Tim Penyusun
Krisdiyanti Rukmana
P1337424122237
Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena dengan
berkah dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan buku ajar Pendidikan Budaya Anti
Korupsi mengenai Dampak Korupsi pada Kerusakan Lingkungan dan Birokrasi. Penulis
berharap dengan adanya Buku ajar PBAK dapat dijadikan sebagai panduan yang dapat
membantu dan mempermudah mahasiswa maupun pengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan khususnya mempermudah dalam penyampaian materi saat
Proses Belajar Mengajar.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam pembuatan buku ajar ini masih banyak sekali
kekurangan dan kelemahan, khususnya dalam pencantuman sumber pustaka yang penulis
gunakan sebagai referensi dalam pembuatan buku ajar. Untuk itu, jika ada yang kurang
dalam penulisan sumber referensi, penulis mengucapkan permohonan maaf, karena pada
dasarnya bukan suatu kesengajaan yang penulis lakukan. Untuk adanya kesempurnaan isi
buku ajar ini, penulis sangat berharap adanya kritik dan saran yang dapat disampaiakan
demi kesempurnaan buku ajar Pendidikan Budaya Anti Korupsi ini.
PRAKATA ………………………………………………………………………………3
Rangkuman ………………………………………………………………………….…..15
Latihan …………………………………………………………………………..............15
Rangkuman ……………………………………………………………………...27
Latihan …………………………………………………………………………..28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...29
A. Definisi Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio berasal
dari kata corrumpere, suatu kata dari bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin tersebut
kemudian muncul istilah corruption, corrupt (Inggris), corruption (Perancis) dan
corruptie/korruptie (Belanda) dan korupsi (Indonesia).
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia,
Buku Ajar untuk Mahasiswa - 5
adalah kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran
(S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya, perbuatan yang buruk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya (WJS
Poerwadarminta: 1976). Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa
(Muhammad Ali: 1998):
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk
kepentingan sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok,
dan sebagainya; dan
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak,
berdasarkan kenyataan tersebut. perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat
amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut
faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan
di bawah kekuasaan jabatan.
B. Ciri-Ciri Korupsi
Pada hakikatnya korupsi berawal dari suatu kebiasaan (habit) yang tidak disadari oleh
setiap aparat, mulai dari kebiasaan menerima upeti, hadiah, suap, pemberian fasilitas
tertentu ataupun yang lain dan pada akhimya kebiasaan tersebut akan menjadi bibit korupsi
yang nyata dan dapat merugikan keuangan negara (Karyanti T, 2019).
Alatas (dalam Chaerudin, dkk. 2008:3) membagi jenis korupsi menjadi tujuh yaitu,
korupsi transaktif, korupsi ekstortif, korupsi nepotistik, korupsi investif, korupsi otogenik,
korupsi supportif dan korupsi defensif. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Korupsi transaktif
Korupsi transaktif adalah korupsi yang terjadi atas kesepakatan di antara dua
pihak dalam bentuk suap, dimana keduanya sama-sama mendapat keuntungan.
Korupsi jenis ini biasanya melibatkan dunia usaha dan pemerintah, atau antara
masyarakat dan pemerintah. Contoh korupsi semacam ini yaitu, kerjasama yang
dilakukan antara pengusaha dengan pihak pemerintah dalam menentukan pemenang
tender proyek pembangunan. Kebanyakan para pengusaha yang berjiwa korup dan
mau segala sesuatu yang serba praktis untuk bisa memenangkan suatu tender, mereka
cenderung melakukan cara-cara yang tidak baik yaitu dengan memberikan uang suap
kepada sejumlah pejabat yang bertanggung jawab.
2. Korupsi eksortif
Korupsi nepotistik adalah korupsi yang terjadi karena perlakuan khusus baik
dalam pengangkatan kantor publik maupun pemberian proyek-proyek bagi keluarga
dekat. Keluarga di sini tidak hanya terbatas pada ayah, ibu dan anak, namun bisa juga
saudara maupun kerabat dekat. Contohnya, seseorang pemimpin perusahaan yang
mengangkat keluarga (anak, saudara atau teman dekat) sebagai pegawai tanpa melalui
tes dan tanpa mengetahui kemampuannya pada bidang dimana ia ditempatkan.
Korupsi jenis ini sering sekali dilakukan oleh seseorang yang memiliki
kedudukan/kekuasaan. Mereka sengaja memanfaatkan kedudukannya untuk
melakukan hal-hal yang kurang baik dan tidak pantas dilakukan oleh seorang
pemimpin.
4. Korupsi intensif
Korupsi investif merupakan suatu jenis korupsi yang berawal dari tawaran yang
merupakan investasi untuk mengantisipasi adanya keuntungan di masa mendatang.
Contohnya, seorang pejabat meminta pengusaha untuk menyisihkan uangnya dalam
pembangunan suatu proyek, dengan tawaran dikemudian hari akan memperoleh
keuntungan yang besar, namun pejabat tersebut sengaja mengurangi kualitas proyek.
Hal tersebut dilakukannya untuk memperoleh keuntungan pribadi.
5. Korupsi otonegik
Korupsi otogenik merupakan jenis korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat
mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders
information) dengan sengaja memberikan segala informasi pada pihak luar tentang
berbagai kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan. Misalnya seorang pejabat
dengan sengaja memberikan berbagai informasi penting yang menyangkut rahasia
perusahaan atau pemerintah kepada pihak luar untuk memperoleh keuntungan pribadi.
la dengan sengaja berhianat dan bermain licik namun tetap rapih. Sehingga tidak ada
satupun pihak lain yang mengetahui bahwa ia telah berhasil membocorkan rahasia
perusahaan.
6. Korupsi supportif
Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dan menjadi modal untuk menghadapi
perubahan iklim, semakin terancam keberadaannya karena keserakahan manusia. Pasalnya
sektor SDA-LH (Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup) merupakan sektor yang
sangat rentan terhadap praktek korupsi.
Kerusakan lingkungan hidup ini dipicu oleh berbagai sebab, seperti kepentingan
ekonomi, di mana hasil hutan yang ada di eksploitasi besar-besaran untuk
mendapatkan keuntungan. Eksploitasi ini dianggap paling mudah dan murah untuk
mendapatkan keuntungan, namun di lain sisi eksploitasi yang dilakukan tidak
dibarengi dengan upaya penanaman kembali (reboisasi) yang baik dan terencana,
sehingga hasil eksploitasi hutan ini meninggalkan kerusakan yang parah bagi
lingkungan.
Di sisi lain kerusakan lingkungan ini akan menciptakan bencana yang sebenarnya
dibuat oleh manusia, seperti banjir, banjir bandang, kerusakan tanah, kekeringan,
kelangkaan air dan menurunnya kualitas air, tingginya pencemaran di perairan sungai
dan laut sehingga sangat beracun, dan sebagainya.
a) Kasus Ilegal loging
Essensi yang penting dalam praktek penebangan liar (illegal logging) ini
adalah perusakan hutan yang akan berdampak pada kerugian baik dari aspek
ekonomi, ekologi, maupun sosial budaya dan lingkungan. Hal ini merupakan
konsekuensi logis dari fungsi hutan yang pada hakekatnya adalah sebuah
Buku Ajar untuk Mahasiswa - 10
ekosistem yang di dalamnya mengandung tiga fungsi dasar, yaitu fungsi produksi
(ekonomi), fungsi lingkungan (ekologi) serta fungsi sosial. Dampak kerusakan
ekologis (lingkungan) akibat penebangan liar (illegal logging) menurut berbagai
penelitian yang dilakukan oleh para pakar pemerhati lingkungan dan kehutanan
bahwa berbagai bencana alam yang terjadi, diduga sebagai akibat dari kerusakan
hutan sebagai dampak dari penebangan liar (illegal logging).
b) Efek Rumah Kaca
Penggunaan bahan kimia seperti freon untuk pendingin ruangan dan hasil
pembakaran yang dilakukan oleh berbagai industri secara masif akan merusak
lapisan ozon (O3) yang selanjutnya akan mengakibatkan berbagai penyakit.
d) Korupsi Pengadaan Gedung Kelapa Sawit
Lingkungan hidup yang telah rusak akan bukan saja akan menurunkan kualitas
lingkungan itu sendiri, namun lebih jauh akan berdampak terhadap menurunnya
kualitas hidup manusia yang ada di dalamnya, serta kualitas hidup global. Contohnya:
a) Kerusakan hutan hujan tropis yang akut akan mengurangi persediaan oksigen
bukan hanya untuk wilayah tersebut, namun juga oksigen untuk bumi secara
keseluruhan.
b) Berkurangnya kualitas udara tentunya juga akan berakibat pada menurunnya
kualitas kesehatan manusia yang menghirupnya.
Sesuai dengan sifat dan efektivitas masalah lingkungan, maka upaya penegakan
hukum lingkungan terhadap perbuatan yang mencemarkan dan atau merusak lingkungan
dalam dua bentuk sebagai berikut.
1. Penegakan hukum lingkungan preventif.
Penegakan hukum ini berarti pengawasan aktif dilakukan terhadap kepatuhan kepada
peraturan lingkungan tanpa kejadian langsung yang menyangkut pada peristiwa
konkrit yang menimbulkan dugaan dan sangkaan bahwa suatu peraturan hukum telah
dilanggar oleh pencemar. Instrumen dalam penegakan hukum lingkungan preventif
adalah penyuluhan, pemantauan dan penggunaan kewenangan yang sifatnya
pengawasan melalui pengambilan sampel, penghentian mesin-mesin pabrik dan
sebagainya. Pihak penegakan hukum yang utama adalah pejabat atau aparatur
pemerintah yang berwenang dalam memberi perizinan dan mampu mencegah
terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan.
2. Penegakan hukum lingkungan represif.
Penegakan hukum ini dilakukan dalam hal setiap perbuatan yang diduga telah melanggar
peraturan/undang-undang dan bertujuan untuk mengakhiri secara langsung
perbuatan terlarang tersebut. Penindakan secara sanksi secara umumnya selalu
menyusul pada bentuk pelanggaran peraturan dan biasanya tidak dapat meniadakan
Buku Ajar untuk Mahasiswa - 12
atau memulihkan kembali akibat pelanggaran tersebut. Pihak penegakan hukum
lingkungan yang utama adalah kepolisian, jaksa, hakim dan penasehat hukum. Untuk
menghindari penegakan hukum pidana secara berulang ulang maka para pelaku
(pencemar) sendiri yang seharusnya menghentikan keadaan itu kesadaraan hukum
dari para pencemar sebenarnya yang dituntut untuk terciptan lingkungan hidup yang
sehat, asri dan nyaman bagi semua pihak. (Ibid., h. 163)
Sanksi pidana di dalam hukum lingkungan mencakup dua macam kegiatan yakni:
perbuatan mencemari lingkungan dan perbuatan merusak lingkungan. Dalam hal
tindak pidana kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan korporasi dalam
Pasal 88 UUPPLH sudah mengatur secara tegas mengenai strict liability. Pasal 88
menyebutkan “Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya
menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau 80 UU RI
No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 yang menimbulkan
ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian
yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”.
Pasal 158
• Setiap orang;
• Yang melakukan usaha pertambangan;
• Tanpa IUP , IPR atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40
ayat (3), Pasal 48, pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5);
• Dipidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 159
• Pemegang IUP, IPR atau IUPK;
• Yang dengan sengaja;
• Menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1), Pasal
70 huruf e, Pasal 81 ayat (1), Pasal 105 ayat (4), Pasal 110, atau pasal 111
ayat (1);
• Dengan tidak benar atau menyampaikan keterangan palsu;
• Dipidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
B. LATIHAN SOAL
1. Kerusakan hutan tropis yang akut akan mengurangi persediaan oksigen untu bumi
secara keseluruhan merupakan dampak korupsi terhadap…
A. Ekonomi
B. Sosial
C. Kerusakan ligkungan
D. Politik dan demokrasi
E. Penegakan hukum
Jawaban : C
2. Belakangan ini sering terjadinya alih fungsi hutan lindung di beberapa daerah di
Sumatera yang telah menjebloskan sejumlah anggota DPR adalah salah satu contoh
nyata dari persengkongkolan antara kelompok elite dalam melakukan kegiatan
korupsi. Demikian pula, masuknya limbah berbahaya dari negara tetangga yang
mengancam kesehatan rakyat Indonesia, yang terjadi karena adanya jalinan kerja
korupisi yang melibatkan banyak pihak. Kasus tersebut apabila dikaitkan dengan
dampak yang terjadi masuk kedalam kategori dampak terhadap…
A. Kerusakan hutan
B. Kerusakan lingkungan
C. Kesehatan dan keamanan
D. Kerusakan pada pemikiran
E. Pertahanan dan keamanan
Jawaban : B
3. Yang tidak termasuk kedalam contoh nyata kerusakan lingkungan akibat korupsi
adalah…
A. Eksplorasi dan eksploitasi pertambangan tanpa izin
B. Jual beli batu bara secara illegal
C. Aktivitas perkebunan illegal
Buku Ajar untuk Mahasiswa - 15
D. Illegal loging
E. Reboisasi
Jawaban : E
4. Dampak dari kerusakan lingkungan adalah…
A. Menurunnya kualitas air
B. Menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi
C. Tingginya angka kriminalitas
D. Meningkatkan hutang negara
E. Meningkatnya kemiskinan
Jawaban : E
5. Yang tidak termasuk kedalam pihak penegakan hukum lingkungan yang paling utama
adalah…
A. Kepolisian
B. Jaksa
C. Hakim
D. Penasehat hukum
E. Masyarakat
Pada bab I ini kita akan membicarakan tentang Dampak Korupsi pada Birokrasi
Pemerintahan
1. Pengertian Birokrasi
Birokrasi adalah aktor penting dalam tata kelola pemerintahan. Birokrasi adalah
lembaga yang memiliki kuasa besar dalam stuktur pemerintahan modern. Dengan
kekuasaan yang besar itu sangat mudah untuk disalahgunakan. Salah satu
penyalahgunaan kekuasaan birokrasi melelui korupsi politik. Korupsi politik dalam
konteks ini adalah menggunakan pengaruh dan jabatannya untuk memperkaya diri.
Padahal birokrasi berinteraksi langsung dengan masyarakat dalam hal penyelenggaran
pembangunan dan pelayanan politik. (Jurnal Transformatif, 2017)
Setiap Negara di dunia pun berusaha untuk memberantas korupsi walaupun melalui
cara dan pendekatan yang berbeda-beda seperti melalui jalur hukum, pendidikan, budaya
dan lainnya. Indonesia pun telah gencar-gencarnya melakukan berbagai cara dan
pendekatan untuk menekan tindak perilaku korupsi. Pemberantasan korupsi seharusnya
dilakukan dengan cara mengubah kebiasaan masyarakat sejak dini dan menanamkan
paradigma bahwa korupsi ini adalah suatu hal yang salah. Dalam dunia pendidikan
misalnya, Pemerintah Indonesia memasukkan materi Pendidikan Anti korupsi sebagai
mata kuliah dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi. Program ini perlu diikuti oleh lembaga
pemerintah lainnya, terutama yang bersentuhan langsung dengan pelayanan masyarakat.
Aparat pemerintah perlu tahu prilaku mana yang sudah masuk tindakan korupsi.
Lembaga yang berhubungan dengan pendidikan dan latihan aparatur di seluruh
Indonesia hendaknya memasukkan materi Pendidikan Anti Korupsi dalam setiap
kegiatan diklat, baik itu diklat jabatan maupun diklat fungsional. Materi ini untuk
diharapkan mampu mendidik aparat untuk mengetahui batas-batas mana yang termasuk
korupsi dan mana yang tidak, serta membentuk prilaku aparat untuk mengikis korupsi di
bidang pemerintahan.
B. LATIHAN SOAL
Dibawah ini terdapat soal-soal latihan yang dapat Anda kerjakan untuk mengukur
tingkat pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini.
1. Di bawah ini yang bukan Jenis korupsi pada birokrasi pemerintah menurut M.Amien Rais
yaitu...
A. Korupsi Ekstortif
B. Korupsi Manipulatif
C. Korupsi nepotistik
D. Korupsi Birokrasi
E. Korupsi Subversif
Jawaban : D
2. Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) dibentuk
atas perintah ...
A. UU tentang tidan pidana pencucian uang
B. UU pemberantasan tindak pidana korupsi
Buku Ajar untuk Mahasiswa - 27
C. UU tentang penyelenggaraan negara yang bersih dari KKN
D. UU tentang pengesahan United Nations Convention Against Corruption 2003
E. UU tentang pemberantasan korupsi
Jawaban : B
3. Mahasiswa dapat berperan dalam suatu program yang merupakan salah satu strategi
pemberantasan korupsi yang sifatnya representatif. Program itu disebut....
A. Sosialisasi
B. Penanaman nilai Pancasila
C. Ajakan kepada masyarakat
D. Demo rusuh dan penyuluhan
E. Edukasi dan kampanye
Jawaban : E
4. Undang-undang Tindak Pidana Korupsi adalah ...
A. UU No. 31 Tahun 1999
B. UU No. 28 Tahun 1999
C. UU No. 15 Tahun 2002
D. UU No. 30 Tahun 2002
E. UU No. 27 Tahun 2017
Jawaban : A
5. Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud menolong diri sendiri, orang
lain, atau korporasi yang berakibat merugikan negara keuangan atau perekonomian negara.
Pengertian korupsi diatas menurut UU...
A. UU No. 20 Tahun 2001
B. UU No. 21 Tahun 2001
C. UU No. 39 Tahun 1999
D. UU No. 31 Tahun 1999
E. UU No. 28 Tahun 1999
Jawaban : A
Adwirman, dkk. (2014). Buku Ajar Pendidikan Dan Budaya Antikorupsi. Jakarta: Pusdiknakes.
Junneli. (2019). Korupsi Merupakan Perlawanan Terhadap Sila Kelima Pancasila. Diakses pada 4
Februari 2023 melalui https://osf.io/yt765/
Mursidi, A., dkk. (2020). Pendidikan Anti Korupsi. Klaten: Penerbit Lakeisha.
Parawansa, S.S.R., dkk. (2019). Hukuman Pidana Akibat Kerusakan Lingkungan Yang Dilakukan
oleh Korporasi pada Industri Tambang, vol 6, no 2.
Perdana, D.R., Adha, M.M., Ardiansyah, N. (2021). Model Dan Strategi Penanaman Nilai-Nilai
Antikorupsi Di Sekolah Dasar. Jurnal Bhinneka Tunggal Ika, (8):21-31.
Pranadji, Tri. (2005). Keserakan, Kemiskinan Dan Kerusakan Lingkungan. Jurnal Analisis
Kebijakan Pertanian, (3):313-325.
Simarmata, H.M.P., dkk. (2020). Pengantar Pendidikan Anti Korupsi. Jakarta: Yayasan Kita
Menulis.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Wibowo, A., dkk. (2022). Pengetahuan Dasar Antikorupsi Dan Integritas. Bandung: Media Sains
Indonesia.
Drs. Alwi, M.Si. Strategi Pemberantasan Korupsi Birokrasi Melalui Sistem Jaringan
Antar Organisasi Di INDONESIA
Nabila,. d.k.k. (2016). Dampak terhadap Birokrasi Pemeritahan Politik dan Demokrasi,
Denpasar.
Arwadi Victor, R. (2021). Aspek Kerugian Keuangan Negara Dalam Hubungannya
Dengan Pidana Denda Pada Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Fhp Edulaw,. (2014). Korupsi dan Berbagai Bentuknya. Jakarta Selatan.