Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

DOSEN PEMBIMBING : NS JUNI SIMARTA,S.kep,M.kep.

DI SUSUN OLEH

MIRA SAPITRI (211072)

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI INSTITUT

KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

T/A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Hemofilia Pada Pasien

Anak” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk melengkapi serta memenuhi tugas

kelompok mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik 6B yang telah diberikan oleh dosen

pembimbing dan penanggung jawab mata kuliah.

Penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan

tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari

Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk

penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan

untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Lubuk Pakam , november 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….1

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………...1

BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………………….5

A. CONTOH KASUS KORUPSI…………………………………………..5

BAB III PENUTUP……………………………………………………………..6

A. KESIMPULAN………………………………………………………….6

B. SARAN………………………………………………………………….6

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Korupsi dari bahasa latin : corruption dari kata kerja corrumpere yang

bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara

harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politis maupun pegawai

negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya

mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang

dipercayakan kepada mereka.1 Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang

busuk, jahat dan merusak. Jika membicarakan tentang korupsi memang akan

menemukan kenyataan semacam itu karena korupsi menyangkut segi-segi moral,

sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah,

penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan

politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah

kekuasaan jabatannya.2

Korupsi merupakan salah satu jenis kejahatan yang semakin sulit dijangkau

oleh aturan hukum pidana, karena perbuatan korupsi bermuka majemuk yang

memerlukan kemampuan berpikir aparat pemeriksaan dan penegakan hokum

disertai pola perbuatan yang sedemikian rapi. Oleh karena itu, perubahan dan

perkembangan hukum merupakan salah satu untuk mengantisipasi korupsi

tersebut.3

1
http://id.wikipedia.org/wiki/korupsi.%2011/09/1012
2
Evi Hartanti, 2007, Tindak Pidana Korupsi, edisi kedua, sinar grafika, Jakarta, hlm.
9
3
Surachim dan Suhandi Cahaya, 2011, Strategi dan Tekni Korupsi, cetakan pertama,
sinar grafika, Jakarta, hlm. 11
1
Karena korupsi terkait dengan berbagai kompleksitas masalah, antara lain

masalah moral atau sikap mental, masalah pola hidup serta budaya,lingkungan

sosial, sistem ekonomi, politik dan sebagainya. Dalam menghadapi karakteristik

demikian maka salah satu cara memberantas tindak pidana korupsi yang selama

ini diketahui adalah melalui sarana hukum pidana sebagai alat kebijakan kriminal

dalam mencegah atau mengurangi kejahatan.

Tindak Pidana Korupsi di Indonesia telah berkembang dalam 3 (tiga) tahap

yaitu elitis, endemic, dan sistematik : pada tahap elitis, korupsi masih menjadi

patologi sosial yang khas di lingkungan para elit/pejabat. Pada tahap endemic,

korupsi mewabah mengjakau lapisan masyarakat luas. Lalu ditahap yang kritis,

ketika korupsi menjadi sistemik, setiap individu di dalam sistem terjangkit

penyakit yang serupa. Penyakit korupsi di Indonesia ini telah sampai pada tahap

sistematik. Perbuatan tindak pidana merupakan pelanggaran terhadap hak-hak

sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi tidak

dapat lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary-crimes). Dalam upaya

pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan “secara biasa”, tetapi dituntut cara-

cara yang “luar biasa “ (extra-ordinary enforcement).

1. Faktor Korupsi Teoritis

Factor penyebab korupsi penting diketahui tiap warga negara. Korupsi

merupakan paraktik yang merugikan negara dan juga negara dan juga rakyat.

