TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nyalah
makalah “Dampak Masif Korupsi Terhadap Eksistensi Bangsa dan Negara di Bidang
Politik dan Demokrasi” dapat tersusun tepat waktu.
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada seluruh teman-teman
yang telah membantu dalam menyiapkan data yang diperlukan dan pihak-pihak lainya
atas kerjasamanya dalam rangka penyusunan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi memiliki dampak yang merusak terhadap eksistensi bangsa dan
negara dalam bidang politik dan demokrasi. Ini dapat menyebabkan terkikisnya
kepercayaan masyarakat pada pemerintah, merugikan pembangunan ekonomi,
serta mengancam prinsip-prinsip demokrasi dengan menghambat partisipasi
publik yang adil dan transparan.
Saat ini, tindak pidanakorupsi bukan hal yang asing lagi ditelinga
masayarakat Indonesia.Layaknya nasi yang menjadi makanan pokok sehari-hari,
korupsi kini telahmenjadi berita yang mungkin setiap hari kita konsumsi.
Maraknya korupsiyang dilakukan koruptor-koruptor Indonesia mungkin seakan
menjaditradisi turun-temurun atau bahkan mendarah daging.
Yang kedua dampak terhadap penegakan hukum, hal yang terjadi dari
dampak tersebut adalah fungsi pemerintahan yang mandul, dan hilangnya
kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara. Dampak yang ketiga adalah
dampak terhadap ketahanan dan keamanan, hal yang berpengaruh terhadap
dampak tersebut yakni kerawanan hankamnas karena lemahnya alusista dan
SDM, lemahnya garis batas negara, dan menguatnya sisi kekerasan pada
masyarakat. Dan dampak masif korupsi yang terakhir adalah dampak pada
kerusakan lingkungan. Hal yang terpengaruh pada lingkungan atas tindakan
korupsi adalah menurunnya kualitas lingkungan, dan menurunnya kualitas hidup.
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi sesungguhnya sudah lama ada terutama sejak
manusia pertama kali mengenal tata kelola administrasi.Pada kebanyakan kasus
korupsi yang dipublikasikan media, seringkali perbuatan korupsi tidak lepas dari
kekuasaan, birokrasi, ataupun pemerintahan. Korupsi juga sering dikaitkan
pemaknaannya dengan politik.
Istilah korupsi berasal dari Bahasa Latin yaitu "corrupt" atau "corruption".
Istilah tersebut kemudian dikenal di berbagai Bahasa Eropa, seperti dalam
Bahasa Perancis disebut "corruption" dan dalam Bahasa Belanda disebut
"corruptie". Istilah korupsi juga telah diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia.
Secara harfiah, kata "korupsi" dapat diartikan sebagai perbuatan kebusukan,
keburukan, kejahatan, ketidakjujuran, penyimpangan dari kesucian, kata-kata
yang bernada meremehkan atau fitnah, dan suap. Dalam Bahasa Indonesia,
istilah "korupsi" mengacu pada perbuatan-perbuatan tercela seperti penggelapan
penerimaan uang, suap, dan tindakan-tindakan lain yang tidak jujur. Definisi
korupsi juga telah dijelaskan dalam Perbendaharaan Bahasa Indonesia sebagai
kecurangan dalam menjalankan tugas-tugas sebagai pejabat, dalam kamus
besar bahasa Indonesia korupsi merupakan patalogis sosial yang sampai
sekarang diupayakan pemberantasannya karena patalogi korupsi ini merupakan
segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. (Anisah, SA.,dkk. Jurnal Anti
Korupsi, Vol.3:1, hal 32-45)
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut:
sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut
jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam
jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan
penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan
jabatan. Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang
dimaksud corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, perbuatan curang, tindak
pidana yang merugikan keuangan negara (Subekti dan Tjitrosoedibio : 1973).
Selanjutnya Baharudin Lopa mengutip pendapat David M.Chalmers,
menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yangmenyangkut
masalah penyuapan,yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi,
dan yang menyangkut bidang kepentingan umum. Hal ini diambil dari definisi
yang berbunyi “financial manipulations anddeliction injurious to the economy are
often labeled corrupt” (Evi Hartanti: 2008) (Nanang T Puspito, dkk.2011).
3. Menguatnya Plutokrasi
Korupsi yang sudah menyandera pemerintahan pada akhirnya
menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi (sistem politik yangdikuasai
oleh pemilik modal/kapitalis) karena sebagian orang atau perusahaan besar
melakukan ‘transaksi’ dengan pemerintah, sehingga pada suatu saat
merekalah yang mengendalikan dan menjadi penguasa di suatu negeri.
Perusahaan-perusahaan besar ternyata juga ada hubungannya dengan
partai-partai yang ada di kancah perpolitikan suatu negeri, bahkan beberapa
pengusaha besar menjadi ketua sebuah partai politik. Tak urung antara
kepentingan partai dengan kepentingan perusahaan menjadi sangat ambigu.
Perusahaan-perusahaan tersebut menguasai berbagai hidup orang banyak,
seperti; bahan bakar dan energi, bahan makanan dasar dan olahan,
transportasi, perumahan, keuangan dan perbankan, bahkan media masa
dimana pada saat ini setiap stasiun televisi dikuasai oleh organisasi tersebut.
Kondisi ini membuat informasi yang disebarluaskan selalu mempunyai
tendensi politik tertentu dan memecah belah rakyat karena begitu biasnya
informasi.
D. Contoh Kasus
"Terdakwa telah memberi uang dari Heryadi Angga Kusuma ke Pinangki Sirna
Malasari melalui Andi Irfan Jaya sebesar USD 500 ribu. Dan terbukti terdakwa
melalui saksi Tommy Sumardi telah memberikan uang ke Irjen Napoleon senilai
USD 370 ribu dan SGD 200 ribu, dan ke Brigjen Prasetijo USD 100 ribu.
Menimbang dengan rangkaian tersebut unsur memberi sesuatu telah terbukti
pada diri terdakwa," papar hakim anggota Joko Soebagyo.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Makalah ini adalah tugas mata kuliah anti korupsi, kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat dan harapannya agar makalah ini dapat
memberikan pemahaman bahaya korupsi dan menjadi salah satu upaya
memanamkan budaya anti korupsi sehingga akan muncul sikap anti korupsi
sekurang-kurangnya pada diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA