Anda di halaman 1dari 3

MODUL 3

Memahami Konsep Moral Bagi Administrator dan Etika Pembangunan

Birokrasi: Konsep, Tujuan, dan Moral

Istilah birokrasi diperkenalkan oleh filosof Perancis, Baron de Grimm dari asal kata bureau yang
berarti meja tulis di mana para pejabat bekerja di belakangnya (Setiono, 2002). Namun, dalam suratnya,
Baron de Grimm mengakui bahwa kata tersebut telah lebih dulu dilontarkan oleh Vincent de Goumay
dengan istilah bureaumania (Albrow, 2005). Goumay menggunakan kata tersebut untuk
mengungkapkan kekecewaannya pada pelayanan pemerintah.

Weber berpandangan bahwa birokrasi merupakan tahapan puncak dari perkembangan sistem
administrasi yang rasional. Birokrasi dinilai rasional karena memiliki kendali berdasarkan keahlian teknis
dan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan (Tompkins, 2005). Selanjutnya, Weber dalam
(Farazmand, 2009) memaparkan delapan ciri-ciri birokrasi, yaitu:

1) Tugas-tugas pegawai diorganisasi secara berkesinambungan dan berdasarkan pada aturan.


2) Tugas-tugas dibagi berdasarkan bidang yang berbeda sesuai dengan fungsinya, yang masing-
masing dilengkapi dengan kewenangan dan pemberlakuan sanksi.
3) Jabatan disusun secara hirarkis, dan kontrol diantara jabatan-jabatan tersebut ditetapkan
dengan jelas.
4) Aturan disesuaikan dengan pekerjaan, dapat berupa teknis atau legal. Dalam kaitannya dengan
hal tersebut maka diperlukan orang-orang yang terlatih.
5) Anggota sebagai sumber daya organisasi berbeda dengan anggota sebagai individu pribadi.
6) Pemegang jabatan tidak sama dengan jabatannya.
7) Administrasi didasarkan pada dokumen tertulis. Hal ini cenderung menjadikan kantor sebagai
pusat organisasi modern.
8) Sistem otoritas hukum memiliki banyak bentuk, tetapi jika dilihat aslinya, sistem tersebut tetap
berada dalam suatu staf administrasi birokratik.

Kewenangan yang terpusat memang menghasilkan keputusan yang superior, tapi telah
mengabaikan kemampuan para pegawai yang ada di bagian tengah untuk memiliki tanggung jawab.
Peraturan-peraturan yang dibuat juga sering berseberangan dengan upaya menciptakan efisiensi.
Birokrasi justru terpasung dengan serangkaian peraturan yang ada dan mengurangi fleksibilitas
organisasi.

Kehidupan Pribadi Pejabat Pemerintah

Para pejabat memiliki kekuasaan atas warga negara, dan bagaimanapun, para pejabat
merupakan representasi dari warga negara. Perbedaan-perbedaan signifikan antara pejabat negara dan
warga negara membuat berkurangnya wilayah kehidupan pribadi (privacy) para pejabat negara.
Karenanya, privacy pejabat negara tidak harus dijaga, bila perlu dikorbankan untuk menjaga keutuhan
demokrasi dan menjaga kepercayaan warga negara. Kebijakan-kebijakan politik yang diambil, sebesar
dan atau seluas apa pun, sedikit banyak berpengaruh bagi kehidupan warga negara. Jadi layaklah bila
masyarakat mengetahui secara detail mengenai kehidupan pejabat-pejabat negara.
Hak publik terhadap pejabat negara menurut Thompson (2002), Pertama, adakah akses
masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan dan informasi terhadap perdebatan yang terjadi.
Artinya, publik dapat saja mempertanyakan etika bagi para pembuat undang-undang. Bagaimana
menghindari kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, sehingga produk undang-undang yang
dirumuskan demi kesejahteraan rakyat banyak merupakan suatu hal yang memang penting untuk
dirumuskan secara demokratis. Kedua, dapatkah publik memiliki akses terhadap kehidupan pribadi para
pejabat negara, misalnya dengan mengetahui sumber kekayaan pribadinya. Konflik- konflik etis yang di
hadapi pejabat negara muncul dari dua ciri umum jabatan pemerintahan, yaitu sifat representasional
dan organisasionalnya. Para pejabat bertindak untuk publik, dan mereka bertindak dengan orang lain.
Ciri pertama melahirkan konflik antara prinsip-prinsip tindakan; sedang ciri kedua melakhirkan konflik
antara prinsip-prinsip tanggung jawab.

Thompson (2002) juga mengatakan bahwa privasi memiliki dua jenis nilai bagi individu, yaitu
instrumental dan intrinsik. Secara instrumental, privasi menyumbang pada kebebasan dengan
memastikan bahwa para individu dapat ikut bergabung dalam kegiatan-kegiatan tertentu yang bebas
dari pengamatan, gangguan, dan ancaman. Para pejabat publik membutuhkan perlindungan, bakan
terkadang lebih dari warga negara biasa, karena jika privasi mereka dilanggar, sorotna publik menjadi
lebih besar.

Dipandang secara intrinsik, privasi dibenarkan sekalipun tidak ada konsekuensi yang dapat merugikan
(seperti kehilangan jabatan). Karena banyak pejabat pemerintah hidup dalam sorotan publisitas, maka
saat-saat mereka sendirian dan bersama keluarga serta sahabat merupakan saat-saat yang indah, dan
memerlukan perlindungan khusus.

Cara pejabat menjalani kehidupan pribadinya dapat membawa pengaruh yang baik maupun buruk
terhadap warga negara. Seorang pejabat publik yang dengan berani dan sukses mengatasi
permasalahannya seperti penyakit kronis, kencanduan rokok dan alkohol, kematian orang yang dicintai,
ternyata dapat membangkitkan kekaguman masayrakat kepadanya dan patut dicontoh. Hal ini
merupakan salah satu bentuk pengurangan privasi pejabat publik. Meskipun banyak dari mereka yang
hanya sekedar pencitraan,namun nyatanya cara ini sangat efektif mempengaruhi publik.

Dampak buruk dari terlalu dieksposnya sisi personal pejabat publik, misalnya kebajikankebajikan pribadi
yang mereka miliki ternyata dapat mengarahkan kita untuk mengabaikan atau permisif kepada sifat
buruk atau kejahatan publik yang mereka lakukan. Selanjutnya, terkait dengan privasi pejabat publik,
untuk menjamin akuntabilitas demokrasi, maka setidaknya ada dua kriteria yang bisa dipakai. Pertama
adalah kriteria substantif yang merujuk pada posisi dan aktivitas. Kriteria ini menunjukkan batas-batas
dari kehidupan pribadi. Kedua, kriteria prosedural yang merujuk pada metode penyelidikan. Kriteria ini
menggambarkan cara-cara tertentu untuk menyelidiki kehidupan pribadi.

Wibawa Birokrat

Wibawa birokrat yaitu suatu sikap, cara ataupun gaya kepemimpinan seorang birokrat dalam
memimpin suatu birokrasi atau negara. Dalam hal ini, wibawa birokrat berhubungan dengan bagaimana
para birokrat mampu menarik perhatian, dan kepercayaan masyarakat pada pemerintah ataupun
menarik partisipasi masyarakat dalam melaksanakan/ menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah
yang akan direalisasikan.
Kepemimpinan yang lebih banyak aspek positifnya dan diperlukan dalam birokrasi modern
adalah kepemimpinan demokratis. Kepemimpinan yang berjalan atas dasar paksaan dan intimidasi tidak
akan abadi. Rakyat selalu bersimpati dan akan selalu menjaga ketaatannya secara sukarela kepada
orang-orang yang rendah hatidan mau mendengar keluhan khalayak dan terbuka terhadap pendapat-
pendapat masyarakat. Meskipun begitu, kepemeimpinan yang terlalu bebas juga tidak tepat. Karena
pengambilan keputusan yang kurang tegas juga dapat menimbulkan anarki. Pemimpin harus memiliki
ambisi (keinginan untuk mengemban tanggung jawab besar) dan keberanian untuk bertindak. Jadi kita
mengharapkan tampilnya tokoh-tokoh yang berani menerima tanggung jawab, berani bertindak,
berdisiplin tinggi, tetapi tetap mau mendengar aspirasi rakyat kecil.

Pada prinsipnya, keterbukaan akan lebih berhasil dalam mendorong partisipasi produktif warga
negara dalam formulasi kebijakan maupun pelaksanaan program hingga meningkatkan kepercayaan
warga negara kepada pemerintahnya. Hal ini akan menghindarkan masyarakat teralienasi dari proses
pemerintahan, yang akhirnya akan meningkatkan kualitas pemerintahan ke arah yang lebih efektif,
tanggap, dan bertanggung jawab.

Peran Etika dalam Pembangunan

Pembangunan merupakan sebuah proses perubahan dari suatu keadaan tertentu ke arah keadaan lain
yang lebih baik (Kumorotomo, 2014). Dalam proses tersebut administrator diharapkan memiliki
komitmen terhadap tujuan pembangunan, baik dalam perumusan kebijakan maupun dalam
pelaksanaannya secara efektif dan efisien. para administrator yang terlibat langsung dalam perencanaan
maupun operasionalisasi program-program pembangunan diharuskan untuk selalu mempertimbangkan
nilai-nilai yang wajib dianut dalam melaksanakan tugas-tugas kedinasan mereka. Untuk itu, ada
beberapa poin yang mesti diperhatikan dalam melihat etika pembangunan, yaitu:

1) Kebebasan
2) Persamaan
3) Demokrasi dan partisipasi
4) Keadilan sosial dan pemerataan

Anda mungkin juga menyukai