Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FAKTOR DAN TEORI PENYEBAB

KORUPSI

DOSEN PENGAJAR:

ARGA PRATAMA RAHARDIAN, S.T ., M.Si.

Oleh:

1. Amar Abdurrahman Hasan Elfadhl

2. Hanif Dwi Ammar

3. Nahda Nilna Mazaya

4. Lucky Mu’tamimah

5. Saddam Hamid Al Kiren


KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“MAKALAH TENTANG PENCEGAHAN KORUPSI DARI MASA KERAJAAN SAMPAI MASA
REFORMASI ”.

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua

Purwokerto, 09 - 10 – 2022

Tim Penyusun
Kata pengantar………………………………………………………………………………...

Daftar Isi.....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................................

B. Rumusan Masalah………....................................................................................................

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi…………………………………………………………………………..

B. Faktor Penyebab Korupsi ………………….……………………………..............................

C. Teori Penyebab Korupsi……………...……………………………………………………...

BAB III KESIMPULAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi adalah gejala masyarakat yang dapat dijumpai di hampir segala

tempat. Korupsi berasal dari kata latin “corruptio” atau “corruptus” yang berarti kerusakan,

keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, dan tidak bermoral kesucian. Kata

ini kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Perancis “Corruption” yang berarti

menyalahgunakan wewenangnya, untuk menguntungkan dirinya sendiri. Sementara menurut

kamus lengkap Web Ster’s Third New International Dictionary, pengertian korupsi adalah

ajakan (dari seorang pejabat politik) dengan pertimbangan-pertimbangan yang tidak

semestinya (misalnya suap) untuk melakukan pelanggaran tugas.

Mengutip kppu.go.id, menurut perspektif hukum pengertian korupsi secara gamblang

telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan

UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis tindak

pidana korupsi. Pasalpasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang

bisa dikenakan sanksi pidana karena korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi

tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Kerugian keuangan negara, Suap-menyuap, Penggelapan dalam jabatan, Pemerasan,

Perbuatan curang, Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan Gratifikasi.


B.   Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang ditinjau antara
lain :
1. Faktor Penyebab Korupsi
2. Teori Penyebab Korupsi

C .   Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk menjawab
permasalahan yang
ada, antara lain :
1. Dapat mengetahui Faktor penyebab korupsi
2. Dapat Mengetahui Teori Mengenani korupsi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KORUPSI
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik
politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara
tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada
mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi
untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan rentan korupsi dalam
praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak
jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti
penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam
hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting
untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan.

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang
dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu
tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.
B. Faktor Penyebab Korupsi

Faktor Politik

1. Adanya Money Politic merupakan tingkah laku negatif karena uang digunakan untuk
membeli suara atau menyogok para pemilih atau anggota-anggota partai politik supaya
memenangkan si pemberi uang.

2. Praktik politik uang pada saat ini masih sering kali terjadi hal ini disebabkan karena
belum adanya undang-undang yang mengatur secara tegas dalam pelaksanaan
kampanye.

3. Pada dasarnya ketika terjadi adanya indikasi politik uang, pihak penegak hukum
tampaknya ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Hal tersebut menandakan bahwa
hukum yang berlaku di Indonesia masih lemah

4. Korupsi yang berkaitan dengan politik sering disebut dengan korupsi politik. Dalam
pandangan De Asis (2000), korupsi politik misalnya money politik dalam pemilihan
anggota legislatif dan pejabat eksekutif, dan illegal untuk pembiayaan kampanye,
penyelesaian konflik permanen melalui cara-cara illegal dan teknik lobi yang
menyimpang

Faktor Hukum

1. Faktor hukum menjadi penyebab korupsi, dikarenakan banyak produk hukum yang tidak jelas
aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecenderungan aturan hukum dibuat untuk
menguntungkan pihak-pihak tertentu meskipun orang awam tidak bias merlihatnya.
2. Selain itu, sanksi yang tidak ekuivalen dengan perbuatan yang dilarang, sehingga tidak tepat
sasaran dan dirasa terlalu ringan atau terlalu berat.

Susila (dalam Hamzah, 2004), tindakan korupsi itu mudah timbul karena ada kelemahan dalam
perundang-undangan yang mencakupi :

1). Adanya peraturan perundang-undangan yang bermuatan kepentingan pihak-pihak


tertentu.

2). Kualitas peraturan perundang-undangan kurang memadai.

3). Peraturan kurang disosialisasikan

4). Sanksi terlalu ringan

5). Penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandang bulu.


6). Lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan perundang-undangan.

3. Lemahnya penegakan hukum, rendahnya mental aparatur, rendahnya kesadaran masyarakat,


serta kurangnya political will pemerintah, menurut Saleh (2006) juga menjadi pemicu
terjadinya korupsi.
4. Dalam aspek hukum, pnelitian Ezung (2012) juga memberikan kesimpulan yang tidak jah
berbeda, bahwa terjadinya korupsi disebabkan oleh lemahnya penegakan hukum.

Faktor Ekonomi
1. Faktor ekonomi berkaitan erat dengan factor birokrasi yang diterapkan di Indoensia.
Dimana dalam suasana demikian kebijakan ekonomi pemerintah diimplementasikan,
dikembangkan dan dimonitor dengan cara yang tidak partisipatif, tidak transparan dan
tidak akuntabel.
2. Dalam realitanya juga menunjukan bhwa korupsi tidak hanya dilakukan oleh orang
yang ekonominya pas-pasan untuk bertahan hidup, tetapi saat ini korupsi juga
dilakukan oleh orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi.
3. Rendahnya pendapatan dan gaji teidak serta merta mendorong orang untuk melakukan
korupsi. Banyaknya pemimpin nasional dan daerah, serta para anggota legislatif di
tingkat nasional dan di level daerah yang dipidana, karena telah terbukti secara sah
melakukan tindak pidana korupsi. Mereka korupsi tidak karena kekurangan atau untuk
mmenuhi kebutuhan yang kurang. Mereka melakukan korupsi karena mental buruk,
tidak bermoral sehingga berjiwa serakah untuk mengambil harta Negara guna
menambah pundi-pundi kekayaan

Faktor Transnasional
1. Faktor transnasional amat terkait dengan perkembangan hubungan ekonomi lintas
Negara yanga tidak jarang menambah lahan sumber bagi tumbuhnya korupsi
dikalangan birokrasi pemerintahan.

2. Korupsi mudah terjadi, karena perusahaan-perusahaan asing (transnasional) dapat


beroperasi di suatu Negara tanpa harus masuk ke lini birokrasi pusat. Mereka bias
masuk ke lini birokrasi pemerintah daerah dengan cara memberi uang pelican agar
dapat berinvestasi di daerah.

3. Korupsi berlangsung bagai simbiosis mutualisme, di mana pengusaha asing memiliki


uang yang dapat digunakan untuk menyogok pejabat agar memperoleh izin untuk
melakukan usaha di daerah, sedangkan elit daerah mempunyai otoritas untuk
memutuskan.

4. Dalam sebuah organisasi, korupsi biasa terjadi, akan memberi andil terjadinya
korupsi, karena membuka peluang atau kesempatan untuk berlangsungnya korupsi
(Tunggal, 2000).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi, yaitu:
a. Kurangnya ketauladanan dari pemimpin
b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar
c.Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
d. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya

C.  Teori Penyebab Korupsi


Mencari akar penyebab terjadinya korupsi dapat ditelusuri dengan memahami sejumlah teori
yang terkait dengannya.

A. Teori Means-ends scheme yang diperkenalkan oleh Robert


Merton.
Korupsi merupakan suatu perilaku manusia yang diakibatkan oleh tekanaan social,
sehingga menyebabkan pelanggaran norma.

B. Teori Partikularisme
Korupsi merupakan ekspresi dan partikularisme. Sikap partikularisme merupakan
suatu perasaan kewajiban untuk membantu dan membagi-bagi sumber kepada pribadi-pribadi
yang dekat dengan seseroang.

C. Teori Banefeld
Dengan lahirnya Kalvinisme (suatu aliran prostestantisme), nilai-nilai komunitarian
tersebut menghilang dan diganti oleh sifat mementingkan diri sendiri, sehingga kondusif bagi
akumulasi Kapital. Teori ini menekankan pada konsep amoral familism, yaitu bdaya yang
kurang mengandung nilai-nilai komunitarian, tetapi sangat memperkuat hubungan keluarga.

Syed Hussein Alatas, mengungkapkan faktor-faktor penyebab korupsi yaitu:

A. ketiadaaan atau kelemahan kepemimpinaan


B. kelemahan pengajaran agama-agama dan etika
C. kolonialisme
D. kurangnya pendidikan
E. kemiskinaan
F. tiadanya tindakan hukum yang keras
G. kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku antikorupsi
H. struktur pemerintahan,dan
I. perubahan radikal
Menurut Amir Santoso, Terdapat lima pandangan yang dapat menjelaskan
mengapa korupsi di Indonesia sukar diberantas.

1. Kurang adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah, para tokoh


pemerintahan dan DPR untuk memberantas korupsi.

2. Praktik korupsi di Indonesia terjadi secara sistematik melalui pemanfaatan


kelemahaan dalam system administrasi Negara beserta aturan-aturannya.

3. Masalah Budaya.

4. Akibat dari tidak mencukupinya gaji pegawai negeri yang berlangsung lama.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan denga gaji yang pas-pasan, PNS terpaksa
menyalahgunakan wewenang.

5. Sejak reformasi bergulir tahun 1998, korupsi bukannya berkurang tetapi makin
meningkat dari segi jumlah pelaku dan jumlah uang yang di korupsi.
BAB III
KESIMPULAN

Korupsi adalah suatu tindak perdana yang


memperkaya diri yang secara langsung merugikan
negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur
dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek Aspek
yang memperkaya diri dengan menggunakan
kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara
untuk kepentingannya.
Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan
dan kelemahan pemimpin, kelemahan pengajaran
dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya
pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman
yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur
untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya
manusia, serta struktur ekonomi. Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk,
sifat dan tujuan Dampak korupsi dapat terjadi di
berbagai

Anda mungkin juga menyukai