bahwa negara dunia ketiga telah matang untuk melakukan revolusi sosialis. Neo-Marxisme
berharap revolusi sosialis itu disini dan sekarang. Neo-Marxisme melihat kaum borjuis yang
merupakan ciptaan dan sekaligus alat imperialisme tidak akan mampu melaksanakan tugasnya
untuk menjadi pembebas kaum proletar dari ikatan dan eksploitasi kekuatan alat produksi.
 Ketiga, jika revolusi sosialis terjadi Marxisme ortodoks lebih suka pada pilihan dan percaya
bahwa revolusi itu dilakukan oleh kaum proletar industi di perkotaan. Neo-Marxisme lebih
tertarik pada arah revolusi Cina dan Kuba, kekuatan revolusi potensial dari para petani
dipedesaan dan perang gerilya tentara rakyat.

2
Suwarsono dan Alvin, Perubahan Sosial dan Pembangunan, (LP3ES:2006) hal.93.
2. Teori Ketergantungan Klasik

Tradisi Neo-Marxisme akan banyak memberikan sumbangan pada pembentukan konsep-


konsep utama teori dependensi klasik dalam memberikan kritik terhadap teori modernisasi.

a. Andre Gunder Frank

Frank memberikan kritik terhadap teori modernisasi, menurutnya teori tersebut hasil sulingan
dan saringan pengalaman kesejahteraan negara kapitalis maju. Sehingga tidak mampu menjadi
petunjuk untuk memahami masalah yang sedang dihadapi negara dunia ketiga. Bagi frank bukan
feodalisme atau tradisionalisme yang menjadikan negara dunia ketiga terbelakang. Dalam
kenyataannya malahan merupakan suatu kesalahan yang mendasar untuk mengatakan bahwa
negara dunia ketiga merupakan negara tradisional karena tidak sedikit negara dunia ketiga misalnya
cina dan india yang maju sebelum mereka dijajah. Frank merumuskan konsep mewujudkan
keterbelakangan, bahwa keterbelakangan bukan sesuatu yang alami melainkan sesuatu yang
diciptakan dari sejarah dominasi kolonialisme yang panjang dialami negara dunia ketiga.

b. Dos Santos

Teori imperialisme memberikan perhatian utama pada ekspansi dan dominasi kekuatan
imperialis. Teori dependensi lebih memfokuskan diri pada persoalan pembangunan di dunia ketiga.
Dalam usaha memberikan batasan pengertian klasik tentang ketergantungan. Dos santos
merumuskan bahwa hubungan dua negara atau lebih mengandung bentuk ketergantungan jika
beberapa negara yang dominan dapat berkembang dan memiliki otonomi dalam pembangunannya,
sementara negara lainnya yang tergantung dapat melakukan hal serupa hanya sekedar merupakan
refleksi perkembangan negara dominan. Dos santos menyatakan bahwa hubungan antara negara
dominan dengan negara tergantung merupakan hubungan yang tidak sederajat karena pembangunan
dinegara dominan terjadi atas biaya yang dibebankan pada negara tergantung.

Disamping sumbangannya dalam memberikan batasan pengertian situasi ketergantungan, Dos


Santos juga telah membantu merumuskan kemungkinan kesejahteraan tiga bentuk utama situasi
ketergantungan. 3

 Ketergantungan Kolonial, kemampuan modal negara dominan yang bekerja sama dengan
negara penjajah melakukan tindakan monopoli pemilikan tanah, pertambangan dan hasil bumi
negara yang dijajah.
 Ketergantungan Ekonomi, Ekonomi negara tergantung lebih terpusat pada ekspor bahan
mentah dan produk pertanian untuk keperluan konsumsi dan pasar negara eropa. Tidak seperti

3
Ibid., hal.101.
pada masa sebelumnya, struktur produksi dimasa ketergantungan industri keuangan ini ditandai
secara jelas oleh perkembangan cepat sektor ekspor.
 Ketergantungan teknologi industri, pembangunan industri sangat kuat dipengaruhi oleh
monopoli teknologi negara maju. Perusahaan tradisional tidak sebegitu mudah untuk menjual
mesin proses pembuatan barang mentah menjadi produk jadi.

Dos santos menyimpulkan bahwa keterbelakangan ekonomi negara dunia ketiga bukan
disebabkan oleh tidak terintegrasinya kedalam tata ekonomi kapitalisme. Keterbelakangan dunia
ketiga karena tindakan pengawasan ketat dan monopoli modal asing dan pembiayaan pembangunan
dengan modal asing, serta penggunaan teknologi maju pada tingkat internasional.

c. Samir Amin

Teori peralihan kapitalisme pinggiran mengandung berbagai pernyataan pokok sebagai


berikut:4

 Pertama, peralihan kapitalisme pinggiran berbeda secara mendasar dengan peralihan


kapitalisme pusat. Perubahan gencar dan radikal dari luar yang dibawa oleh kapitalisme pusat
terhadap formasi prakapitalis telah mengakibatkan berbagai dampak kemunduran.
 Kedua, kapitalisme pinggiran dicirikan oleh tanda-tanda ekstraversi yakni distorsi atas kegiatan
usaha yang mengarah pada upaya ekspor. Disebabkan oleh superioritas produksi dari negara
sentral dalam hampir segala bidang yang memaksa pinggiran untuk mengurung dirinya sendiri
untuk sekedar berperan sebagai pelengkap dalam penyediaan bahan mentah bagi keperluan
proses produksi.
 Bentuk khusus keadaan keterbelakangan negara kapitalis pinggiran dipengaruhi oleh
karakteristik formasi sosial pada masa prakapitalis dan proses serta periode kapan negara
pinggiran terintegrasi dalam sistem ekonomi kepitalis dunia.

Model pembangunan negara pinggiran ini lebih ditandai oleh peran dominan petani pemilik
modal, kelas pedagang dan pemilik modal kecil yang biasanya berperan sebagai kelas komprador,
dan pemilik modal besar yang biasanya adalah modal asing. Kritik terhadap teori ketergantungan,
Sejak tahun 1970-an, teori dependensi klasik telah demikian banyak menerima kritik. Pada
dasarnya kritik yang mereka ajukan mendasarkan diri pada ketidakpuasan mereka terhadap metode
kajian, konsep, dan sekaligus implikasi kebijaksanaan yang selama ini dimiliki oleh teori
dependensi klasik:5

 Metode pengkajian, Teori dependensi menuduh ajaran teori modernisasi tidak hanya sekedar
pola pikir yang memberikan pembenaran ilmiah dari ideologi negara-negara barat untuk

4
Ibid., hal.101
5
Kumba Digdowiseiso, Teori Pembangunan, (LPU-UNAS:2019), hal.89.
mengeksploitasi negara dunia ketiga. Dalam menanggapai kritik ini, teori modernisasi
membalas dengan tidak kalah garangnya, dengan menunjuk bahwa teori dependensi hanya
merupakan alat propaganda politik dari ideologi revolusioner Marxisme. Baginya, teori
dependensi bukan merupakan karya ilmiah, melainkan lebih merupakan pamflet politik.
 Kategori teoritis, Teori dependensi menyatakan, bahwa situasi ketergantungan yang terjadi di
Dunia Ketiga lahir sebagai akibat desakan faktor eksternal. Disinilah para penganut pola pikir
neo-Marxisme mengarahkan kritiknya. Mereka menuduh, bahwa teori dependensi secara
berlebihan menekankan pentingnya pengaruh faktor eksternal, dengan hampir melupakan sama
sekali dinamika internal, seperti misalnya peranan kelas sosial dan negara.
 Implikasi kebijaksanaan, Sejak dari awal penjelasannya, teori dependensi telah secara tegas dan
detail menguraikan akibat buruk dari kolonialisme dan pembagian kerja internasional. Teori ini
berpendapat, selama hubungan pertukaran yang tidak berimbang ini tetap bertahan sebagai
landasan hubungan internasional, maka ketergantungan negara dunia ketiga tetap tak
terselesaikan. Oleh karena itu, teori dependensi mengajukan usulan yang radikal untuk
mengubah situasi ketimpangan ini, yakni dengan revolusi sosialis.

3. Teori Ketergantungan Modern

Tanggapan atas kritik disebut sebagai teori dependensi baru atau teori ketergantungan modern.
Teori ini telah melakukan transformasi internal atas penjelasan yang diberikan untuk memahami
dan menguji pembangunan negara dunia ketiga. Cordoso dikenal sebagai tokoh pencetus gagasan
ini, tidak seperti teori dependensi klasik cordoso menyebut metode kajian yang digunakan sebagai
metode historis struktural. Cardoso berharapmetode kajiannya mampu menjelaskan satu situasi
historis yang khas dalam rangka melihat perbedaan dan variasi yang muncul di masing-masing
negara dunia ketiga.

Selanjutnya, cardoso juga memberikan perhatian pada faktor internal berbeda dengan
dependensi klasik yang hanya fokus pada faktor eksternal dan juga memfokuskan pada dimensi
ekonomis persoalan ketergantungan. Cardoso lebih tertarik untuk melihat aspek sosial politik dari
ketergantungan khususnya analisa perjuangan kelas dan konflik kelompok dan pergerakan politik.
Bagi cordoso kedua faktor tersebut saling berkait dan berkeadilan. Dominasi eksternal akan
mewujud sebagai kekuatan intern melalui berbagai perilaku sosial dan kelas sosial dominan yang
hendak mencoba untuk memaksakan tercapainya tujuan dan kepentingan asing, karena sangat
mungkin memiliki kepentingan yang tidak berbeda.

Cardoso memilih istilah pembangunan yang bergantung maknanya berdiri secara terpisah dan
bahkan bertolak belakang. Dinamika politik menurut cardoso ada tiga macam kekuatan politik
yakni negara birokrasi-teknokratis militer, perubahan multinasional, dan borjuis lokal. Cardaso
menyebutkan bahwa tiga kekuatan politik ini secara sungguh berusaha membangun aliansi untuk
mewujudkan model pembangunan yang bergantung. 6

Dengan perubahan pendekatan tidak heran teori dependensi baru telah melahirkan berbagai
kategori ilmiah baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh teori dependensi klasik seperti misalnya: 7

 Membawa kembali sejarah


Teori ini dengan sadar memberikan perhatian pada kemungkinan untuk munculnya ciri
ketergantungan yang unik dan khas secara historis.
 Faktor Internal dan Sosial Politik
Menurut perspektif ini negara dunia ketiga tidak dipandang hanya semata-mata sebagai negara
yang bergantung pada asing, tetapi sebagai aktor yang aktif secara cerdik berusaha untuk
bekerja sama dengan modal domestik dan modal internasional. Cardoso, O’Donnell dan
Mas’oed dengan tegas menyatakan bahwa keberhasilan elit militer dan birokrat negara untuk
menggalang kerja sama dengan modal domestik dan modal asing yang dengan tanpa segan-
segan mengorbankan kepentingan gerakan kerakyatan yang telah membentuk keunikan situasi
ketergantungan dan persoalan pembangunan yang dihadapi oleh masing-masing negara dunia
ketiga.
 Ketergantungan dan pembangunan
Bahwa adanya kemungkinan dan tersedianya kesempatan yang lebar untuk terjadinya
koeksistensi antara dua proses yang saling bertolak belakang, ketergantungan dan
pembangunan.

6
Suwarsono, Op.cit., hal.138.
7
Ibid., hal.161.

Anda mungkin juga menyukai