Korupsi termasuk tindakan melanggar hokum diseluruh dunia. Terkadang,

kurang pengetahuan tentang factor penybab korupsi, membuat masyarakat

tidak mengetahui bahwa perbuatannya termasuk tindak korupsi. Maka dari itu,

factor penyebab korupsi termasuk pengetahuan dasar yang harus dimilikki tiap

orang.
2
Ada beberapa factor penyebab korupsi yang menjadi pemicu perilaku

kotor ini. Factor penyebab korupsi harus dipahami semua orang untuk

menghindari kerugian yang dihasilkannya. Factor penyabab korupsi bisa

datang pada siapa saja dengan latar belakang apa saja.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia , korupsi adalah penyelewengan

atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan

sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Menurut hukum di Indonesia korupsi adalah perbuatan melawan hukum

dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain, baik perorangan maupun

korporasi yang dapat merugikan keuangan negara/perekonomian negara.

a) Dampak korupsi secara masif berikut ini sejumlah dampak masif korupsi

1. Dampak korupsi terhadap bidang ekonomi

 Pertumbuhan ekonomi dan investasi menjadi terlambat

 Terjadi penurunan produktivitas bidang industri

 Rendahnya kualitas barang dan jasa bagi public

 Meningkatnya hutang negara

 Pembangunan melemah

 Impor barang meningkat

2. Dampak korupsi terhadap lingkungan

 Terjadinya kerugian ekologis dalam jangka panjang

 Terjadinya kerusakan alam dan lingkungan

3. Dampak korupsi terhadap hukum

 Lemahnya peneganan hukum

 Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap penegakan

hokum
3
4. Dampak korupsi politik

 Kredibilitas pemerintahan dan partai politik diragukan

 Kinerja politik menjadi terganggu

 Terjadinya komflik kepentingan partai

 Melahirkan pemimpin yang korupsi

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Contoh Kasus Koropsi

1. Dampak lingkungan

Kali ini kita akan membahas korupsi dari segi kerusakan lingkungan. Korupsi

selalu berkonotasi negative. Dilihat dari devenisi yang telah disebutkan,

dampak negative korupsi terhadap lingkungan adalah:

a) Melemahkan peraturan tentang lingkungan hidup, produksi dan konservasi

lingkungan sulit untuk terwujud dikarenakan adanya korupsi yang

melemahkan peraturan tat guna lahan dengan manipulasi keuangan yang

ada dari skala kecil (perizinan pemburuan) dan skala besar (melemahkan

peraturan pembukaan hutan lindung sebagai lahan perkebunan).

b) Degradasi hutan. Pembalakan liar yang dibiarkan oleh petugas,

pengangkutan hasil penebangan liar. Izin penebangan oleh otoritas dengan

sejumlah uang, izin dari pihak konseksi, dan biaya pembalakan yang besar

menyebabkan pembalakan menyebar untuk menutupi biaya penyuapan.

Terjadinya degradasi hutan tidak dapat terjadinyan dengan mudah jika

tidak ada izin angkut dan perizinan yang telah disebutakan. Jadi, bisa kita

lihat bahwa korupsi didalam lingkungan perhutanan memerlukan koneksi

dengan yang lain. Sekali kita menyogok atau menyuap salah satu instansi,

maka secara otomatis kita harus melakukannya pada instansi lainnya.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Jika

membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu

karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan

dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan

karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau

golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya.

B. Saran

Pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mepertimbangkan banyak hal

sebelum mengambil kebijakan terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan korupsi.

Pemerintah juga diharapkan untuk selalu menganggap serius permasalahan korupsi,

karena dapat mengganggu stabilitas dalam pertumbuhan ekonomi negara. Ketika

kegiatan korupsi terus terjadi investasi asing akan berfikir kembali untuk

menanamkan modalnya. Dan juga kegiatan korupsi menunda proyek pembangunan

dalam negeri.

6
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/korupsi.%2011/09/1012

Hartanti Evi, 2007, Tindak Pidana Korupsi, edisi kedua, sinar grafika, Jakarta,

Suhandi Cahaya dan Surachim , 2011, Strategi dan Tekni Korupsi, cetakan pertama,

sinar grafika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai