Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 2

PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI NEGARA


NAMA : NOVITA KRISTIANI
NIM : 044618578

1. Seperti apakah kelemahan dan problema dalam birokrasi dan sertakan


contohnya pada organisasi pemerintahan daerah?
2. Seperti apakah pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah?
3. Sebutkan dan jelaskan fungsi-fungsi manajemen personalia menurut Robert
Presthus dalam Public Administration?

JAWABAN

1. kelemahan dan problema dalam birokrasi.

 Kelemahan-kelemahan birokrasi terletak dalam hal penetapan standar


efisiensi yang dapat dilaksanakan secara fungsionalb. terlalu menekankan
aspek-aspek rasionalitas, impersonalitas dan hirarkic. kecenderungan
birokrat untuk menyelewengkan tujuan-tujuan organisasid. berlakunya pita
merah dalam kehidupan organisasi

 Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam birokrasi sebenarnya tidak


berarti bahwa birokrasi adalah satu bentuk organisasi yang negatif, tetapi
seperti dikemukakan oleh K. Merton lebih merupakan “bureaucratic
dysfunction” dengan ciri utamanya “trained incapacity”.

 Usaha-untuk memperbaiki penampilan birokrasi diajukan dalam bentuk


teoribirokrasi sistem perwakilan. Asumsi yang dipergunaksn adalah bahwa
birokrat dipengaruhi oleh pandangan nilai-nilai kelompok sosial dari mana ia
berasal. Padagilirannya aktivitas administrasi diorientasikan pada kepen-
tingan kelompoksosialnya. Sementara itu, kontrol internal tidak dapat
dijalankan. Sehingga denganbirokrasi sistem perwakilan diharapkan dapat
diterapkan mekanisme kantrolinternal. Teori birokrasi sistem perwakilan
secara konseptual amat merangsang,tetapi tidak mungkin untuk diterapkan.
Karena teori ini tidak realistik, tidak jelaskriteria keperwakilan, emosional
dan mengabaikan peranan pendidikan.

Contoh kelemahan birokrasi pada organisasi pemerintahan.

 Orang yang tepat di posisi dan pekerjaan yang tepat (the right man in the
right place & job)
Seharusnya, orang yang tepat berada di posisi yang tepat dan memiliki pekerjaan
yang tepat pula. Mari kita perhatikan seksama dari pejabat setingkat menteri! Ada
seorang menteri yang tiga kali menjabat di Kementerian yang berbeda dalam 1
periode, pertama beliau menjabat Menteri Perhubungan, kemudian menjadi
Menteri Sekretaris Negara, dan menjadi Menteri Koordinator Perekonomian.
Begitu juga menteri lainnya.
 Lemahnya Sistem Manajemen Pengawasan
Sistem manajemen yang sangat dasar ialah POAC yakni Planning, Organizing,
Actuating, Controlling. Sistem POA sudah sangat baik dan sudah ada di setiap
instansi. Namun, bagian terakhir yang cukup lemah yakni sistem manajemen
pengawasan atau controlling. Pengawasan ini memang ada baik dari dalam
(internal audit) maupun dari luar (external audit) dari BPK, BPKP dan KPK. Akan
tetapi, jumlah pegawai yang ada tidak sebanding dengan jumlah pengawas yang
ada. Pengawas (auditor) cenderung lebih sedikit daripada yang diawasi (PNS)
ditambah luasnya pemerintahan daerah.
 Kurangnya Transparansi Rekrutmen Pegawai
Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di setiap instansi KLDI
(Kementerian, Lembaga, Daerah dan Instansi) cenderung kurang transparan.
Artinya, ada beberapa calon PNS yang masih berani untuk bayar formasi tertentu.
Selain itu, ada pula beberapa „titipan‟ dari anak pejabat-pejabat tertentu.
Nepotisme dalam hal ini wajar, tetapi caranya yang kurang wajar. Nah, ini yang
membuat pegawai itu tidak profesional dan jujur dalam bekerja, sehingga mereka
bekerja dengan orientasi uang yang besar dengan cara apapun.
 Kebijakan dan Keputusan tanpa Kajian atau Penelitian
Hampir setiap kebijakan dan keputusan dilakukan tanpa kajian atau penelitian. Pun
ada kajiannya, namun kebijakan dan keputusan itu tidak mengacu pada kajian alias
hanya sedikit saja. Terkesan pemerintah membuat keputusan dan kebijakan dengan
perasaan (emosi) sesaat. Faktanya, kebijakan terhadap mobil dinas pemerintah
(plat merah) dan BUMN wajib menggunakan bahan bakar jenis nonsubsidi alias
premium dengan cara memasang stiker pada mobil tersebut. Alhasil, saat ini,
belum semua mobil dinas plat hitam dengan stiker. Stiker di mobil mudah rusak
terkena panas dan basah. Tidak ada kajian bagaimana caranya agar menghemat
energi terutama BBM yang lebih efektif, aplikatif dan ilmiah.
 PP No.53/ 2010 Perlu Ditegakkan dengan Tegas & Berani
Peraturan Pemerintah ini perihal Pegawai Negeri Sipil, baik dari Kewajiban, Hak
serta Sanksi Pelanggaran pegawai. Biasanya, sanksi yang tegas sesuai dengan PP
No.53 Tahun 2010 terhadap PNS yang melanggar peraturan, kurang ditegakkan.
Ini menyangkut kebijaksanaan pimpinan.
Penggunaan Bahasa Indonesia yang Keliru.
2. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pemerintah pusat
adalah penguasa yang bertugas di pusat, melingkupi seluruh pemerintah
daerah. Pemerintah pusat merupakan penyelenggara pemerintahan
bangsa Indonesia. Terdiri dari presiden dan wakil presiden yang dibantu
oleh para menteri. Sedangkan pemerintah daerah yakni penguasa yang
memerintah di daerah melalui otonomi daerah.
Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah Dalam menjalankan
pemerintahannya, hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus terjalin
dengan baik dan harmonis. Tujuan yang terjalin tersebut untuk kemakmuran
rakyat. Ada sejumlah hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, yakni:
Hubungan struktural Hubungan struktural merupakan hubungan yang didasarkan
pada tingkat dan jenjang di pemerintahan. Pemerintah daerah dalam bertugas
menyelanggarakan urusan daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) yang berdasarkan asas otonom dan tugas pembantuan. Presiden
merupakan penyelenggaran urusan pemerintahan di tingkat pusat. Presiden dibantu
para menteri untuk menjalankan pemerindah. Kepala daerah merupakan
penyelenggara urusan daerah masing-masing.
Hubungan fungsional Hubungan fungsional merupakan hubungan yang didasarkan
dengan fungsi yang dimiliki oleh masing-masing pemerintah. Hubungan tersebut
saling memengaruhi dan bergantung antara satu dengan yang lain. Hubungan
tersebut juga terletak pada visi, misi, tujuan hingga fungsi yang dimiliki masing-
masing pemerintah. Visi dan misi yang dimiliki tersebut bersama-sama untuk
melindungi dan memberi ruang kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan
mengurusi rumah tangganya. Dalam buku Teori dan Praktik Pemerintahan dan
Otonomi Daerah (2007) karya Hanif Nurcholis, pemerintah daerah adalah subvisi
pemerintahan nasional. Dalam negara kesatuan pemerintah daerah langsung di
bawah pemerintah pusat. Dalam negara kesatuan, pemerintah daerah adalah
dependent dan subordinate terhadap pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya
bagian atau subsistem dari sistem pemerintah nasional. Karena pemerintah daerah
merupakan bagian dari sistem pemerintah nasional, maka antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah terdapat hubungan antar pemerintah yang saling terjalin
sehingga membentuk satu kesatuan pemerintahan nasional.
Jika demikian, maka dalam suatu pemerintah nasional terdapat dua subsistem.
Yakni subsistem pemerintahan pusat dan subsistem pemerintahan daerah. Dalam
subsistem pemerintahan daerah terdapat subsistem pemerintahan daerah yang lebih
kecil. Seperti contoh, Indonesia terdapat subsistem pemerintahan pusat yang terdiri
atas presiden dan para menteri. Di daerah terdapat subsistem pemerintahan
provinsi yang terdiri atas gubernur dan DPRD Provinsi. Sub-subsistem
pemerintahan kabupaten/kota yang terdiri atas bupati/walikota dan DPRD
kabupaten/kota. Bahkan subsistem pemerintah desa yang terdiri atas kepala desa
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Jalinan antar sub sistem dan antar sub
dan sub sistem pemerintahan tersebut membentuk sistem pemerintahan nasional
yang merupakan wahana untuk mencapai tujuan negara. Kondisi tersebut akan
tersebut ketika hubungan antar sub sistem dapat menghasilkan jalinan sistemik dan
dapat berjalan dengan fungsi masing-masing secara serasi, selaras dan harmonis.
Ketika berjalan tidak terkoordinasi dengan baik, tidak fokus pada tujuan yang telah
ditetapkan. Maka penyelenggaraan pemerintahan menjadi tidak efisien yang hanya
menghasilkan kesengsaraan rakyat. Untuk dapat membentuk jalinan hubungan
pemerintahan yang sistemik dengan hasil guna yang maksimal. Setiap negara
mengembangkan hubungan antar lembaga negara dan hubungan antar
pemerintahan pada semua jenjang pemerintahan. Pada tingkat nasional diatur
hubungan antar lembaga tinggi negara dan hubungan antar pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Di daerah diatur hubungan antar lembaga daerah dan hubungan
antar pemerintahan daerah.

3. Menurut Robert Presthus dalam Public Administration adalah adalah


pendekatan institusional, struktural, perilaku, dan pasca perilaku.
The Institutional Approach (pendekatan institusional) Merupakan
pendekatan yang menekankan pada kelembagaan dan organisasi ke-
pemerintahan. Jantung utama pendekatan ini terletak pada studi
mengenai struktur, fungsi, hukum dan regulasi dari lembaga eksekutif,
legislatif maupun yudikatif.

The Structural Approach (pendekatan struktural) Pendekatan struktural


pada ilmu administrasi publik merupakan istilah yang diadaptasi dari
ilmu sosiologi dan anthropologi yang menginterpretasikan sosial
kemasyarakatan sebagai sebuah struktur dengan bagian yang saling
berhubungan. Pendekatan ini menjelaskan mengenai mekanisme untuk
memahami proses-proses sosial dan struktur di dalamnya. Berdasarkan
konsep pendekatan struktur, lembaga pemerintah merupakan contoh
nyata dari struktur sosial dengan aturan; sebuah struktur dapat menjalan
berbagai fungsi dan vice versa (sebuah fungsi dapat dijalankan oleh
berbagai struktur)

The Behavioral Approach (pendekatan perilaku) Pendekatan ini


menekankan bahwasannya aktivitas administrasi tidak dapat terlepas dari
studi mengenai behaviourism yang meneliti perilaku individu dan
kesadaran perilaku kolektif manusia serta dampaknya dalam ruang
lingkup administrasi publik (Herbort Sumon).

Menurut Presthus, pendekatan perilaku seringkali bergantung pada


keadaan politik dan bersifat temporal belaka. Seringkali terjadi
ketimpangan antara idealisme dan kenyataan yang ada. Pendekatan
Perilaku bagi Presthus kadang sangat membingungkan, runyam dan
usaha yang sia-sia (embarassing effort). Akan tetapi, Presthus meyakini
bahwasannya pendekatan perilaku (behaviourism approach) pada ilmu
administrasi akan meningkatkan nilai dan mutu keilmuan jika
dilaksanakan secara gamblang sesuai sudut pandang kaum behaviouralist
dengan konsep matang yang diaplikasikan pada metodologi ilmu
administrasi publik.

The Post Behavioral Approach (pendekatan pasca perilaku) Merupakan


produk lanjutan daripada Pendekatan Perilaku aka pendekatan yang
muncul untuk menentang Pendekatan Perilaku yang 'cacat' dalam
penerapannya. Walau lebih condong ke political science, pendekatan ini
berkaitan erat dengan ilmu administrasi publik/negara utamanya dalam
penerapan nilai-nilai administrasi yang dianut. Pendekatan post-
behavioural menekankan pada tindakan untuk menyelesaikan masalah
dalam konteks masa depan dan saat ini. Pendekatan ini lebih praktikal
daripada Pendekatan Perilaku.

Anda mungkin juga menyukai