NPM : 22010261
Kelas : BA
Jawaban:
1. Korupsi dapat timbul dan berkembang secara masif dalam suatu negara karena
berbagai faktor, diantaranya :
a) Kurangnya sistem regulasi yang kuat dan sanksi yang berkesan bagi pelaku
korupsi.
b) Rendahnya tingkat kesadaran hukum dan kesadaran moral masyarakat terhadap
korupsi.
c) Kekuasaan yang tidak terbatas dari aparat pemerintah dan/atau elit politik.
d) Sistem politik yang tidak demokratis yang memungkinkan penguasa untuk
memperoleh keuntungan pribadi dengan memanfaatkan posisi mereka.
e) Pendapatan yang rendah dan lapangan kerja yang terbatas, sehingga membuat
masyarakat lebih rentan terhadap tekanan ekonomi.
f) Penyalahgunaan dana publik dan sistem pengelolaan keuangan yang tidak
transparan.
g) Pendidikan yang kurang, sehingga masyarakat tidak memiliki kemampuan dan
kesadaran untuk mengawasi pemerintah dan mengajukan tuntutan.
h) Kebiasaan masyarakat yang menganggap korupsi sebagai hal yang biasa.
3. Korporasi besar adalah perusahaan atau organisasi yang memiliki aset yang cukup
besar dan mempekerjakan jumlah karyawan yang cukup banyak. Dalam konteks
pemberantasan korupsi, korporasi besar dapat melakukan korupsi dengan cara
menyuap aparat pemerintah atau memperoleh keuntungan dengan cara yang tidak etis.
Pemerintah adalah pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola negara
dan menyelenggarakan pemerintahan. Dalam konteks pemberantasan korupsi,
pemerintah dapat melakukan korupsi dengan cara menyuap atau menerima suap dari
korporasi besar atau individu lain.
Perbankan dan lembaga keuangan dunia adalah institusi yang bertanggung
jawab dalam mengelola uang dan menyediakan layanan keuangan kepada masyarakat.
Dalam konteks pemberantasan korupsi, perbankan dan lembaga keuangan dunia dapat
terlibat dalam tindakan korupsi dengan cara melakukan transaksi yang tidak etis atau
menyuap aparat pemerintah.
Feodalisme: Adanya sistem feudal yang kuat dapat membuat korupsi lebih
mudah terjadi karena adanya hubungan kekerabatan dan jaringan sosial yang
kuat antara para elit yang memegang kekuasaan.
Tidak adanya transparansi: Jika informasi tentang proses pengambilan
keputusan dan alokasi sumber daya tidak dapat diakses oleh masyarakat umum,
maka akan lebih mudah bagi para pelaku korupsi untuk melakukan tindakan
korupsi.
Kampanye politik yang mahal: Biaya yang dikeluarkan untuk berpartisipasi
dalam kampanye politik yang tinggi dapat membuat para pemimpin politik lebih
rentan untuk menerima dukungan dari para pelaku korupsi.
Proyek yang melibatkan uang jumlah besar: Proyek besar yang melibatkan
jumlah uang yang besar dapat menjadi daya tarik bagi para pelaku korupsi untuk
mengambil keuntungan dari proyek tersebut.
Nepotisme dan kolusi: Adanya nepotisme dan kolusi dapat menyebabkan para
pemegang kekuasaan untuk memperlakukan proyek dan sumber daya negara
secara tidak adil dan tidak bertanggung jawab.
Lemahnya ketertiban hukum: Lemahnya ketertiban hukum dapat membuat para
pelaku korupsi merasa aman dari hukuman dan lebih berani untuk melakukan
tindakan korupsi.
Lemahnya profesi hukum: Lemahnya profesionalisme dari para pengacara dan
hakim dapat membuat para pelaku korupsi merasa aman dari hukuman dan lebih
berani untuk melakukan tindakan korupsi.
Distorsi kebebasan media massa: Jika kebebasan media massa dikendalikan atau
distorsi oleh pihak tertentu, maka korupsi dapat dijalankan dengan tidak
diketahui publik
Gaji tak mencukupi: Bila upah atau gaji buruh tidak mencukupi, maka terdapat
kecenderungan melakukan korupsi, demi meningkatkan pendapatan
Rakyat cuek: Kondisi masyarakat tidak peduli dengan korupsi yang terjadi di
sekitarnya
5. Ragam korupsi merujuk pada berbagai bentuk atau jenis dari tindakan korupsi yang
dapat terjadi. Beberapa contoh ragam korupsi meliputi:
Korupsi transaktif
Adalah Kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan penerima demi
keuntungan kedua pihak. Biasanya melibatkan dunia usaha dan pemerintah
Korupsi memeras.
Dimana Pihak pemberi dipaksa menyuap untuk kepentingan pribadi atau orang
lain dan hal-hal yang dihargai.
Korupsi investif
Korupsi kekerabatan
Adalah Penunjukkan yang tidak sah terhadap teman dan sanak saudara untuk
memegang jabatan dalam pemerintahan (nepotisme) atau tindakan memberikan
perlakuan utama karena uang atau bentuk lain (kolusi) bertentangan dengan
norma dan peraturan yang berlaku.
Korupsi difensif
Korupsi otogenik
Korupsi otogenik adalah jenis korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat
mendapatkan keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam
atau sering disebut insider information. orupsi otogenik juga digolongkan
sebagai korupsi yang sering dilakukan seorang diri. Korupsi otogenik tidak
melibatkan orang lain dan pelakuanya hanya seorang saja.
Korupsi dukungan
Adalah korupsi yang dilakukan untuk melindungi dan memperkuat korupsi yang
sudah ada. Korupsi jenis ini tidak secara langsung menyangkut uang atau
imbalan dalam bentuk lain. Korupsi dukungan sering juga disebut
korupsi suportif.
6. Berikut beberapa jenis korupsi: merugikan negara, penyuapan, penggelapan,
pemerasan, perbuatan curang, pengadaan (konflik kepentingan), dan gratifikasi