OLEH:
2023
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Penerapan Etika Pemerintahan dalam Penanggulangan Kasus Korupsi di Lingkungan
Pemerintahan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...iii
BAB I…………………………………………………………………………………1
RUMUSAN MASALAH……………………………………………………2
TUJUAN……………………………………………………………….…….2
BAB II………………………………………………………………………….…….3
DEFINISI KORUPSI……………………………………………….….…...3
BAB III……………………………………………………………………..………..5
MELAKUKAN KORUPSI……………………………...…………………7
BAB IV…………………………………………………………….………………..10
DAFTAR PUSTAKA……………..…………………………………..……………11
3
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa saja penyebab pegawai pemerintah melakukan korupsi?
1.2.2 Apa saja dampak pegawai pemerintah melakukan korupsi?
1.2.3 Mengapa Etika Pemerintahan berperan dalam Pencegahan Korupsi?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui penyebab pegawai pemerintah melakukan korupsi.
1.3.2 Mengetahui dampak pegawai pemerintah melakukan korupsi.
1.3.3 Mengetahui peran Etika Pemerintahan dalam Pencegahan Korupsi,
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI ETIKA PEMERINTAHAN
Menurut bahasa (etimologi) istilah etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu
ethos yang berarti adat-istiadat (kebiasaan), perasaan batin, kecenderungan hati
untuk melakukan perbuatan atau mengajarkan tentang keluhuran budi baik-buruk.
Pemerintahan berasal dari kata “perintah” yang setelah ditambah awalan “pe”
menjadi pemerintah, dan ketika ditambah akhiran “an” menjadi pemerintahan,
dalam hal ini beda antara “pemerintah” dengan “pemerintahan” adalah karena
pemerintah merupakan badan atau organisasi yang bersangkutan, sedangkan
pemerintahan berarti perihal ataupun hal ikhwal pemerintahan itu sendiri.
Sumaryadi (2010) menyatakan bahwa etika pemerintahan mengacu pada kode
etik profesional khusus bagi mereka yang bekerja dan untuk pemerintahan. Etika
pemerintahan melibatkan aturan dan pedoman tentang panduan bersikap dan
berperilaku untuk sejumlah kelompok yang berbeda dalam Lembaga
pemerintahan, termasuk para pemimpin terpilih (seperti presiden dan kabinet
menteri), DPR (seperti anggota parlemen), staf politik dan pelayan publik.
8
2.3 PENTINGNYA ETIKA PEMERINTAHAN DALAM PENCEGAHAN
KORUPSI
Penerapan etika pemerintahan dapat menjadi kontrol daripada aparatur
pemerintahan dalam rangka melaksanakan apa yang menjadi tugas, fungsi dan
kewenangannya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyebab Pegawai Melakukan Korupsi
Teori GONE mengungkapkan bahwa seseorang yang korupsi pada dasarnya
serakah dan tak pernah puas. Tidak pernah ada kata cukup dalam diri
koruptor yang serakah. Teori GONE yang dikemukakan oleh penulis Jack
Bologna adalah singkatan dari Greedy (Keserakahan), Opportunity (kesempatan),
Need (Kebutuhan) dan Exposure (pengungkapan). Keserakahan ditimpali
dengan kesempatan, maka akan menjadi katalisator terjadinya tindak pidana
korupsi. Setelah serakah dan adanya kesempatan, seseorang berisiko
melakukan korupsi jika ada gaya hidup yang berlebihan serta pengungkapan
atau penindakan atas pelaku yang tidak mampu menimbulkan efek jera.
10
dari atasan, teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi
kesempatan untuk melakukannya.
Faktor Penyebab Eksternal
1. Aspek Sosial
Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam mendorong terjadinya
korupsi, terutama keluarga. Bukannya mengingatkan atau memberi
hukuman, keluarga malah justru mendukung seseorang korupsi untuk
memenuhi keserakahan mereka. Aspek sosial lainnya adalah nilai dan
budaya di masyarakat yang mendukung korupsi. Misalnya, masyarakat
hanya menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya atau
terbiasa memberikan gratifikasi kepada pejabat.
2. Aspek Politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang besar
menjadi faktor eksternal penyebab korupsi. Tujuan politik untuk
memperkaya diri pada akhirnya menciptakan money politics. Dengan
money politics, seseorang bisa memenangkan kontestasi dengan membeli
suara atau menyogok para pemilih atau anggota-anggota partai politiknya.
Balas jasa politik seperti jual beli suara di DPR atau dukungan partai politik
juga mendorong pejabat untuk korupsi. Dukungan partai politik yang
mengharuskan imbal jasa akhirnya memunculkan upeti politik. Secara rutin,
pejabat yang terpilih membayar upeti ke partai dalam jumlah besar,
memaksa korupsi.
3. Aspek Hukum
Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua sisi, sisi
perundang-undangan dan lemahnya penegakan hukum. Koruptor akan
mencari celah di perundang-undangan untuk bisa melakukan aksinya. Selain
itu, penegakan hukum yang tidak bisa menimbulkan efek jera akan membuat
koruptor semakin berani dan korupsi terus terjadi.
Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika banyak produk hukum
yang tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada
kecenderungan hukum dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Sanksi yang tidak sebanding terhadap pelaku korupsi, terlalu ringan atau
tidak tepat sasaran, juga membuat para pelaku korupsi tidak segan-segan
menilap uang negara.
11
4. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Di
antaranya tingkat pendapatan atau gaji yang tak cukup untuk memenuhi
kebutuhan. Fakta juga menunjukkan bahwa korupsi tidak dilakukan oleh
mereka yang gajinya pas-pasan. Korupsi dalam jumlah besar justru
dilakukan oleh orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi.
5. Aspek Organisasi
Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah organisasi tempat
koruptor berada. Biasanya, organisasi ini memberi andil terjadinya korupsi,
karena membuka peluang atau kesempatan. Misalnya tidak adanya teladan
integritas dari pemimpin, kultur yang benar, kurang memadainya sistem
akuntabilitas, atau lemahnya sistem pengendalian manajemen.
12
melakukan tindak pidana kejahatan Jabatan atau tindak pidana kejahatan
yang ada hubungannya dengan Jabatan dan/atau pidana umum.
Pemberhentian tersebut ditetapkan terhitung mulai akhir bulan sejak putusan
pengadilan atas perkaranya yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.
Adapun kendala Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) yang sampai saat ini
belum memberikan sanksi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH)
sebagai PNS terhadap PNS yang terbukti melakukan korupsi antara lain:
1. PPK kesulitan mendapatkan salinan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap atau inkracht.
2. PPK telah menjatuhkan keputusan PTDH tetapi digugat oleh PNS ybs dan
dimenangkan/dikabulkan;
3. PPK belum menjatuhkan keputusan PTDH, karena PNS yang terlibat
Tipikor telah pensiun BUP;
4. PPK tidak menjatuhkan keputusan PTDH dikarenakan PNS tersebut
merupakan PNS yang mutasi dari instansi lain dan Instansi asal tidak
menyampaikan data atau Salinan putusan pengadilan ybs bahwa melakukan
tindak pidana korupsi.
3.3 Peran Etika Pemerintahan dalam Mencegah Korupsi
Berkaitan dengan korupsi, etika hadir sebagai pengendali atau
penyeimbang dalam menjalankan roda pemerintahan. Etika sebuah nilai
yang harus dipegang teguh oleh setiap aparat pemerintah untuk menjaga
batasan tingkah lakunya. Keseluruhan nilai etika tercamtum didalam kode
etik pemerintahanan yang berisi aturan-aturan tingkah laku, kewajiban dan
larangan dalam menjalankan tugas. (Adlin & Handoko, 2018) Kekuatan
untuk melawan korupsi adalah integritas.
Dalam menanamkan nilai etika pemerintahan kepada aparat desa, tidak
boleh melihat dari satu sisi saja, tetapi harus ada fakta yang jelas, dugaan
dan pertimbangan yang matang sebelum mengambil keputusan. Pelatihan
atas pengambilan keputusan yang bertanggungjawab mengacu pada
pendekatan yang ditetapkan oleh pemerintah desa, dengan menggunakan
pendekatan kepatuhan atau integritas melalui langkah-langkah berikut:
1. Menyajikan ide bagi aparat desa untuk berpartisipasi dalam
mendayagunakan pengambilan keputusan beretika.
2. Menciptakan aparat desa yang peka dalam menyeleksi prioritas etika.
13
3. Memberikan sanksi yang sesuai terhadap pelanggaran etika.
4. Mengakomodasi aparat desa untuk melaporkan apabila terdapat praktik
pelayanan yang tidak memenuhi standar etika.
5. Mengembangkan kesadaran serta sensitivitas terhadap isu-isu moral dan
berkomitmen untuk menemukan jalan keluarnya.
6. Mengukuhkan moral perangkat desa dalam menjalankan tugasnya juga
mengasah kemampuan aparat desa untuk secara sendirinya bertindak sesuai
etika pemerintahan. Meski terasa sulit untuk menumpas secara keseluruhan
budaya korupsi yang terjadi pada setiap elemen pemeirntahan, namun
kesadaran pemerintah dan masyarakat diharapkan mampu bersama-sama
melenyapkan korupsi terhadap anggaran serta pelayanan pemerintahan dan
diiringi dengan langkahlangkah diatas. Masyarakat menganggap korupsi
sebagai suatu hal yang biasa sebab tanpa disadari, kita sudah terbiasa
melakukan korupsi. Misalnya saja dalam penyediaan fasilitas kantor,
pegawai terbiasa menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi.
Padahal sesungguhnya fasilitas tersebut disediakan guna untuk memudahkan
pekerjaan dikantor
14
BAB IV
KESIMPULAN
Factor penyebab korupsi di Indonesia, Teori GONE mengungkapkan bahwa
seseorang yang korupsi pada dasarnya serakah dan tak pernah puas. Tidak
pernah ada kata cukup dalam diri koruptor yang serakah. Teori GONE yang
dikemukakan oleh penulis Jack Bologna adalah singkatan dari Greedy
(Keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need (Kebutuhan) dan Exposure
(pengungkapan). Adapun penyebabnya yakni factor internal dan eksternal. Akibat
yang ditimbulkan tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional.
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an enormous
destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan
negara.akibat bagi Individu Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
seseorang/individu memiliki akibat terhadap kehidupan sosial masyarakat.
Selain sanksi moral, koruptor tersebut juga terkena sanksi hukum/pidana.
Berkaitan dengan korupsi, etika hadir sebagai pengendali atau penyeimbang
dalam menjalankan roda pemerintahan. Etika sebuah nilai yang harus
dipegang teguh oleh setiap aparat pemerintah untuk menjaga batasan
tingkah lakunya. Keseluruhan nilai etika tercamtum didalam kode etik
pemerintahanan yang berisi aturan-aturan tingkah laku, kewajiban dan
larangan dalam menjalankan tugas.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2018/01/BAB-I.pdf
http://eprints.ipdn.ac.id/42/13/ebook%20BUKU%20ETIKA%20PEMERINTAHAN.pdf
http://ejournal.uigm.ac.id/index.php/PDP/article/view/2296/1608
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/19/tren-kerugian-negara-akibat-korupsi-
meningkat-dalam-5-tahun-terakhir
Wawan, W., & Mayrudin, Y. M. (2020). Etika Pejabat Publik dan Kualitas Pelayanan Publik
di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Tangerang. Journal of Social Politics and
Governance (JSPG), 2(1), 1–17. https://doi.org/10.24076/jspg.2020v2i1.192
16