BAB I
BAB II KATA PENGANTAR
BAB III DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Dalam konteks hukum pidana, tidak semua tipe korupsi yang kita
kenal tersebut dikualifikasikan sebagai perbuatan pidana. Oleh Karena itu,
perbuatan apa saja yang dinyatakan sebagai korupsi, kita harus merujuk pada
Undang-Undang pemberantasan korupsi.
Menurut Shed Husein Alatas, ciri-ciri korupsi antara lain sebagai berikut:
1. Pelaku (subjek), sesuai dengan Pasal 2 ayat (1). Unsur ini dapat
dihubungkan dengan Pasal 20 ayat (1) sampai (7), yaitu:
2. Dalam hal tindak pidana korupsi oleh atau atas suatu korporasi, maka
tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan
atau pengurusnya.
3. Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana
tersebut dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja
maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi
tersebut baik sendiri maupun bersama-sama.
4. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi, maka
korporasi tersebut diwakili oleh pengurus.
5. Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
dapat diwakili orang lain.
6. Hakim dapat memerintah supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di
pengadilan dan dapat pula memerintah supaya pengurus tersebut dibawa
ke sidang pengadilan.
7. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan
untuk menghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan
kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus
berkantor.
8. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana
denda dengan ketentuan maksimum pidana ditambah 1/3 (satu pertiga).
9. Melawan hukum baik formil maupun materil.
10. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi.
11. Dapat merugikan keuangan atau perekonomian Negara.
12. Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
Ironisnya, korupsi juga merupakan hasil dari kemiskinan. Rasuah justru banyak
terjadi di negara-negara miskin dan berkembang, seperti tercatat pada Indeks
Persepsi Korupsi atau IPK. Di negara-negara ini, upah pegawai negeri dan aparat
penegak hukum sangat rendah sehingga memaksa mereka menerima suap. Proses
demokrasi di negara-negara miskin juga lemah, kerap diwarnai dengan money
politic. Akhirnya, orang-orang yang duduk di pemerintahan adalah politisi korup
yang menggunakan kuasa untuk kepentingan pribadi.
Upaya pencegahan preventif dan represif agar tindak korupsi tidak lagi terjadi
adalah meminimalisasi faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya korupsi
dan mempercepat proses penindakan terhadap pelaku tindak korupsi. Strategi
Preventif Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk
meminimalisasi penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi.
Upaya preventif dapat dilakukan dengan: Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat
atau DPR. Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.
Membangun kode etik di sektor publik. Membangun kode etik di sektor partai
politik, organisasi profesi, dan asosiasi bisnis. Meneliti lebih jauh sebab-sebab
perbuatan korupsi secara berkelanjutan. Penyempurnaan manajemen sumber daya
manusia atau SDM dan peningkatan kesejahteraan pegawai negeri. Mewajibkan
pembuatan perencanaan strategis dan laporan akuntabilitas kinerja bagi instansi
pemerintah. Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.
Penyempurnaan manajemen barang kekayaan milik negara atau BKMN.
Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Kampanye untuk
menciptakan nilai atau value secara nasional. Strategi Detektif Upaya detektif
adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya kasus-kasus korupsi
dengan cepat, tepat, dan biaya murah. Sehingga dapat segera ditindaklanjuti.
Berikut upaya detektif pencegahan korupsi: Perbaikan sistem dan tindak lanjut
atas pengaduan dari masyarakat. Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi
keuangan tertentu. Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi
publik. Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
kancah internasional. Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional
Pemerintah ata APFP dalam mendeteksi tindak pidana korupsi. Baca juga:
Kejagung Akan Lakukan Penyidikan Dugaan Korupsi Fasilitas Ekspor Minyak
Goreng Bulan Depan Strategi Represif Upaya represif adalah usaha yang
diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah diidentifikasi dapat diproses
dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah. Sehingga para pelakunya dapat
segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Upaya
represif dalam mencegah tindak pidana korupsi adalah: Penguatan kapasitas badan
atau komisi anti korupsi. Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman
koruptor besar dengan efek jera. Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi
yang diprioritaskan untuk diberantas. Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik.
Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam sistem
peradilan pidana secara terus menerus. Pemberlakuan sistem pemantauan proses
penanganan tindak korupsi secara terpadu. Publikasi kasus-kasus tindak pidana
korupsi beserta analisisnya. Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja
antara tugas penyidik tindak pidana korupsi dengan penyidik umum, penyidik
pegawai negeri sipil atau PPNS, dan penuntut umum.