Anda di halaman 1dari 20

PUBLIC GOVERNANCE DALAM

SISTEM ADMINISTRASI NEGARA


Kelompok 3
Agung Pratama
Aulia Rahmadani
Hilmadhia Marwah
Muhammad Habib Falih
Pika Aprika
Vera Pratiwi
Publiv governance berperan dalam praktik
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari
korupsi serta berorientasi pada kepentingan publik.
serta mampu mewujudkan transparansi, budaya
hukum, dan akuntabilitas publik.
Penciptaan good governance memerlukan
komitmen untuk menegakkan hukum bagi setiap
pelanggaran birokratis mulai dari administrasi,
korupsi, kolusi dan nepotisme (Prasojo dan
Kurniawan, 2008).
Tipe dan Karakteristik Birokrasi
1. Tipe Birokrasi
Dengan mengutip pendapat Max Weber seorang sosiolog Jerman,
Tjokroamidjojo (1984: 72-73) mengemukakan ciri-ciri utama dari
struktur birokrasi di dalam tipe idealnya, yaitu sebagai berikut.

01 Prinsip pembagian kerja 05 Penempatan kerja seorang


02 pegawai didasarkan atas
Struktur hierarkis
karier
03 Aturan dan prosedur
06 Birokrasi murni
04 Prinsip netral (tidak memihak)
Selanjutnya, menurut Sondang P. Siagian, paradigma birokrasi yang
ideal, agar semakin mampu menyelenggarakan fungsinya dengan tingkat
efesiensi, efektivitas, dan produktivitas yang semakin tinggi, birokrasi
pemerintahan harus selalu berusaha agar seluruh organisasi birokrasi
dikelola berdasarkan prinsip prinsip organisasi yang sehat. Prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:

1) Prinsip organisasi 6) Prinsip kesatuan perintah


2) Prinsip kejelasan misi 7) Prinsip desentralisasi
3) Prinsip kejelasan fungsi 8) Prinsip keseimbangan
4) Prinsip kejelasan aktivitas wewenang dan tanggung
5) Prinsip kesatuan arah jawab
Dengan mengacu pada berbagai prinsip organisasi yang telah
dibahas, timbul tuntutan untuk mempelajari, memilih, dan
menggunakan struktur dan tipe organisasi yang tepat. Telah
dimaklumi bahwa saat ini dikenal berbagai tipe organisasi seperti
tipe lini, tipe lini dan staf, tipe fungsional, tipe panitia (adhocracy)
dan tipe matriks. Setiap tipe memiliki karakteristik tertentu. Karena
karakteristiknya yang khas itu, tipe tertentu akan cocok digunakan
mewadahi berbagai kegiatan organisasi tertentu pula. Faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan antara lain ialah:
① Kompleksitas tugas yang harus dikerjakan,
② Filsafat yang menjadi dasar kegiatan operasional,
③ Tingkat formalisasi yang diberlakukan,
④ Sifat kegiatan yang harus diselenggarakan, apakah rutin,mekanistik, atau
menuntut inovasi dan kreativitas,
⑤ Kultur organisasi yang dominan dan mengikat semua anggota organisasi,
⑥ Kendala-kendala yang dihadapi seperti keterbatasan sarana, dana, dan
prasaran,
⑦ teknologi yang diterapkan. Dengan mempertimbangkan fakta-fakta tersebut,
dikaitkan dengan berbagai prinsip yang harus dipegang teguh, timbul
tantangan bagi birokrasi dalam bentuk pertanyaan.
Organisasi Birokrasi harus :
• Mampu bergerak sebagai satu kesatuan meskipun satuansatuan yang
terdapat di dalamnya menyelenggarakan fungsi yang spesialistik
dengan menggunakan peralatan yang spesialistik pula;
• Jelas menggambarkan satuan-satuan kerja yang menyelenggarakan
tugas pokok dan tugas penunjang;
• Mencerminkan terselenggaranya semua kegiatan secara terkoordinasi;
• Memperhitungkan situasi dan kondisi lokal yang nyata-nyata dihadapi
di lapangan;
• Memperhitungkan kemampuan organisasi beradaptasi
pada tuntutan perabahan dalam berbagai bidang, artinya
dapat diubah baik jumlah maupun strukturnya sesuai
dengan tuntutan zaman;
• Mencakup semua jenis kegiatan yang harus dilaksanakan
oleh birokrasi sebagai keseluruhan;
• Tidak mengarah pada terciptanya rantai birokrasi yang
panjang
2. Karakteristik Birokrasi
Selama ini, banyak pakar yang meneliti dan menulis tentang
birokrasi bahwa fungsi staf pegawai administrasi harus memiliki cara-
cara yang spesifik agar lebih efektif dan efisien, sebagaimana
dirumuskan berikut (Syafiie, 2004: 90):
a. Kerja yang ketat pada peraturan (rule);
b. Tugas yang khusus (spesialisasi);
c. Kaku dan sederhana (zakelijk);
d. Penyelenggaraan yang resmi (formal);
e. Pengaturan dari atas ke bawah
(hierarkhis) yang telah ditetapkan oleh
organisasi/institusi;
f. Berdasarkan logika (rasional);
g. Tersentralistik (otoritas);
h. Taat dan patuh (obedience);
i. Tidak melanggar ketentuan (discipline);
j. Terstruktur (sistematis);
k. Tanpa pandang bulu (impersonal).
Hal tersebut merupakan prinsip dasar dan karakteristik yang ideal dari
suatu birokrasi. Karakteristik tersebut idealnya memang dimiliki oleh
para birokrat (pegawai negeri sipil) agar tugas-tugas administrasi yang
besar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai sesuai yang direncanakan. Dengan demikian,
pendapat sebagian masyarakat selama ini yang cenderung negatif, paling
tidak dapat diluruskan.
Karakter dan Model Pelayanan
Publik
Karakter pelayanan publik dari satu negara ke
negara hampir bisa dipastikan berbeda seratus persen.
Ia dipengaruhi banyak faktor yang kompleks yang lahir
dari lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan budaya
yang beragam. Karakteristik pelayanan publik itu dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, pelayanan publik berorientasi kepentingan publik.
Maksudnya, keputusan-keputusan yang diproduksi otoritas
publik yang terkait dengan pelayanan publik harus
mendahulukan kepentingan publik (O'Toole, 2006: 3) dan nilai-
nilai publik (Bozeman, 2007).
Kedua,konsekuensi ciri pelayanan publik berorientasi
kepentingan publik adalah para pelayan publik tidak boleh bebas
nilai (value free). Ia harus berpihak, yakni berpihak kepada
kepentingan publik. Sebab, para pelayan publik memiliki peran
sebagai the guardian of public interest.

Ketiga, proses pelayanan public, prinsip demokratis atau tidak


akan sangat ditentukan bentuk negara dan atau bentuk
pemerintahan yang berlaku di negara-negara tersebut. Negara-
negara modern, apakah itu berbentuk republik, monarki
absolut,atau monarki konstitutional, membutuhkan sistem dan
kelembagaan pelayanan publik.
Suatu pelayanan publik memiliki karaktersitik tersendiri,
menurut Kotler dalam Napitupulu (1994:45), menyebutkan
sejumlah karakteristik dari suatu pelayanan publik, yakni sebagai
berikut :
1. Intangibility (tidak berwujud); tidak dapat dilihat, diraba, dirasa,
didengar, dicium sebelum ada transaksi.
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan), di jual, lalu di produksi
dan di konsumsi secara bersamaan.
3. Variability (berubah-ubah dan bervariasi), jasa yang dihasilkan
dalam bentuk yang beragam dan selalu mengalami berbagai
perubahan, dan tidak selalu sama dari sisi kualitasnya.
4. Perishability (cepat hilang, tidak tahan lama), jasa tidak bisa
disimpan dan permintaannya bersifat berfluktuasi.
Menurut Rauf (2012;16) bahwa;secara umum bentuk-bentuk dari
suatu pelayanan publik tersebut terdiri dari:

1. Pelayanan Internal

2. Pelayanan Eksternal
Sehubungan dengan pelanggan internal dan
eksternal ini, Skelcher dalam Supriyatno (2009;308)
menyatakan bahwa; Secara realita membagi pelanggan
masyarakat menjadi dua bagian, yaitu pelanggan
internal dan pelanggan ekseternal. Perhatian
masyarakat sering terfokus padapelanggan eksternal,
yaitu masyarakat sebagai Stakeholder. Dalam
membagun kualitas sebuah pelayana tidak hanya
ditentukan oleh pelanggan eksternal tetapi juga ikut
ditetukan oleh pelanggan internal.
Pelayanan eksternal merupakan proses
pemenuhan kebutuhan yang diberikan oleh
pemberi layanan kepada unsur-unsur diluar
dari kelembagaan pemberi layanan, seperti
kepada masyarakat dan kepada pelanggan,
masyarakat merupakan unsur yang berada di
luar kelembagaan institusi pemberi layanan,
dan inilah yang sering disebut dengan
pelayanan publik.
Fungsi Birokrasi dalam Pelayanan Publik
Menurut Kumorotomo (1996) indikator untuk menilai kinerja
organisasi publik, antara lain, yaitu : efisiensi, efektivitas, keadilan,
dan daya tanggap. Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai
kinerja organisasi sangat bervariasi. Secara garis besar, berbagai
parameter yang dipergunakan untuk melihat kinerja pelayanan
publik dapat dikelompokkan menjadi dua pendekatan. Pendekatan
yang pertama melihat kinerja pelayanan publik dari perspektif
pemberi layanan dan pendekatan kedua dari perspektif pengguna
jasa.
Akuntabilitas
Akuntabilitas dalam penyelanggaraan pelayanan publik
adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar
tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan
ukuran-ukuran atau nilai-nilai dalam atau norma eksternal
yang ada di masyarakat atau yang dimiliki oleh para
stakeholders.

Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk
mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun kebutuhan
dan aspirasi masyarakat.
Orientasi pada Pelayanan
Orientasi pada pelayanan menunjuk pada seberapa
banyak energi birokrasi dimanfaatkan untuk
penyelenggarakan pelayanan publik.

Efisiensi Pelayanan
Efisiensi pelayanan adalah perbandingan terbaik antara
input dan output pelayanan. Secara ideal, pelayanan akan
efisien apabiila birokrasi pelayanan dapat menyediakan input
pelayanan, seperti biaya dan waktu pelayanan yang
meringankan masyarakat pengguna jasa.
Sekian...
Terimakasih:)
Dari Kami
Kelompok Tiga

Anda mungkin juga menyukai