Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PEND.

ANTI KORUPSI

“PENYEBAB DAN MOTIVASI KORUPSI “


Dosen Pengampu : FAUDI, SE., M.H

Disusun Oleh :
Agus Mariyono
Lifa Ayuandira
Siti Fadiyah Amalina

Disusun Oleh :

Ferdi Irawan
Wildani

YAYASAN PONDOK PESANTREN AL- HIDAYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU KEISLAMAN ( STIKA ) AL-HIDAYAH
ARJASA KANGEAN SUMENEP
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu! Puji syukur kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “PENYEBAB DAN MOTIVASI KORUPSI “ ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas FAUDI, SE., M.H pada mata kuliah Pend. Anti Korupsi. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Penyebab Dan Motivasi Korupsi
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada FAUDI, SE., M.H, selaku Dosen


Pengampu Pend. Anti Korupsi  yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Arjasa , 06 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi ......................................................................... 3
B. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi ...................................................... 3
1. Faktor Politik .............................................................................. 4
2. Faktor Hukum .............................................................................5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................18
B. Saran ...........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan korupsi yang melanda negeri ini bagaikan sebuah penyakit yang
tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh
media seolah-olah merepresentasikan jati diri bangsa yang dapat dilihat dari budaya
korupsi yang telah menjadi hal yang biasa bagi semua kalangan, mulai dari bawah
hingga kaum elite.
Korupsi sebagai “masalah keserakahan elite” yang telah mencoreng citra Bangsa
di mata internasional. Sangatlah wajar apabila kampanye anti keserakahan dijadikan
sebagai salah satu upaya memberantas korupsi. Banyak faktor penyebab terjadinya
korupsi, namun faktor tersebut berpusat pada satu hal yakni “toleransi terhadap
korupsi”. Kita lebih banyak wicara dan upacara ketimbang aksi.
Mencermati faktor penyebab korupsi sangat tepat sebagai langkah awal
bergerak menuju pemberantasan korupsi yang riil. Korupsi di tanah negeri, ibarat
“warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan
hukum yang berlaku dalam tiap orde yang datang silih berganti. Hampir semua segi
kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan,  penyebab korupsi meliputi dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab
korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor penyebab
terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar.
Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran,
rasa malu, aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial
seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk  berperilaku korup. Faktor
eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapatan atau gaji tidak
mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik, kepentingan politis,
meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek managemen & organisasi yaitu
ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud
perundang-undangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu
lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung  perilaku anti korupsi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian korupsi?


2. Apakah faktor penyebab korupsi ?

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Korupsi
2. Untuk mengetahui Fakta korupsi yang terjadi di masyarakat

C. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai solusi  pemecahan
masalah dalam pemberantasan korupsi yang semakin mengakar di indoesia ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak.

Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari
struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi
tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi,
salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang dan kekuatan – kekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan
kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.

B. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri
pelaku atau dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan Yamamah bahwa ketika perilaku
materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih “mendewakan”
materi maka dapat “memaksa” terjadinya permainan uang dan korupsi (Ansari
Yamamah : 2009). “Dengan kondisi itu hampir dapat dipastikan seluruh pejabat
kemudian terpaksa korupsi kalau sudah menjabat”.
Adapun Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka
ragam. Akan tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian
korupsi yaitu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi /kelompok /keluarga/
golongannya sendiri. Namun, secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi
karena faktor politik, hukum dan ekonomi, sebagaimana dalam buku berjudul Peran
Parlemen dalam Membasmi Korupsi (ICW : 2000) yang mengidentifikasikan empat
faktor  penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi dan
birokrasi serta faktor transnasional.

1. Faktor Politik

Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat
dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang
kekuasaan, bahkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan. Perilaku korup
seperti penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering terjadi. Terkait
dengan hal itu Terrence Gomes (2000) memberikan gambaran bahwa politik uang
(money politik) sebagai use of money and material benefits in the pursuit of
political influence.
Adapun factor-faktor penyebab korupsi, diantaranya yaitu:
 Politik uang (money politics) pada Pemilihan Umum
 Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang karena takut dianggap bodoh bila
tidak menggunakan kesempatan
 Kelemahan Sistem pengangkatan pejabat partai politik dan pejabat
pemerintahan
 Kelemahan pengkaderan partai dan pencalonan pemimpin partai atau yang akan
menjadi pejabat publik, legislatif atau pengawas pejabat publik yang tidak
transparan dan berbiaya tinggi memicu terjadi korupsi sebagai tindakan untuk
mencapai balik modal saat biaya mahal yang telah dikeluarkan saat menjadi
pejabat partai dan pejabat public
 pemberian kredit atau penarikan pajak pada pengusaha

Menurut Susanto korupsi pada level pemerintahan adalah dari sisi


penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian perlindungan, pencurian
barang- barang publik untuk kepentingan pribadi, tergolong korupsi yang
disebabkan oleh konstelasi politik (Susanto: 2002). Sementara menurut De Asis,
korupsi politik misalnya perilaku curang (politik uang) pada pemilihan anggota
legislatif ataupun  pejabat-pejabat eksekutif, dana ilegal untuk pembia-yaan
kampanye, penyelesaian konflik parlemen melalui cara-cara ilegal dan teknik lobi
yang menyimpang (De Asis : 2000).

Penelitian James Scott (Mochtar Mas’oed: 1994) mendiskripsikan bahwa


dalam masyarakat dengan ciri pelembagaan politik eksklusif dimana kompetisi
politik dibatasi pada lapisan tipis elit dan perbedaan antar elit lebih didasarkan
pada klik pribadi dan bukan pada isu kebijakan, yang terjadi pada umumnya
desakan kultural dan struktural untuk korupsi itu betul-betul terwujud dalam
tindakan korupsi para pejabatnya. Robert Klitgaard (2005) menjelaskan bahwa
proses terjadinya korupsi dengan formulasi M+D–A=C. Simbol M adalah monopoly,
D adalah discretionary (kewenangan), A adalah accountability
(pertanggungjawaban). Penjelasan atas simbul tersebut dapat dikatakan bahwa
korupsi adalah hasil dari adanya monopoli (kekuasaan) ditambah dengan
kewenangan yang begitu besar tanpa keterbukaan dan pertanggungjawaban.

2. Faktor Hukum

Faktor hukum bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi
hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil;
rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga multi tafsir; kontradiksi dan
overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajat maupun yang lebih tinggi).
Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang sehingga tidak tepat
sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat; penggunaan konsep yang
berbeda-beda untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan
tidak kompatibel dengan realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak
produktif dan mengalami resistensi. Penyebab keadaan ini sangat beragam, namun
yang dominan adalah: Pertama, tawar menawar dan pertarungan kepentingan
antara kelompok dan golongan di parlemen, sehingga memunculkan aturan yang
bias dan diskriminatif. Kedua, praktek politik uang dalam pembuatan hukum berupa
suap menyuap (political bribery), utamanya menyangkut perundang-undangan di
bidang ekonomi dan bisnis. Akibatnya timbul peraturan yang elastis dan multi tafsir
serta tumpang-tindih dengan aturan lain sehingga mudah dimanfaatkan untuk
menyelamatkan pihak-pihak pemesan. Sering pula ancaman sanksinya dirumuskan
begitu ringan sehingga tidak memberatkan pihak yang  berkepentingan.

Selaras dengan hal itu Susila (dalam Hamzah:2004) menyebutkan tindakan korupsi
mudah timbul karena ada kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan,
yang mencakup:
1. Adanya peraturan perundang-undangan yang  bermuatan kepentingan pihak-
pihak tertentu,
2. Kualitas peraturan perundang-undangan kurang memadai,
3. Peraturan kurang disosialisasikan,
4. Sanksi yang terlalu ringan,
5. Penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandang bulu,
6. Lemahnya bidang evalusi dan revisi peraturan perundang-undangan.

Kenyataan bahwa berbagai produk hukum di masa Orde Baru sangat ditentukan
oleh konstelasi politik untuk melanggengkan kekuasaan, di era reformasi pun
ternyata masih saja terjadi. Banyak produk hukum menjadi ajang  perebutan
legitimasi bagi berbagai kepentingan kekuasaan politik, untuk tujuan
mempertahankan dan mengakumulasi kekuasaan. Mantan Ketua Ketua KPK, Bibit
Samad Riyanto (2009), mengatakan lima hal yang dianggap berpotensi menjadi
penyebab tindakan korupsi, yaitu:

a. Sistem politik, yang ditandai dengan munculnya aturan perundang-undangan,


seperti Perda, dan peraturan lain.
b. Intensitas moral seseorang atau kelompok.
c. Remunerasi atau pendapatan (penghasilan) yang minim.
d. Pengawasan baik bersifat internal-eksternal.
e. Budaya taat aturan.

Dari beberapa hal yang disampaikan, yang paling penting adalah budaya sadar akan
aturan hukum. Dengan sadar hukum, maka masyarakat akan mengerti konskuensi
dari apa yang ia lakukan. Sementara itu Rahman Saleh merinci ada empat faktor
dominan penyebab merajalelanya korupsi di Indonesia, yakni faktor  penegakan
hukum, mental aparatur, kesadaran masyarakat yang masih rendah, dan rendahnya
‘political will’ (Rahman Saleh:2006).

Kemampuan lobi kelompok kepentingan dan pengusaha terhadap pejabat


publik dengan menggunakan uang sogokan, hadiah, hibah dan berbagai bentuk
pemberian yang mempunyai motif koruptif, masyarakat hanya menikmati sisa-sisa
hasil pembangunan.Fakta ini memperlihatkan bahwa terjadinya korupsi sangat
mungkin karena aspek peraturan perundang-undangan yang lemah atau hanya
menguntungkan pihak tertentu saja. Hal senada juga dikemukakan oleh Basyaib,
dkk (Basyaib : 2002) yang menyatakan bahwa lemahnya sistem peraturan
perundang-undangan memberikan  peluang untuk melakukan tindak pidana
korupsi. Disamping tidak bagusnya produk hukum yang dapat menjadi penyebab
terjadinya korupsi, praktik penegakan hukum juga masih dililit berbagai
permasalahan yang menjauhkan hukum dari tujuannya. Secara kasat mata, publik
dapat melihat banyak kasus yang menunjukan adanya diskriminasi dalam proses
penegakan hukum termasuk putusan-putusan pengadilan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi adalah kejahatan atau penyimpangan berupa pelanggaran hukum yang
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya demi
kepentingan pribadi, di mana tindakan tersebut menimbulkan kerugian yang besar bagi
negara dan masyarakat. Tindak korupsi bukanlah peristiwa yang beriri sendiri . perilaku
korupsi menyangkut berbagai hal yang sifatnya kompleks. Adapun faktor-faktor
penyebabnya bisa dari internal perilaku-perilaku korupsi, tetapi bisa juga berasal dari
situasi lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi.
Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,
kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan,
kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur
untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.

B. Saran
Semua faktor-faktor itu sangat mempengaruhi diri individu untuk melakukan
kejahatan korupsi. Hal ini disebabkan kurangnya rasa kesadaran akan pentingnya
tanggung jawab moral bagi mereka yang memiliki jabatan dan kekuasaan. Oleh karena
itu, meskipun terkesan sebagai mimpi dan harapan yang muluk, memperbaiki
kesadaran seseorang dan mengembalikan rasa tanggung jawab moralnya adalah salah
satu cara yang paling ampuh untuk mencegah dan menghentikan korupsi di negeri ini.

 Pendidikan agama dan aksi memperkuat iman adalah metode yang mesti
ditingkatkan demi mendapatkan orang-orang yang memiliki hati nurani bersih dan mau
bekerja demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Adapun sikap untuk
menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini. Dan pencegahan korupsi dapat
dimulai dari hal yang kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayatullah, Ahmad. (2013), “Makalah PPKN Korupsi”
https://hidayatullahahmad.wordpress.com/2013/06/24/makalah-ppkn-korupsi.html
(diunduh 26 Oktober 2015)

Rahmat, Sammy. (2014), “Pendidikan Karakter Dan Anti Korupsi”


http://sammylaramma.blogspot.co.id/2014/06/pendidikan-karakter-dan-anti-korupsi-
2.html (diunduh 27 Oktober 2015)

Siska, Jejjy. (2013), “Pencegahan Dan Upaya Pemberantasan”


http://jeyysiska.blogspot.co.id/2013/07/pencegahan-dan-upaya-pemberantasan.html
(diunduh 27 Oktober 2015)

Sulthony, Ezra. (2014), “BAB_I_PENDAHULUAN_A._Latar_Belakang”


http://www.academia.edu/9378386/BAB_I_PENDAHULUAN_A._Latar_Belakang
(diunduh 26 Oktober 2015)

Anda mungkin juga menyukai