Anda di halaman 1dari 2

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Nama : Nashrul Atho’illah


NIM : 048711833

Tugas Tutorial 2

Jawab pertanyaan di bawah ini dengan menggunakan konsep dan teori yang tepat!

1. Seperti apakah kelemahan dan problema dalam birokrasi dan sertakan contohnya
pada organisasi pemerintahan daerah? (Skor 40)
2. Seperti apakah pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah? (Skor 30)
3. Sebutkan dan jelaskan fungsi-fungsi manajemen personalia menurut Robert
Presthus dalam Public Administration? (Skor 30)

Jawaban :

1. Birokrasi sebagai sistem administrasi publik memiliki kelemahan dan problema


yang dapat menghambat efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas kinerja birokrat
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Beberapa contoh kelemahan dan problema dalam birokrasi, khususnya pada
organisasi pemerintahan daerah, antara lain:

a. Korupsi: Birokrasi seringkali terkait dengan kasus korupsi karena adanya


peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan menggunakan
kewenangan dan sumber daya yang dimiliki. Contohnya, kasus korupsi dalam
pengadaan barang atau jasa di daerah.
b. Lambatnya pengambilan keputusan: Birokrasi seringkali dianggap lambat
dalam pengambilan keputusan karena adanya prosedur dan regulasi yang
kompleks dan memakan waktu. Hal ini dapat menghambat kegiatan
pembangunan dan pelayanan publik di daerah.
c. Kurangnya akuntabilitas dan transparansi: Birokrasi seringkali kurang
akuntabel dan transparan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Hal ini dapat memunculkan praktik nepotisme, kolusi, dan keterlibatan dalam
kegiatan yang bertentangan dengan aturan yang berlaku.

2. Pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah di Indonesia dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Desentralisasi: Desentralisasi adalah transfer kewenangan dan sumber daya
dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah untuk mengelola
sumber daya dan menentukan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan
lokal. Dalam konteks Indonesia, desentralisasi dimulai pada tahun 1999
dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dalam pola
hubungan desentralisasi, pemerintah pusat berperan sebagai pembuat
kebijakan nasional dan sebagai pengawas atas pelaksanaan kebijakan dan
program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
b. Sentralisasi: Sentralisasi adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
pusat untuk memusatkan kewenangan dan sumber daya di tingkat pusat. Hal
ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keutuhan negara dan memastikan
kebijakan nasional dilaksanakan secara seragam di seluruh wilayah
Indonesia. Dalam konteks Indonesia, sentralisasi masih terjadi pada
beberapa sektor, seperti dalam pengelolaan sumber daya alam dan kebijakan
pertahanan keamanan. Dalam pola hubungan sentralisasi, pemerintah pusat
memiliki peran yang lebih dominan dalam membuat dan melaksanakan
kebijakan nasional.

3. Fungsi-fungsi manajemen personalia menurut Robert Presthus


a. The Institutional Approach (pendekatan institusional)
Merupakan pendekatan yang menekankan pada kelembagaan dan
organisasi ke-pemerintahan. Jantung utama pendekatan ini terletak pada
studi mengenai struktur, fungsi, hukum dan regulasi dari lembaga eksekutif,
legislatif maupun yudikatif.

b. The Structural Approach (pendekatan struktural)


Pendekatan struktural pada ilmu administrasi publik merupakan istilah yang
diadaptasi dari ilmu sosiologi dan anthropologi yang menginterpretasikan
sosial kemasyarakatan sebagai sebuah struktur dengan bagian yang saling
berhubungan. Pendekatan ini menjelaskan mengenai mekanisme untuk
memahami proses-proses sosial dan struktur di dalamnya. Berdasarkan
konsep pendekatan struktur, lembaga pemerintah merupakan contoh nyata
dari struktur sosial dengan aturan; sebuah struktur dapat menjalan berbagai
fungsi dan vice versa (sebuah fungsi dapat dijalankan oleh berbagai struktur)

c. The Behavioral Approach (pendekatan perilaku)


Pendekatan ini menekankan bahwasannya aktivitas administrasi tidak dapat
terlepas dari studi mengenai behaviourism yang meneliti perilaku individu dan
kesadaran perilaku kolektif manusia serta dampaknya dalam ruang lingkup
administrasi publik (Herbort Sumon).

d. The Post Behavioral Approach (pendekatan pasca perilaku)


Merupakan produk lanjutan daripada Pendekatan Perilaku aka pendekatan
yang muncul untuk menentang Pendekatan Perilaku yang 'cacat' dalam
penerapannya. Walau lebih condong ke political science, pendekatan ini
berkaitan erat dengan ilmu administrasi publik/negara utamanya dalam
penerapan nilai-nilai administrasi yang dianut. Pendekatan post-behavioural
menekankan pada tindakan untuk menyelesaikan masalah dalam konteks
masa depan dan saat ini. Pendekatan ini lebih praktikal daripada Pendekatan
Perilaku.

Anda mungkin juga menyukai