Anda di halaman 1dari 3

TEORI ADMINISTRASI PUBLIK

Oleh
Tio Pradena Putra 2220842002

Teori Kontrol Birokrasi

Dikotomi Politik Administrasi lahir di amerika untuk memisahkan kekuatan legislatif dan
eksekutif. Alexander Hamilton menyatakan perlunya presiden yang mampu mengontrol kegiatan
keseharian pemerintah. Sedangkan Thomas Jefferson mengemukakan perlunya legislatif yang memiliki
kontrol langsung dan besar atas presiden. Menurut Wilson dan Goodnow perbedaan kebijakan dan
administrasi secara ideal seperti: Tujuan adalah Kebijakan dan Sarana adalah Administrasi. Namun
secara empiris keduanya saling bersinggungan, hal inimembuktikan bahwa birokrasi sering ikut dalam
pembuatan agenda kebijakan dan pembuatan kebijakan dan bahwa pejabat terpilih sering terlibat
dengan yang dideskripsikan sebagai manajemen atau administrasi.

Sekelompok teori tentang kontrol birokrasi bisa didekripsikan sebagai teori kaptur birokratik.
Teori kaptur ini adalah bahwa proses birokratik didominasi oleh aktor kebijakan seperti kelompok
kepentingan, komite kongres yang mengawasi agensi, dan agensi pemerintah. Teori ini awalnya bagian
dari teori pluralisme yang sering disebut segitiga besi dan disebut network isu. Versi ketiga teori kaptur
menunjukkan bahwa elit mengontrol birokrasi. Hal menarik tentang teori kaptur adalah bahwa ini
menunjukkan bahwa ada terlalu banyak kontrol politik atas birokrasi. Ini adalah argumen yang berbeda
dari teori kontemporer bahwa kontrol politik atas birokrasi cenderung agak terbatas.

Teori Respon Klien

Sebuah teori kaptur birokratik di tingkat pemerintah lokal adalah teori respon klien. Di teori ini,
diasumsikan bahwa jurisdiksi membuat institusi seperti kepolisian, agensi tunjangan, dan sekolah.
Leader politik terpilih membuat kebijakan dan menetapkan budget, dan menggunakan beberapa bentuk
sistem civil service basis-jasa yang harus dijalankan oleh sejumlah birokrat – umumnya berupa layanan
langsung ke klien seperti anak sekolah, masyarakat miskin, korban kejahatan, atau pelanggar hukum.
Birokrat melihat dirinya sebagai profesional yang memberikan layanan langsung dan tidak melihat
dirinya sebagai pejabat publik atau pelayan publik (Gruber, 1987). Birokrat ini lebih suka ke otonomi
dan diskresi terluas dalam merespon kebutuhan klien (Lipsky, 1980; Gruber, 1987). Mereka lebih
“bekerja untuk klien” dibanding “bekerja untuk walikota”, city council, dewan sekolah, atau komisi
county. Bisa dikatakan di sini bahwa mereka ini adalah birokrat yang “dikaptur”oleh klien.
Teori respon klien pada intinya adalah teori administrasi publik tradisional yang menitik
beratkan ke efektivitas agensi dan nilai instrumental dari efisiensi, ekonomi dan ekuitas. Pertama,
penelitian seminal tentang teori respon klien dilakukan oleh Michael Lipsky dalam karya klasiknya:
Street-Level Bureaucracy, Dilemmas of the Individual in Public Services (1980). Beberapa temuannya
di administrasi publik adalah :

 Sumberdaya sangat tidak mencukupi.


 Kebutuhan akan jasa cenderung naik mendekati suplai.
 Harapan tujuan di agensi cenderung ambigu, tidak jelas atau berkonflik.
 Kinerja yang diarahkan ke pencapaian tujuan cenderung sulit diukur.
 Klien cenderung non-voluntary. Sebagian akibatnya, klien tidak lagi menjadi kelompok
referensi birokratik.
 Birokrat street-level biasanya memiliki kemampuan atau diskresi dalam memberikan jasa.
 Dalam kondisi sumberdaya minim dan kebutuhan tinggi, birokrat menjatah jasanya.
 Untuk memprediksi aliran sumberdaya, birokrat street-level membutuhkan sumberdaya pekerja
seperti waktu dan tenaga.
 Mereka mengontrol klien dengan menjaga jarak, otonomi, keahlian, dan simbol, yang karena
itu mengurangi konsekuensi ketidakpastian.
 Birokrat street-level sering terkucil dari kerjanya, dan menunjukkan bentuk pengunduran fisik.
 Birokrat street-level cenderung menjadi kelas menengah, dan menjatah jasanya berdasarkan
nilai kelas-menengah seperti sikap hemat.

Temuan Lipsky menunjukkan bahwa kelangkaan sumberdaya yang diikuti dengan tujuan yang
tidak jelas dan berkonflik akan menghasilkan birokrat yang mau menggunakan beberapa bentuk kontrol
atas kerjanya.

Teori Agensi

Salah satu teori dalam kontrol politik ke birokrasi adalah teori principal agent, atau teori agensi.
Kerangka ini banyak diterapkan ke studi yang di bawah pengaruh prinsipal, khususnya Kongres dan
presiden, dan agent yaitu civil service. Alasan dasar dari teori ini adalah bahwa birokrasi berada di luar
kontrol, atau setidaknya sulit dikontrol. Alasan ini berawal dari analisa ekonomi ke birokrasi oleh
Gordon Tullock (1965), Anthony Downs (1967) dan William Niskanen (1971), yang semuanya melihat
birokrasi seperti memaksimalkan atau mencari individu atau perusahaan di pasar. Dalam hal ini,
birokrasi menimbun informasi (asimetri informasi), mencari otonomi, dan lalai. Teori agensi adalah
sebuah cara untuk memahami hubungan antara waktu, politik dan birokrasi. Legislator yang berharap
memindah birokrasi ke posisi yang menguntungkan akan dikontrol oleh koalisi sebelumnya, dan
legislasi yang dihasilkan dari koalisi tersebut.
Dalam review temuan yang berdasarkan teori agensi, Wood dan Waterman menunjukkan hal
berikut:

 Respon birokratik ke kontrol politik adalah norma, bukan perkecualian. Beragam faktor
konatingen seperti waktu, persetujuan presidentil dan kongresional, dan banyak lainnya, bisa
mempengaruhi kadar respon birokratik.
 Mekanisme kontrol politik dianggap penting, khususnya pengangkatan presidentil, power
appropriasi kongresional, hearing, dan efektivitas staff kongresional.
 Organisasi juga penting. Agensi di departement eksekutif atau kabinet cenderung lebih
responsif, sedangkan agensi independen kurang responsif.
 Laporan presidentil cenderung berpengaruh, begitu juga laporan leader kongres senior.

Wood dan Waterman menyimpulkan bahwa ada hubungan bidireksional dinamis yang mana
legislator mensinyalkan preferensinya ke birokrat, dan birokrat menunjukkan preferensinya ke
legislator. Orang berpendapat bahwa hubungan power dua arah ini adalah bukti disfungsi politis, karena
birokrat adalah institusi nonpilihan. Dalam memadukan teori birokrasi dengan teori demokratik,
birokrasi kadang melawan kontrol prinsipal. Teori kontrol politik atas birokrasi adalah kuat secara
empiris dan elegan secara teoritis dalam administrasi publik.

Anda mungkin juga menyukai