Anda di halaman 1dari 5

Nama : M Fikron Dzikriansyah

NIM : 1602036146

SIKAP ANTI KORUPSI BERKAITAN DENGAN PENDIDIKAN PANCASILA

A. Pendahuluan
Korupsi telah menjadi perhatian semua pihak pada saat ini. Bentuk-bentuk dan
perwujudan korupsi jauh lebih banyak daripada kemampuan untuk melukiskannya. Iklim
yang diciptakan oleh korupsi menguntungkan bagi tumbuh suburnya berbagai kejahatan.
Korupsi pun menjadi permasalahan yang sungguh serius dinegeri ini. Kasus
korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Berkembang dengan pesat, meluas
dimana–mana, dan terjadi secara sistematis dengan rekayasa yang canggih dan
memanfaatkan teknologi modern. Kasus terjadinya korupsi dari hari kehari kian marak.
Hampir setiap hari berita tentang korupsi menghiasi berbagai media. Bahkan Korupsi
dianggap biasa dan dimaklumi banyak orang sehingga masyarakat sulit membedakan
nama perbuatan korup dan mana perbuatan yang tidak korup. Meskipun sudah ada komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dan beberapa instansi antikorupsi lainnya, faktanya negeri
ini menduduki rangking teratas sebagai negara terkorup di dunia.
Generasi sekarang memang masih mengalaminya (korupsi), tetapi generasi yang
akan datang, semoga dikabulkan Tuhan dengan kerja keras semuanya, hanya akan
melihat kejahatan korupsi, kemiskinan dan ketimpangan sosial pada deretan diorama di
Museum Nasional. Harapan segenap bangsa ini adalah dimana korupsi tidak akan terjadi
lagi digenerasi berikutnya. Lain sisi, penindakan korupsi sekarang ini belum cukup dan
belum mencapai sasaran, hingga pemberantasan korupsi perlu ditambah dengan berbagai
upaya di bidang pencegahan dan pendidikan.
B. Pembahasan
Syed Hussein Alatas merumuskan pengertian minimalis. Menurut Alatas,
“corruption is the abuseof trust in the interest of private gain,” yaitu penyalahgunaan
amanah untuk kepentingan pribadi. Alatas kemudian mengembangkan beberapa tipologi
korupsi: Pertama, “korupsi transaktif”, yakni korupsi yang terjadi atas kesepakatan di
antara seorang donor dan resipien untuk keuntungan kedua belah pihak. Kedua, “korupsi
ekstortif”, yang melibatkan penekanan dan pemaksaan untuk menghindari bahaya bagi
mereka yang terlibat atau orang-orang yang dekat dengan pelaku korupsi. Ketiga,
“korupsi investif”, yakni korupsi yang bermula dari tawaran atau iming-iming, sebagai
“investasi” untuk keuntungan di masa datang. Keempat, “korupsi nepotistik”, yakni
korupsi yang terjadi karenaperlakuankhususbaikdalampengangkatan pada kantor publik
mau-pun pemberian proyek-proyek bagi keluarga dekat. Kelima, “korupsiotogenik”,
yakni korupsi yang terjadi ketika seorang individu pejabat mendapat keuntungan karena
memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insider’s information) tentang berbagai
kebijakan publik yang semestinya diarahasiakan. Keenam, “korupsi suportif”, yakni
perlindungan atau penguatan korupsi yang terjadi melalui intrik kekuasaan dan bahkan
kekerasan.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam
praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harfiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Beberapa alasan yang menjadi penyebab terjadinya korupsi di Indonesia antara
lain:
- Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah.
- Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab
langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan
demokratik.
- Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
- Kampanye-kampanye politik yang mahal dengan pengeluaran lebih besar dari
pendanaan politik yang normal.
- Lemahnya ketertiban hukum.
- Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".
- Lemahnya profesi hukum.
- Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.

Sedangkan dampak yang ditimbulkan oleh korupsi antara lain:


- Demokrasi
Korupsi merupakan tantangan serius bagi pembangunan. Di dunia politik, korupsi
menghambat demokrasi dan pemerintahan yang baik dengan menghancurkan proses
formal. Pemilu dan korupsi legislatif mengurangi akuntabilitas dan keterwakilan
dalam pembuatan kebijakan. Korupsi sistem pengadilan merusak supremasi hukum.
Korupsi pada perayaan-perayaan publik menyebabkan ketidakseimbangan dalam
pelayanan publik. Secara umum, korupsi melemahkan kapasitas kelembagaan
pemerintah, mengabaikan prosedur, menyia-nyiakan sumber daya, dan tidak
mengangkat atau mempromosikan pejabat. Pada saat yang sama, korupsi
menghambat legitimasi pemerintahan dan nilai-nilai demokrasi seperti kepercayaan
dan toleransi.
- Ekonomi
Korupsi menciptakan distorsi di sektor publik dengan mengalihkan investasi
publik ke proyek-proyek masyarakat di mana suap dan upah lebih mudah tersedia.
Pihak berwenang meningkatkan kompleksitas proyek masyarakat untuk
menyembunyikan korupsi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan lebih banyak
kebingungan. Korupsi juga mengurangi keselamatan bangunan, lingkungan, atau
kepatuhan terhadap persyaratan peraturan lainnya. Korupsi juga menurunkan kualitas
layanan dan infrastruktur pemerintah. Meningkatkan tekanan pada anggaran negara.
- Kesejahteraan Umum Negara
Korupsi politik ada di banyak negara dan merupakan ancaman besar bagi mereka.
Korupsi politik berarti bahwa warga negara dari kebijakan pemerintah sering
mendapat keuntungan dari suap, bukan masyarakat umum. Contoh lain adalah
bagaimana politisi membuat peraturan yang melindungi bisnis besar tetapi merugikan
usaha kecil dan menengah (UKM). Politisi "profesional" ini hanya melakukan
perjalanan pulang pergi ke perusahaan besar yang memberikan kontribusi signifikan
untuk kampanye. Ditemukan beberapa metode yang ditentukan oleh Syariat Islam.
- Pertama, sistem penggajian yang layak. Aparat pemerintah harus bekerja dengan
sebaik - baiknya. Dan itu sulit berjalan dengan baik apabila gaji mereka tidak
mencukupi, karena para birokrat juga manusia biasa.
- Kedua, larangan menerima suap dan hadiah. Hadiah dan suap yang diberikan
kepada aparatur pemerintah pasti mengandung maksud tertentu, karena buat apa
seseorang memberikan sesuatu kalau tidak ada maksud tertentu.
- Ketiga, perhitungan kekayaan. Orang yang melakukan korupsi tentu kekayaannya
akan bertambah dengan cepat. Meski tidak selalu orang yang cepat kaya itu
melakukan tindakan korupsi. Bisa saja dia mendapatkan kekayaan itu dari
warisan, keberhasilan bisnis atau dengan cara lain.
- Keempat, teladan pemimpin. Pemberantasan korupsi hanya akan bisa dilakukan
jika para pemimpin, terlebih pemimpin tertinggi, dalam sebuah Negara bersih dari
korupsi. Dengan takwa, seorang pemimpin melakukan tugasnya dangan penuh
amanah.
- Kelima, hukuman yang setimpal. Pada dasarnya, orang akan takut menerima
resiko yang akan mencelakakan dirinya, termasuk bila ditetapkan hukuman
setimpal bagi para koruptor. Berfungsi sebagai pencegah, hukuman setimpal atas
koruptor membuat orang jera dan kapok melakukan korupsi.
- Keenam, Pengawasan Masyarakat. Masyarakat dapat berperan menyuburkan atau
menghilangkan korupsi.

Dari point-point tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemberantasan korupsi


harus melibatkan semua pilar masyarakat. Pilar masyarakat adalah manusia
(individu), budaya (yaitu berupa persepsi baik pemikiran maupun perasaan kolektif),
dan sistem aturan yang berlaku. Karena itu, korupsi akan lebih efektif diberantas bila
pada tiga pilar tersebut dilakukan langkah-langkah yang terpadu.

C. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah


perilaku individu yang menggunakannya wewenang dan kekuasaan untuk
mendapatkan keuntungan individu atau kelompok. Itu sangat merugikan kepentingan
umum dan sangat bertentangan dengan standar yang berlaku. Bentuk korupsi yang
muncul adalah fraud Pendanaan negara atau keuangan yang dapat merugikan orang
seperti skandal Bank Century, BNI, BRI dan lainnya. Korupsi juga masuk ke Kas
Negara, Agama dan Korupsi Korupsi terjadi di tingkat lokal. Korupsi bagaikan virus
yang menyerang kekebalan tubuh manusia dan harus diberantas keberadaannya.

Saran yang dapat disampaikan dalam makalah ini adalah: Pemerintah harus
mengerahkan kontrol lebih lanjut atas lembaga-lembaga yang ada dan lebih
menekankan pada kemandirian, kemudian melibatkan masyarakat mengontrol operasi
pemerintah, yang dapat diwakili dengan membuat grup atau organisasi independen
yang anggotanya berasal dari masyarakat, aktivis dan mahasiswa.

Pemerintah juga harus menegakkan hukum secara konsisten dan sesuai dengan
tingkat kejahatan diterapkan oleh aktor dan pemerintah juga harus diterapkan secara
independen tidak memihak dan tidak melakukannya sembarangan. Tidak hanya itu,
pemerintah juga harus melihat ke masa depan agar sifat-sifat sesat ini tidak
diturunkan ke anak cucu, maka mari kita bentuk kepribadian bangsa sekarang juga
menjadi jiwa yang baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu, baik secara etis
maupun perilaku. Tentu saja dengan pendidikan dan contoh bukan oleh pemimpin
yang menjadi ujung tombak sebagai cerminan pemerintahan bagi generasi
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai