Ketergantungan atau
dikenal
teori
depedensi
(bahasa
inggris: Dependency Theory) adalah salah satu teori yang melihat permasaalahan
pembangunan dari sudut Negara Dunia Ketiga. Menurut Theotonio Dos Santos,
Dependensi (ketergantungan) adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi negara
negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan
ekonomi negaranegara lain, di mana negaranegara tertentu ini hanya berperan
sebagai penerima akibat saja. Aspek penting dalam kajian sosiologiadalah adanya
pola ketergantungan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya
dalam kehidupan berbangsa di dunia. Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada
persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara pinggiran. Dalam hal ini, dapat
dikatakan bahwa teori dependensi mewakili "suara negara-negara pinggiran" untuk
menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual darinegara maju.
B. Sejarah
Awal mula teori ketergantungan (Dependency Theory) dikembangkan pada
akhir tahun 1950-an oleh Raul Presibich (Direktur Economic Commission for Latin
America, ECLA). Dalam hal ini Raul Presbich dan rekannya bimbang terhadap
pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju yang tumbuh pesat, namun tidak serta
merta memberikan perkembangan yang sama kepada pertumbuhan ekonomi di
negara-negara miskin. Bahkan dalam kajiannya mereka mendapati aktivitas
ekonomi di negara-negara yang lebih kaya sering kali membawa kepada masalahmasalah ekonomi di negara-negara miskin.
Lahirnya teori dependensi juga merupakan merupakan jawaban atas krisis
teori Marx ortodoks di Amerika Latin. Menurut Marxsis ortodoks, Amerika Latin
harus melihat tahaprevolusi industri "boruis" sebelum melampaui revolusi
sosialisasi proletar. Namum demikian revolusi Republik Rakyat Cina (RRC)
tahun 1949 dan Revolusi Kuba pada akhir tahun 1950-an mengajak pada kaum
cedikiawan bahwa negara dunia ketiga tidak harus selalu mengikuti tahap-tahap
perkembangan tersebut. Tertarik pada model pembangunan RRC dan Kuba, banyak
intelktual radikal di Amerika latin berpendapat bahwa negara-negara di Amerika
Latin dapat saja berlangsung menuju dan berada pada tahapan revolusi sosialis.
Raul Prebisch
Prebisch
mengkritik
keusangan
konsep
pembagian
kerja
industri
sering
melakukan
proteksi
terhadap
hasil pertanian mereka sendiri, sehingga sulit bagi negara pertanian untuk
mengekspor ke sana (memperkecil jumlah ekspor negara pinggiran ke pusat).
Kebutuhan
akan
bahan
mentah
dapat
dikurangi
dengan
penemuan teknologi lama yang bisa membuat bahan mentah sintetis, akibatnya
memperkecil jumlah ekspor negara pinggiran ke negara pusat.
Kemakmuran meningkat di negara industri menyebabkan kuatnya politik
kaum buruh. Sehingga upah buruh meningkat dan akan menaikan harga jual
barang industri, sementara harga barang hasil pertanian relatif tetap.
Solusi yang ditawarkan Raul Prebisch
Presbich berpendapat negara-negara yang terbelakang harus melakukan
industrialisasi, bila mau membangun dirinya, industrialisasi ini dimulai dengan
Industri Substitusi Impor (ISI). ISI dilakukan dengan cara memproduksi sendiri
kebutuhan barang-barang industri yang tadinya di impor untuk mengurangi
bahkan menghilangkan penyedian devisa negara untuk membayar impor barang
tersebut.[5] Pemerintah berperan untuk memberikan proteksi terhadap industri
baru. Ekspor bahan mentah tetap dilakukan untuk membeli barang-barang modal
(mesin-mesin industri), yang diharapkan dapat mempercepat indrustrialisasi dan
pertumbuhan ekonomi. Bagi Presbich campur tangan pemerintah merupakan
sesuatu yang sangat penting untuk membebaskan negara-negara pinggiran dari
rantai keterbelakangannya.
Manifesto KEPBBAL adalah kerangka teori dari perspektif dependensi
yang awalnyamerupakan paradigma khas Amerika Latin. Prebisch, ketua
KEPBBAL memberikan kritiktentang keusangan konsep pembagian kerja
internasional (IDL) yang memiliki skema bahwaAmerika Latin akan lebih
banyak memperoleh keuntungan jika, di satu pihak, ia lebihmemfokuskan pada
upaya memperoduksi bahan pangan dan bahan mentah yang diperlukanoleh
Negara-negara industri. Di pihak lain Negara-negara industri menyediakan
keperluan barangbarang industri yang dibutuhkan Amerika Latin. Yang oleh Pre
bisch dianggapsebagai
skhema
yang
menyebabkan
munculnya
masalah
depedensi
juga
memiliki
warisan
pemikiran
dari Neo-
Marxisme keberhasilan dari revolusi Cina dan Kuba ketika itu telah mebantu
tersebarnya perpaduan baru pemikiran-pemikiran Marxisme di universitasuniversitas di Amerika latin yang menyebabkan generasi baru dan dengan
lantang menyebut dirinya sebagai Neo-Marxisme.
Beberapa pendapat Neo-Marxisme:
Neo-Marxisme melihat imprealisme dari sudut pandangan negara
pinggiran. Dengan lebih memberikan perhatian pada akibat imperialisme pada
negara-negara dunia ketiga.
Neo-Marxisme percaya, bahwa negara dunia ketiga telah matang untuk
melakukan revolusi sosialis.
tentang
pembangunan
dinegara-negara
dunia
2.
3.
untuk
negara
pusat.
Perusahaan
multinasional
mulai
untuk
negara
pusat.
Perusahaan
multinasional
mulai
misalnya peranan
Analisa
perebutan
kekuasaan politik juga tidak ditemukan dalam kategori teoritis. Hal ini terjadi
karena teori depedensi menganggap bahwa kaum industralis di negara dunia
ketiga hanya merupakan borjusi gembel (lumpen bourgeoisie) yang tergantung
pada modal asing. Disisi lain teori dependensi menganggappemerintah sebagai
komite administrasi dari modal asing dan negara-negara imperialis.
Implikasi kebijakan, teori depedensi berpendapat bahwa selama
hubungan pertukaran yang tidak seimbang ini tetap bertahan sebagai
landasan hubungan internasional, maka ketergantungan dan keterbelakangan
negara dunia ketiga tetap tidak terselesaikan. Dalam hal ini para berada pada
posisi sebaliknya. Mereka berpendapat bahwa ketergantungan dan pembangunan
dapat saja terwujud secara bersama, dan bahkan lebih dari itu, mereka
mengatakan
bahwa
keterbelekangan.
Para
situasi
ketergantungan
pengekritik
juga
tidak
menganggap
harus
bahwa
membawa
rumusan