ANTI KORUPSI
Disusun Oleh :
Agus Mariyono
Lifa Ayuandira
Siti Fadiyah Amalina
Disusun Oleh :
Ferdi Irawan
Wildani
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi ......................................................................... 3
B. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi ...................................................... 3
1. Faktor Politik .............................................................................. 4
2. Faktor Hukum .............................................................................5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan korupsi yang melanda negeri ini bagaikan sebuah penyakit yang
tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh
media seolah-olah merepresentasikan jati diri bangsa yang dapat dilihat dari budaya
korupsi yang telah menjadi hal yang biasa bagi semua kalangan, mulai dari bawah
hingga kaum elite.
Korupsi sebagai “masalah keserakahan elite” yang telah mencoreng citra Bangsa
di mata internasional. Sangatlah wajar apabila kampanye anti keserakahan dijadikan
sebagai salah satu upaya memberantas korupsi. Banyak faktor penyebab terjadinya
korupsi, namun faktor tersebut berpusat pada satu hal yakni “toleransi terhadap
korupsi”. Kita lebih banyak wicara dan upacara ketimbang aksi.
Mencermati faktor penyebab korupsi sangat tepat sebagai langkah awal
bergerak menuju pemberantasan korupsi yang riil. Korupsi di tanah negeri, ibarat
“warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan
hukum yang berlaku dalam tiap orde yang datang silih berganti. Hampir semua segi
kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan, penyebab korupsi meliputi dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab
korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor penyebab
terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar.
Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran,
rasa malu, aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial
seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup. Faktor
eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapatan atau gaji tidak
mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik, kepentingan politis,
meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek managemen & organisasi yaitu
ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud
perundang-undangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu
lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.
B. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Korupsi
2. Untuk mengetahui Fakta korupsi yang terjadi di masyarakat
C. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai solusi pemecahan
masalah dalam pemberantasan korupsi yang semakin mengakar di indoesia ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari
struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi
tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi,
salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang dan kekuatan – kekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan
kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri
pelaku atau dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan Yamamah bahwa ketika perilaku
materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih “mendewakan”
materi maka dapat “memaksa” terjadinya permainan uang dan korupsi (Ansari
Yamamah : 2009). “Dengan kondisi itu hampir dapat dipastikan seluruh pejabat
kemudian terpaksa korupsi kalau sudah menjabat”.
Adapun Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka
ragam. Akan tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian
korupsi yaitu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi /kelompok /keluarga/
golongannya sendiri. Namun, secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi
karena faktor politik, hukum dan ekonomi, sebagaimana dalam buku berjudul Peran
Parlemen dalam Membasmi Korupsi (ICW : 2000) yang mengidentifikasikan empat
faktor penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi dan
birokrasi serta faktor transnasional.
1. Faktor Politik
Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat
dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang
kekuasaan, bahkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan. Perilaku korup
seperti penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering terjadi. Terkait
dengan hal itu Terrence Gomes (2000) memberikan gambaran bahwa politik uang
(money politik) sebagai use of money and material benefits in the pursuit of
political influence.
Adapun factor-faktor penyebab korupsi, diantaranya yaitu:
Politik uang (money politics) pada Pemilihan Umum
Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang karena takut dianggap bodoh bila
tidak menggunakan kesempatan
Kelemahan Sistem pengangkatan pejabat partai politik dan pejabat
pemerintahan
Kelemahan pengkaderan partai dan pencalonan pemimpin partai atau yang akan
menjadi pejabat publik, legislatif atau pengawas pejabat publik yang tidak
transparan dan berbiaya tinggi memicu terjadi korupsi sebagai tindakan untuk
mencapai balik modal saat biaya mahal yang telah dikeluarkan saat menjadi
pejabat partai dan pejabat public
pemberian kredit atau penarikan pajak pada pengusaha
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi
hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil;
rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga multi tafsir; kontradiksi dan
overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajat maupun yang lebih tinggi).
Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang sehingga tidak tepat
sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat; penggunaan konsep yang
berbeda-beda untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan
tidak kompatibel dengan realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak
produktif dan mengalami resistensi. Penyebab keadaan ini sangat beragam, namun
yang dominan adalah: Pertama, tawar menawar dan pertarungan kepentingan
antara kelompok dan golongan di parlemen, sehingga memunculkan aturan yang
bias dan diskriminatif. Kedua, praktek politik uang dalam pembuatan hukum berupa
suap menyuap (political bribery), utamanya menyangkut perundang-undangan di
bidang ekonomi dan bisnis. Akibatnya timbul peraturan yang elastis dan multi tafsir
serta tumpang-tindih dengan aturan lain sehingga mudah dimanfaatkan untuk
menyelamatkan pihak-pihak pemesan. Sering pula ancaman sanksinya dirumuskan
begitu ringan sehingga tidak memberatkan pihak yang berkepentingan.
Selaras dengan hal itu Susila (dalam Hamzah:2004) menyebutkan tindakan korupsi
mudah timbul karena ada kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan,
yang mencakup:
1. Adanya peraturan perundang-undangan yang bermuatan kepentingan pihak-
pihak tertentu,
2. Kualitas peraturan perundang-undangan kurang memadai,
3. Peraturan kurang disosialisasikan,
4. Sanksi yang terlalu ringan,
5. Penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandang bulu,
6. Lemahnya bidang evalusi dan revisi peraturan perundang-undangan.
Kenyataan bahwa berbagai produk hukum di masa Orde Baru sangat ditentukan
oleh konstelasi politik untuk melanggengkan kekuasaan, di era reformasi pun
ternyata masih saja terjadi. Banyak produk hukum menjadi ajang perebutan
legitimasi bagi berbagai kepentingan kekuasaan politik, untuk tujuan
mempertahankan dan mengakumulasi kekuasaan. Mantan Ketua Ketua KPK, Bibit
Samad Riyanto (2009), mengatakan lima hal yang dianggap berpotensi menjadi
penyebab tindakan korupsi, yaitu:
Dari beberapa hal yang disampaikan, yang paling penting adalah budaya sadar akan
aturan hukum. Dengan sadar hukum, maka masyarakat akan mengerti konskuensi
dari apa yang ia lakukan. Sementara itu Rahman Saleh merinci ada empat faktor
dominan penyebab merajalelanya korupsi di Indonesia, yakni faktor penegakan
hukum, mental aparatur, kesadaran masyarakat yang masih rendah, dan rendahnya
‘political will’ (Rahman Saleh:2006).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah kejahatan atau penyimpangan berupa pelanggaran hukum yang
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya demi
kepentingan pribadi, di mana tindakan tersebut menimbulkan kerugian yang besar bagi
negara dan masyarakat. Tindak korupsi bukanlah peristiwa yang beriri sendiri . perilaku
korupsi menyangkut berbagai hal yang sifatnya kompleks. Adapun faktor-faktor
penyebabnya bisa dari internal perilaku-perilaku korupsi, tetapi bisa juga berasal dari
situasi lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi.
Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,
kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan,
kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur
untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.
B. Saran
Semua faktor-faktor itu sangat mempengaruhi diri individu untuk melakukan
kejahatan korupsi. Hal ini disebabkan kurangnya rasa kesadaran akan pentingnya
tanggung jawab moral bagi mereka yang memiliki jabatan dan kekuasaan. Oleh karena
itu, meskipun terkesan sebagai mimpi dan harapan yang muluk, memperbaiki
kesadaran seseorang dan mengembalikan rasa tanggung jawab moralnya adalah salah
satu cara yang paling ampuh untuk mencegah dan menghentikan korupsi di negeri ini.
Pendidikan agama dan aksi memperkuat iman adalah metode yang mesti
ditingkatkan demi mendapatkan orang-orang yang memiliki hati nurani bersih dan mau
bekerja demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Adapun sikap untuk
menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini. Dan pencegahan korupsi dapat
dimulai dari hal yang kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayatullah, Ahmad. (2013), “Makalah PPKN Korupsi”
https://hidayatullahahmad.wordpress.com/2013/06/24/makalah-ppkn-korupsi.html
(diunduh 26 Oktober 2015)