Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM KASUS SUAP WISMA ATLET

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUHAMMAD IBRA F LATING


NPM :
UTS : PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
PRODI : ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN POLITIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
Karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya
Makalah ini membahas tentang Isu Terkini Penyakit Menular dan Penyakit Tidak
Menular Diharapkan Makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada Kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masi jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik Dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi demi
Kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimah kasih kepada semua pihak yang telah
berperan Serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amiin.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Definisi Korupsi....................................................................................
B. Faktor Penyebab Karupsi......................................................................
C. Upaya Pemberantasan dan penanggulangan korupsi
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam kehidupan
sosial,budaya, kemasyarakatan, kenegaraan sudah dikaji dan ditelaah
secarakritis oleh banyak ilmuwan filosof. Aristoteles misalnya, yang diikuti
olehMachiavelli, sejak awal telah merumuskan sesuatu yang
disebutnyasebagai korupsi moral (moral corruption). Korupsi moral merujuk
padaberbagai bentuk konstitusi yang sudah melenceng, hingga para penguasarezim
termasuk dalam sistem demokrasi, tidak lagi dipimpin oleh hukum,tetapi tidak lebih
hanya melayani dirinya sendiriKorupsi di Indonesia sudah menjadi penyakit yang
cukup akut, hal ini terbukti dengan banyaknya perkara yang menjerat oknum para
pejabat pusat atau daerah baik legislatif, eksekutif, dan yudikatif maupun swasta.
Perkembangan tindak pidana korupsi ini terus meningkat dari tahun ke tahun, baik
dari jumlah kasus yang terjadi, dan jumlah kerugian keuangan negara. Dalam segi
kualitas tindak pidana korupsi yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya
mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat. Meningkatnya tindak pidana
korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana, tidak saja terhadap
kehidupan nasional tetapi juga kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis akan membawa dampak
yang besar terhadap perkembangan suatu bangsa, sehinga harus diberantas dengan
upaya luar biasa dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian korupsi?
2. Apakah faktor penyebab korupsi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa latin “corruption” arti kata korupsi
secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Jadi suap menyuap identik
dengan memakan barang yang diharamkan oleh Allah SWT. Jadi diharamkan mencari
suap, menyuap dan menerima suap. Begitu juga mediator antara penyuap dan yang
disuap. Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa (Muhammad Ali:
1998)
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap atau sogok, memakai
kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok
3. Koruptor artinya orang melakukan korupsiDengan demikian arti kata korupsi
adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut
perbuatan korupsi menyangkut:sesuatu yang bersifat amotal, sifat dan keadaan
yang busuk, menyangkutjabatan instansi atau aparatur pemerintah,
penyelewengan kekuasaandalam jabatan karena pemberian, menyangkut
faktor ekonomi dan politikdan penempatan keluarga atau golongan ke dalam
kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
B. Faktor Penyebab Korupsi
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari
dalam diri pelaku maupun dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan
Yamamah bahwa ketika perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat sera
sistem politik yang masih “mendewakan” materi maka dapat “memaksa”
terjadinya permainan uang dan korupsi. Lebih jauh disebutkan sebab-sebab
manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain: sifat tamak
manusia, moral yang kurang kuat menghadapi godaan, gaya hidup
konsumtif dan tidak mau bekerja. Secara umum faktor penyebab korupsi dapat
terjadi karena faktor politik, hukum dan ekonomi.
1. Faktor Politik
Politik merupakan salah stu faktor terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat
terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasan bahkan
ketika meraih dan mempertahakan kekuasaan. Perilaku korup seperti
penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering terjadi. Terkait
dengan hal itu Terrence Gomes (2000) memberikan gambaran bahwa politik
uang (money politik) sebagai use of monery and material benefits in the pursuit
of political influence.
Menurut Susanto korupsi pada level pemerintahan adalah dari
sisi penerimaan, pencurian barang-barang pulik untuk kepentingan pribadi,
tergolong korupsi yang disebabkan konstelasi politik (Susanto, 2002).
Sementara menurut De Asis, korupsi politik misalnya perilaku curang
(politik uang) pada pemilihan anggota legislatif ataupun pejabat-pejabat
eksekutif, dana ilegal untuk pembiayaan kampanye,penyelesaian konflik
parlemen melalui cara cara il Faktor hukum bisa diliat dari dua sisi, di
satu sisi dari aspek perundang-undangan dan sisi lain lemahnya penegakan
hukum. Tidak baiknya substnsi hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan
yang diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang tidak jelas-tegas (non lexcerta)
sehingga multi tafsir; kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain
(baik sederajat maupun yang lebih yang tinggi). Sanksi yang tidak equivalen
dengan perbuatan yang dilarang sehingga tidak tepat sasaran serta dirasa terlalu
ringan atau terlalu berat; penggunaan konsep yang berbeda-beda untuk
sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan tidak
kompetabel dengan realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak
produktif dan mengalami egal dan teknik lobi yang menyimpang (De Asis,
2000).
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa diliat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek
perundang-undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya
substnsi hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan
tidak adil; rumusan yang tidak jelas-tegas (non lexcerta) sehingga multi tafsir;
kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain (baik sederajat maupun
yang lebih yang tinggi). Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang
dilarang sehingga tidak tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu
berat; penggunaan konsep yang berbeda-beda untuk sesuatu yang
sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan tidak kompetabel dengan
realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak produktif dan
mengalami resistensi
c. upaya pemberantasan dan penanggualangannya
Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis akan membawa
dampak yang besar terhadap perkembangan suatu bangsa, sehinga harus
diberantas dengan upaya luar biasa dalam rangka mewujudkan masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Satjipto
Raharjo memandang tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia bukan saja
telah membudaya, tetapi juga sudah menjadi kejahatan atau tindak pidana yang
terorganisasi yang berdimensi internasional, maka diperlukan upaya luar biasa
untuk memberantasnya.
Menurut Evi Hartanti dampak negatif yang disebabkan dari korupsi adalah
dapat mengakibatkan ketidakpercayaan dari masyarakat terhadap pemerintah
yang berwenang, dapat menyebabkan berkurangnya kewibawaan seorang
pemimpin di depan pandangan masyarakat umum, dapat pula menyusutnya
pendapatan negara, dan rapuhnya pertahanan negara, serta perusakan mental
pribadi dari hukum yang sudah tidak dihormati.3 Tindak pidana korupsi memiliki
spesifikasi khusus yang membedakannya denga Berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah Indonesia untuk menanggulangi serta memberantas tindak pidana
korupsi seperti memperbaharui peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan tindak pidana korupsi. Sebagaimana saat ini menjadi payung hukum
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi yaitu Undang-Undang No. 20
Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Walaupun telah diatur secara tegas
dalam Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, upaya
pemberantas korupsi ini masih belum dapat diselesaikan dengan baik. n tindak
pidana umum, misalnya dalam hal penyimpangan hukum acara dan materi yang
diatur guna menekan jumlah kebocoran dan penyimpangan keuangan negara.
Upaya yang dilakukan oleh para penegak hukum untuk mengembalikan
kerugian negara akibat dari tindak pidana korupsi salah satunya dengan
melakukan perampasan terhadap benda (aset) hasil dari tindak pidana korupsi.
Perampasan benda tindak pidana korupsi atau yang sering kita kenal dengan
perampasan aset menurut Pasal 1 ayat (3) Rancangan Undang-Undang tentang
Perampasan Aset Tindak Pidana perampasan aset, yaitu: “ Upaya paksa yang
dilakukan oleh negara untuk merampas aset tindak pidana berdasarkan putusan
pengadilan tanpa didasarkan pada penghukuman terhadap pelaku”. Sedangkan
yang dimaksud dengan aset tindak pidana terdapat dalam Pasal 1 ayat (2)
Rancangan Undang-Undang tentang Perampasan Aset Tindak Pidana, yaitu: “a.
Aset yang diperloh atau diduga berasal dari tindak pidana; atau b. Kekayaan tidak
wajar yang dipersamakan dengan aset tindak pidana.
Dalam kasus korupsi, setiap tahunnya mengalami peningkatan seperti
yang terjadi di kota Padang pada tahun 2019 kasus korupsi sebanyak 5 kasus
sedangkan pada tahun 2020 sebanyak 9 kasus. Dalam eksekusi perampasan aset
Jaksa mempunyai peran sebagai Jaksa Eksekutor yang bertindak sebagai
pelaksana putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap. Akan
tetapi pada kasus korupsi di kota Padang, jaksa mengalami kendala dalam
melakukan eksekusi perampasan aset seperti, administrasi yang belum tertata
dengan baik, lamanya waktu yang dibutuhkan dalam penghitungan aset, dan
dalam pelaksanaan proses lelang. Sehingga dapat menghambat proses eksekusi
perampasan aset oleh jaksa eksekutor.
Berikut beberapa contoh kasus tindak pidana korupsi yang asetnya
dirampas untuk negara, yaitu: Muhammad Nazaruddin Muhammad Nazaruddin
merupakan mantan bendum partai demokrat. Dia terbukti secara sah melakukan
tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang dalam kasus suap wisma
atlet. Nazaruddin dihukum 6 tahun dan denda Rp.1 miliar subsidair 1 tahun
penjara. Pada kasus ini hakim juga memutuskan untuk merampas harta
Nazaruddin untuk negara dengan total sekitar Rp.500-an miliar.
Berikut beberapa daftar harta yang dirampas, yaitu:
a. Saham di berbagai perusahaan bernilai ratusan miliar rupiah
b. Rumah di Jalan Pejaten Barat seluas 127 m2
c. Tanah dan bangunan kantor di Warung Bencit, Jakarta Selatan
d. Perkebunan di Riau senilai Rp.90 miliar
e. Puluhan rekening bank yang berisi uang ratusan miliar
f. Mobil Vellfire
g. Ruko di Riau
h. Puluhan rekening bank yang berisi uang ratusan miliar rupiah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia
tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam
tiap orde yang datang silih berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit
korupsi.
Apabila disederhanakan penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab
korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor
penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internal
terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu,
aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial
seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup.
Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapatan
atau gaji tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas
politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek
managemen & organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi,
aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundangundangan dan
lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau
masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi

B. Saran
Korupsi akan terus berlangsung selama masih terdapat kesalahan
tentang cara memandang kekayaan. Semakin banyak orang salah dalam
memandang kekayaan, semakin besar pula kemungkinan orang melakukan
kesalahan dalam mengakses kekayaan.Semoga kita termasuk dalam orang
yang salah memandang kekayaan

DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-Putra, H.S. (2003), Jurnal Wacana : Korupsi di Indonesia : Budaya atau
Politik Makna? Yogyakarta : Insist Press

Angha, Nader (2002), Teori I Kepemimpinan berdasarkan Kecerdasan Spiritual,


Jakarta : Serambi

Ardyanto, Donny (2002), Korupsi di Sektor Pelayanan Publik dalam Basyaib, H.,
dkk. (ed.) (2002), Mencuri Uang Rakyat : 16 kajian Korupsi di Indonesia,
Buku 2, Jakarta : Yayasan Aksara dan Patnership for Good Governance
Reform

Baswir Revrisond (1993), Ekonomi, Manusia dan Etika, Kumpulan Esai-Esai


Terpilih, Yogyakarta : BPFE Basyaib, H., Holloway R., dan Makarim NA.
(ed.) (2002), Mencuri Uang Rakyat : 16 kajian Korupsi di Indonesia, Buku
3, Jakarta : Yayasan Aksara dan Patnership for Good Governance Reform

Bibit Samad Rianto (2009), Undang-undang Pengadilan Tipikor dan Eksistensi


Komisi Pemberantasan Korupsi, dalam Amir Syarifudin, dkk ( Penyunting)
Bunga Rampai Potret Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta: Komisi
Yudisial, Republik Indonesia. Faktor Penyebab Korupsi

Bernardi R.A. (1994), Fraud Detection: The Effect of Client Integrity and
Competence and Auditor Cognitive Style, Auditing: A Journal of Practice
and Theory 13 (Supplement)
De Asis, Maria Gonzales (2000), Coalition-Building to Fight Corruption, Paper
Prepared for the Anti-Corruption Summit, World Bank Institute.
Guy J. Pauker (1980), Indonesia 1979: The Record of Three Decades
(Asia
Survay Vol XX No. 2)

Hamzah, Andi (1991), Korupsi di Indonesia: Masalah dan Pemecahannya Jakarta:


PT Gramedia, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Handoyo, Eko (2009) Pendidikan Anti Korupsi, Semarang: Widyakarya Press

Anda mungkin juga menyukai